alone

alone

Minggu, 30 April 2017

nabi Isa manusia dengan ruh malaikat

ISA PUTERA MARYAM MANUSIA DENGAN RUH MALAIKAT

PENDAHULUAN


Sebelumnya artikel ini berjudul Isa putera Maryam adalah Malaikat Jibril. Namun dikemudian hari kami menjumpai dalil yang mematahkan pandangan ini, dan dalil-dalil yang ada hanya terhenti pada suatu kesimpulan bahwa Isa putera Maryam adalah manusia dengan Ruh Malaikat.


Artikel dengan judul ini rencananya sebagai artikel bagian kedua atau sebagai revisi, namun kami kira terlalu bertele-tele, dan dengan merevisi artikel ini saja dengan mengganti judul, kami kira itulah yang lebih baik.

Sesuai dengan judul artikel ini, kami ingin menegaskan dan merevisi karena adanya dalil yang mematahkan argumen kami terdahulu, yaitu mengenai Isa adalah Malaikat Jibril. Sesuai yang telah kami janjikan, bahwa akan kami tunjukan tentang dalil-dalil yang mengabarkan Isa putera Maryam adalah manusia dengan Ruh Malaikat, namun bukan Malaikat Jibril tentunya. akan tetapi dari dalil-dalil yang ada hanya terhenti dengan menyebut Ruhul qudus,

(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus.... Al-Ma'idah ayat 110

{penjelasanya sebentar lagi} yang mana Ruhul qudus ini dulu kami tafsirkan adalah Malaikat Jibril berdasarkan firman Allah.


Katakanlah: "Ruhul Qudus menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". An-Nahl:102

Karena Malaikat Jibril lah yang menurunkan wahyu kepada Rosululloh, maka artinya Ruhul Qudus adalah Malaikat Jibril. Namun kami mendapati hadis shahih yang bisa mematahkan penafsiran setiap makna Ruhul Qudus adalah Malaikat Jibril, artinya tidak setiap Ruhul Qudus bermakna Malaikat Jibril. Oleh karenanya bisa bermakna Malaikat Jibril seperti ayat tersebut atau pun bukan Malaikat Jibril, dan penjelasanya insya Allah sebentar lagi.


PENGANTAR ARTIKEL


Awalnya lewat di depan beranda suatu link yang berbicara tentang Isa putera Maryam adalah Malaikat Jibril. Hanya saja dengan sedikit uraian yang tentu saja kurang dan bahkan jauh dari  memuaskan. Dari situ muncul suatu pengetahuan tentang pendapat bahwa Isa putera Maryam sudah meninggal dunia. Kemudian dari sinilah kami mencari pengetahuan tentang pendapat tersebut, dan kami perhatikan saudara-saudara kita yang berdebat tentang sudah wafatnya atau belum wafatnya Isa putera Maryam saling berdalil dengan dalil-dalil yang mematikan. Maksudnya hanya berdalil dari sisi logikanya masing-masing karena tuntutan dalil-dalil dan saling mengingkari dalil-dalil lawanya, dan insya Allah akan dijelaskan.

Dalil-dalil turunya Isa putera Maryam di akhir zaman cukup banyak dan tak perlu di urai panjang lebar karena sudah di ketahui bersama, baik yang mengimani ataupun yang mengingkari. Sebaliknya dalil-dalil yang membicarakan telah wafatnya Isa Putera Maryam lah yang perlu di uraikan panjang lebar, karena kebanyakan ulama menafikan makna lahiriah dari dalil-dalil tersebut karena secara harfiah akan bertentangan dengan dalil-dalil turunya Isa putera Maryam di akhir zaman. Dalam shahih Bukhari sebenarnya ada dalil yang memastikan bahwa Isa putera Maryam telah wafat, dan bila memalingkan kemakna yang lain maka akan ada konsukwensi tersendiri yang justru berakibat fatal.

Ketika kami memastikan bahwa Isa putera Maryam telah wafat bukan berarti menafikan adanya keimanan turunya Isa putera Maryam di akhir zaman. Manhaj kami mengimani dua kubu yang mengimani turunya Isa putera Maryam dan mengimani telah wafatnya Isa putera Maryam karena kedua dalil-dalil dari masing-masing pihak sama-sama shahih dan jelas maknanya, dan karena jelas maknanya lah yang menyebabkan saling menafikan dan saling menakwilkan, dan ini sudah diketahui bagi siapapun yang benar-benar mendalami masalah ini.

Jika anda selama ini meyakini tentang turunya Isa putera Maryam di akhir zaman, dan memang itu benar adanya, maka kami mengajak anda untuk melihat dalil-dalil tentang telah wafatnya Isa putera Maryam dan bahkan ada dalam shahih Bukhari kepastian tentang telah wafatnya Isa putera Maryam dan tak bisa di palingkan ke makna-makna yang lain. Dan hal ini bukan menjadi dalil untuk mematahkan keimanan turunya Isa putera Maryam di akhir zaman.

Jika anda selama ini meyakini telah wafatnya Isa putera Maryam dan memang dalil-dalilnya jelas maknanya, maka kami mengajak anda untuk merenungkan kembali dalil-dalil turunya Isa putera Maryam di akhir zaman, dan kami harap anda tidak tiba-tiba menjadi tidak bisa membedakan makna-makna yang hakiki dan makna-makna yang majazi dari hadis-hadis tentang turunya Isa putera Maryam di akhir zaman, dan memang dalil-dalil turunya Isa putera Maryam di akhir zaman begitu jelas makna hakikinya, dan tidak satupun yang berindikasi majaz/kiasan.

Jangan kita saling melihat dalil-dalil dari masing-masing lawanya dengan pandangan majazi dan hanya pandai dan sangat pandai menilai dalil-dalil anda sendiri yang bermakna lahiriah dan bersamaan itu pula seakan-akan kita tiba-tiba {maaf} menjadi bodoh dengan menilai dalil-dalil dari lawanya bermakna majazi hanya karena bila di pahami secara apa adanya akan bertolak belang dengan dalil-dalil yang anda pegangi.

Sangat di sayangkan sebagian kita {bahkan sebagian besar} tidak mengetahui dalil-dalil telah wafatnya Isa putera Maryam, hal ini barangkali dan memang tidak ada alasan lainya karena akan bertolak belakang dengan dalil-dalil turunya Isa putera Maryam di akhir zaman, maka tentunya dengan menutup pintu-pintu kajian tentangnya akan menyelamatkan umat dari "kesesatan" Ini tentu dilihat dari sisi pendapat jumhur ulama. Pendapat tentang telah wafatnya Isa putera Maryam sebenarnya bukan perkara baru. Jauh-jauh hari Imam Ibnu Katsir sudah memperbincangkan hal ini dalam tafsirnya walaupun beliau tetap pada pendapat jumhur ulama.

Membahas masalah ini memang harus membahas dalil-dalil telah wafatnya Isa putera Maryam. Karena hal ini ada hubunganya atau kaitanya, dan hal ini tidak harus pertentangkan dengan dalil-dalil turunya Isa putera Maryam di akhir zaman. Selama ini perkara ini dipertentangkan karena kedua blok dalil-dalil saling bertentangan, makanya mau tidak mau harus dihilangkan aspek lahiriahnya, dan telah diketahui dua jalan berbeda yang diikuti masing-masing ulama. Insya Allah akan dikutipkan dari shahih Bukhari tentang dalil KEPASTIAN telah wafatnya Isa putera Maryam dan insya Allah akan diuraikan atau cara memahaminya agar pertentangan-pertentangan yang ada dari dalil-dalil telah wafatnya Isa putera Maryam dan dalil-dalil turunya beliau di akhir zaman tidak bertentangan dan memang pada hakekatnya tidak bertentangan karena keduanya dari Allah, Dan insya Allah ada contoh dari Rosululloh untuk di ambil pelajaran dan di terapkan pada masalah ini.

Sebatas kemampuan sudah kami upayakan untuk membuang pendalilan yang berulang-ulang, walaupun kadang-kadang harus diulang-ulang. Tentunya hal ini agar mudah dipahami oleh semuanya.

SATU MASALAH KUNCI

Sebelum anda melangkah lebih jauh, perlu kami ingatkan tentang satu atau dua poin isi artikel ini. Yaitu terkait dalil-dalil sudah wafatnya Isa putera Maryam. Kalau kami perhatikan, sepertinya keyakinan telah wafatnya beliau di interprestasikan sebagai pendapat kebid'ahan. Maka kesanya siapapun, dari kelompok manapun akan terstempel sebagai kelompok ahli bid'ah. Apa lagi jika keyakinan ini keluar dari ulama-ulama yang mengikatkan diri pada satu kelompok tertentu, atau cenderung dekat dengan kelompok-kelompok tertentu, atau memang kelompok tertentu memang di cap kelompok sesat atau aliran sesat, baik itu memang benar adanya atau hanya karena beda kelompok, dan apa lagi agama ahmadiyah juga meyakini Isa putera Maryam sudah wafat. Kesemuanya itu punya satu pandangan  yang sama, yaitu tidak mengimani turunya Isa putera Maryam di akhir zaman, dan ini adalah konsukwensi yang logis sebagaimana mengimani turunya Isa putera Maryam di akhir zaman juga berkonsukwensi tidak meyakini telah wafatnya Isa putera Maryam. Dan kedua hal tersebut karena tuntutan dalil dari masing-masing. Dalil-dalil telah wafatnya Isa putera Maryam sudah lebih dari cukup, dan siapapun kalau mau jujur insya Allah bisa menerima dalil-dalil telah wafatnya Isa putera Maryam, dan tidak di tolak kecuali karena harus berhadapan dengan dalil-dalil turunya Isa putera Maryam, dan ini lah letak pertentanganya.

Dalil telah wafatnya Isa putera Maryam yang paling kuat adalah hadis dalam Shahih BUKHARI, karena hadis ini tidak mungkin di tafsirkan sebagaimana ayat-ayat yang berbicara tentang telah wafatnya Isa putera Maryam.


Sebatas apa yang kami perhatikan, maka sepertinya kebanyakan manusia menganggap bahwa ISA PUTERA MARYAM masih hidup, dan belum meninggal dunia dan beliau ada di langit. Bagi saya, ISA PUTERA MARYAM sudah wafat atau meninggal dunia selaku beban yang di bebankan pada setiap manusia, dan beliau ada di langit selaku manusia dan Malaikat {penjelasan menyusul} dan beliau nanti akan turun untuk melengkapi takdirnya, yaitu membinasakan dajjal. Dan konteks inilah Isa putera Maryam turun ke bumi ini selaku manusia yang telah di izinkan menggunakan sebagian dari kemampuan ke-Malaikatanya {penjelasan menyusul} karena hakekat sebenarnya adalah beliau sesosok MALAIKAT yang Allah utus dalam wujud seorang manusia yang terlahirkan, atau tepatnya manusia dengan roh Malaikat. Yang mana dalam wujud manusia, maka Malaikat pun di bebankan sebagai mana manusia pada umumnya dengan keterbatasan dan kekurangan sebagai mana dulu malaikat maut mendatangi Musa dalam wujud manusia, sehingga kedatanganya yang tidak diketahui jati dirinya oleh Musa, maka Musa memukul malaikat ini hingga mata malaikat maut ini terluka, dan akhirnya malaikat ini pergi dan menghadap Allah, dan Allah mengembalikan matanya seperti sedia kala. Inilah beban yang di bebankan pada malaikat bila sang malaikat hadir kedunia ini dengan wujud manusia. Artinya disini, bahwasanya ketika malaikat hadir kedunia ini dengan wujud manusia, maka malaikat pun akan dibebankan sebagaimana beban yang Allah bebankan pada manusia, berupa keterbatasan dan kekurangan, dan lain sebagainya. Bila ini anda sudah memahaminya, maka anda mungkin tidak akan heran dengan kisah malaikat yang berbuat maksiat, yaitu Harut dan Marut (lihat tafsir Ibnu Katsir). Artinya disini pula, beban yang dibebankan pada malaikat bila hadir kedunia dalam wujud manusia tidak sebatas apa yang mungkin dalam batas-batas tertentu saja, tetapi pula dibebankan dengan sifat khas manusia, yaitu bisa berbuat maksiat wallahu a'lam.

 Substansi artikel ini terfokus pada ayat-ayat yang berbicara tentang kematian Isa putera Maryam yang denganya menjadi jalan untuk menyimpulkan sebagai suatu yang saya yakini bahwa sesungguhnya Isa putera Maryam adalah Manusia dengan Ruh Malaikat, namun dalam hal ini kami tetap meyakini bahwa beliau akan turun ke bumi ini untuk membinasakan dajjal, dan tentunya kami akan mendatangkan dalilnya. Sekali lagi kami ingatkan, bila anda sudah sangat yakin dengan keyakinan anda selama ini, maka jangan baca artikel ini. Karena dalam sudut pandang keyakinan anda, maka apa yang saya uraikan ini adalah suatu kesesatan. Mungkin anda akan ragu atau berubah keyakinan bila terus membaca artikel ini, dan orang yang anda anggap berpengaruh pada diri anda mungkin akan memperingatkan anda agar tidak membaca artikel ini. Jadi sebelum orang lain memperingatkan akan hal ini, maka kami sendiri yang memperingatkan terlebih dahulu.

 Dan sudah menjadi stigmasisasi atau mengeneralisasi suatu pendapat yang asing, atau aneh, atau jarang terdengar atau yang semisal akan di anggap sebagai suatu kesesatan yang pasti {dan pandangan tersebut tak ubahnya logika, dan logika bagian dari filsafat}.

Perlu di ingat, ini masalah yang rumit, jadi mohon fokuskan pada dalil dan sisi pendalilanya, dan lepaskan dulu ego anda bahwa apa yang anda yakini selama ini adalah suatu yang tidak bisa di tawar-tawar, dan biarkan dulu apa adanya untuk melihat sisi pertentanganya, dan bagaimana Allah meninggalkan suatu petunjuk untuk manusia memikirkanya, karena memang dalil-dalil yang secara lahiriah [apa adanya] saling bertentangan. Namun hal ini pada hakekatnya tidaklah seperti apa yang nampak yang di pahami orang-orang, karena keduanya datang dari Allah, maka pasti ada penjelasanya. Dan insya Allah uraian yang saya lemparkan pada anda ini bisa membuka paradigma atau cara berpikir yang selalu bertabrakan.

 Artikel ini sudah beberapa kali di revisi (walaupun Kami kira masih ada kekurangan). Kami buang pendalilan-pendalilan yang melebar, saya periksa kembali tata kalimatnya dengan maksud agar mudah dipahami, dan saya kurangi atau minimalkan pendalilan yang berulang-ulang, dan walaupun tetap ada pendalilan yang berulang-ulang. Kami tentunya berharap pada anda agar benar-benar memahami apa-apa yang tertuang dalam artikel ini walaupun bukan harus sependapat, akan tetapi yang maksudkan agar tidak ada salah memahami apa-apa yang kami uraikan disini. jika artikel ini terlalu panjang, maka sesungguhnya seperti yang kami katakan bahwa kami sudah membuang pendalilan-pendalilan yang melebar, yang mungkin hanya menambah kerumitan saja. Jika sebaliknya atau kurang memuaskan, maka sesungguhnya kami hanya manusia biasa, dan bagi kami artikel ini sudah cukup membuat jenuh ketika merevisi berulang-ulang. {dan sekian kali lagi kami revisi, dan kali ini terkait komentar yang masuk yang sepertinya perlu ada penekanan dalam berdalil, dan perlu adanya cermin yang besar agar tidak terburu-buru menuduh yang bukan-bukan}. Dan pembahasan ini tidak akan ada artinya bila ternyata anda tidak mengetahui bila disana ada pendapat bahwa Isa putera Maryam telah wafat, atau dalam bahasa kami Isa putera Maryam sudah mengalami kematian, dan akan mengalami sekali lagi nanti ketika beliau turun ke bumi untuk membinasakan dajjal serta setelah kebinasaan ya'juj ma'juj.


RUH ISA PUTERA MARYAM ADALAH MALAIKAT

Sekarang kita mulai dari dalil pertama dan utama yaitu apa yang Allah firmankan dalam surat At-Tahrim ayat ke dua belas. Allah berfirman; "dan Maryam binti Imron yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari Ruh Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat." At Tahrim:12

Dalam ayat ini Allah menyebutnya dengan sebutan Ruh kami, yang hal ini adalah penyebutan untuk Ruh yang ditiupkan pada rahim Maryam. Sekarang kita tinggalkan dulu ayat ini dan kita beralih pada surat Maryam.

Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir dari mereka; lalu Kami mengutus Ruh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Surat Maryam ayat 16-17

Dalam ayat ini juga Allah menggunakan kalimat Ruh kami, dan penyebutan ini untuk malaikat yang di utus untuk berbicara kepada Maryam, dan tidak ada perselisihan tentangnya.

Dengan adanya ayat ini dan penjelasan langsung dari Allah bahwa yang di maksud Ruh kami adalah Malaikat, Maka penyebutan Ruh kami dalam ayat ini sebagai penafsir dari penyebutan Ruh kami dalam surat At- Tahrim ayat 12 tersebut. Artinya yang di maksud Ruh kami dalam surat At-Tahrim ayat 12 adalah Malaikat, {artinya Ruh dari jenis Malaikat} maknanya adalah Allah meniupkan Ruh pada rahim Maryam adalah Ruh Malaikat. Tentunya ini secara nisbat atau di alamatkan pada Allah secara hakekat, karena kita semua kepunyaan Allah, dan secara teknis yang meniupkan Ruh pada rahim Maryam adalah Malaikat yang di utus Allah berbicara pada Maryam dalam surat Maryam tersebut. Lihat tafsir Ibnu Katsir.

Artinya yang meniupkan Ruh pada rahim Maryam adalah Malaikat, dan Ruh yang di tiupkan pada rahim Maryam juga Malaikat. Anda terkejut atau tidak setuju?

Sekali lagi, dalam ayat terakhir surat At-Tahrim {12} tersebut Allah mengabarkan bahwa Ruh yang di tiupkan pada rahim Maryam dengan sebutan Ruh kami. Dan dalam surat Maryam ayat 16-17 Allah menyebutkan bahwa Malaikat yang diutus pada Maryam juga dengan sebutan Ruh kami. Artinya ruh yang ditiupkan kedalam rahim Maryam adalah Ruh Malaikat, dan yang meniupkan ruh juga adalah Malaikat.

DALIL-DALIL TELAH WAFATNYA ISA

Sekarang kita tinggalkan dulu pembahasan "Ruh kami" tersebut, dan kita mulai pembahasan tentang sudah wafatnya Isa putera Maryam. Meyakini telah wafatnya Isa putera Maryam bukan berarti harus menafikan turunya beliau di akhir zaman. Kedua hal ini tidaklah bertentangan bila mengacu pada sumber kabar tersebut, yaitu Allah. Baik itu melalui Al-qur'an atau perkataan Rosululloh, yaitu hadis. Maksudnya kedua pendalilan tentang sudah wafatnya Isa putera Maryam dan turunya beliau di akhir zaman pasti tidak bertentangan bila kita meresapi dalam-dalam bahwa keduanya datangnya dari Allah, maka  pasti ada penjelasanya dan terlepas siapa yang menjelaskanya.

Kedua. Hal ini pasti bertentangan bila mengacu pada matan atau isi dari pendalilan masing-masing. Karena yang satu meyakini Isa putera Maryam telah wafat lalu bagaimana bisa tidak bertentangan dengan keyakinan bahwa Isa putera Maryam akan turun di akhir zaman.

Awal mula lewat di depan beranda fb ku suatu link yang membahas tema artikel ini. Hanya saja yang dititik beratkan tentang cara sunatullah Isa bisa terlahir dari seorang Ibu tanpa seorang Ayah. Kemudian dari satu petunjuk yang kami dapati mengarah untuk mencari pengetahuan tentang hidup atau sudah wafatnya Isa putera Maryam. Hasil dari pencarian ini menghasilkan suatu kesimpulan, yaitu para ulama atau mungkin kususnya para ulama belakangan yang mengkaji tentang turunya Isa putera Maryam menutup-nutupi atau mungkin tepatnya hanya menitik beratkan pada dalil-dalil yang di pegang kebanyakan para ulama saja. Ma'af, setidaknya kita bisa menjumpai kajian akhir zaman terkusus bab turunya Isa putera Maryam hanya menceritakan dalil-dalil tentang turunya Isa putera Maryam di akhir zaman saja, tetapi sedikit sekali dan bahkan hampir tidak sampai kepada khalayak manusia tentang adanya pendapat bahwa ISA PUTERA MARYAM SUDAH WAFAT.

Pendapat ini kian tenggelam ketika di asumsikan sebagai pendapat minoritas ahlu bid'ah, plus stigma atau stempel pendapat lemah yang di arahkan pada pendapat-pendapat yang berbeda dengan jumhur ulama. Dan bonus tenggelamnya pendapat ini karena konsukwensinya menolak hadis-hadis tentang turunya Isa putera Maryam yang menghinggapi kebanyakan manusia yang sependapat denganya, dan extra bonus lagi karena orang-orang dari agama Ahmadiyah juga meyakini kematian Isa putera Maryam. Jadi betapa beratnya untuk mengemukakan kembali pendapat tentang sudah wafatnya Isa putera Maryam, dan sudah menjadi pengetahuan bersama, bahwa para ulama yang meyakini kematian Isa putera Maryam menolak hadis-hadis dan bahkan ayat yang mengabarkan turunya Isa putera Maryam di akhir zaman.

 Pertama-tama yang harus dikaji terlebih dahulu adalah ayat-ayat yang berbicara tentang kematian ISA PUTERA MARYAM. Kami tegaskan kepada anda, bahwa meyakini kematian ISA PUTERA MARYAM tidak meniadakan keimanan kami tentang turunya ISA PUTERA MARYAM di akhir zaman. Yang mana turunya beliau untuk membinasakan dajjal, yang mana pula beliau akan shalat di belakang Al-Mahdi sebagai penghormatan untuk umat Muhammad Shallallahu alaihi wasallam yang beriman.

 Di antara dalil tentang sudah wafat atau matinya Isa putera Maryam adalah dalam Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 117. "Aku {Isa} tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka." (Q.S.5:117)

Dalam tafsir Ibnu Katsir tidak kami jumpai keterangan beliau mengenai ayat ini, yaitu terkait kabar wafatnya Isa putera maryam. Dalam tafsir jalalain tidak banyak mengulas terkait ayat ini, dan secara tersirat dalam tafsir jalalain menakwilkan ayat ini atau memahaminya tidak secara apa adanya.

 (Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang telah Engkau perintahkan kepadaku untuk mengatakanya) yaitu: (sembahlah Allah tuhanku dan tuhanmu dan adalah aku menjadi saksi bagi mereka) sebagai pengawas yang mencegah mereka dari apa yang mereka katakan itu (selama aku berada di antara mereka. Maka setelah engkau wafatkan aku) engkau telah mengambilku dengan cara mengangkatku kelangit...

 Terlepas jalaludin Suyuti atau jalaludin Mahali yang berbicara tentang ayat ini, tetapi yang jelas dalam mengomentari atau menafsirkan firman Allah "maka setelah engkau wafatkan aku", tafsir jalalain ini berusaha untuk keluar dari makna lahiriah, karena secara lahiriah atau apa adanya atau secara bahasa wafat artinya kematian. Kenapa tafsir ini menggunakan redaksi mengambil, hal ini karena adanya hadis-hadis shahih yang mengabarkan turunya Isa putera Maryam di akhir zaman. Dengan redaksi atau kata atau kalimat mengambil, maka hal ini agar bisa di pahami bahwa Allah mengambil Isa putera Maryam dari bumi ke langit dalam keadaan hidup.

Dalam tafsir fizilalil qur'an, Sayid Qutb mengatakan terkait firman Allah tersebut; "lahiriah nash Al-Qur'an ini menunjukan bahwa Allah subhanahu wata'alla telah mewafatkan Isa putera Maryam lalu mengangkatnya kepadanya, dan sebagian atsar mengatakan ia hidup disisi Allah. Disana-menurut saya [Sayid Qutb]-tidak ada pertentangan atau kemusykilan antara Allah telah mewafatkanya dari kehidupan dunia, dan keberadaanya hidup disisi Allah. Karena orang yang mati syahid itu juga telah meninggal dunia, tetapi mereka hidup di sisi Allah.

Mengenai apa yang di katakan Sayid Qutb terkait hidupnya orang yang mati Syahid tersebut tidak perlu kita perbincangkan, karena hadis mengabarkan demikian. Hanya saja hidup di sini bukan dengan ruh dan jasadnya, akan tetapi hanya ruh-nya saja. Orang-orang yang ada di alam barzahk saja, entah termasuk yang mendapatkan siksa kubur atau nikmat kubur, tentunya di sini mereka semua hidup, yaitu ruh-nya. Jika di tanyakan apa bedanya dengan orang-orang yang mati syahid yang mana hadis mengabarkan bahwa mereka hidup dan mendapatkan rizqi dari Allah?, maka jawabanya dalam hadis yang lain Allah mengabarkan bahwa ruh-ruh orang yang mati syahid berada di Syurga dalam tembolok burung hijau. Jadi perbedaanya ruh orang-orang yang mati syahid yang di kabarkan bahwa mereka hidup dan mendapatkan rizqi dari Allah adalah mereka [ruh-ruh orang yang mati syahid] berada di Syurga, bukan di alam barzak atau alam kubur, walaupun keduanya hidup bila di lihat dari sisi ruh-ruh nya. Penyebutan kehidupan bagi orang-orang yang mati syahid tentu derajat atau perbedaanya berbeda jauh dengan ruh-ruh orang-orang yang mendapatkan nikmat kubur. Sedangkan terkait hidupnya Isa putera Maryam yang menurut beliau ada atsarnya, maka hidupnya Isa putera Maryam tersebut dengan jasad dan ruh-nya.

 Kita kembali pada apa yang di katakan Sayid Qutb tersebut terkait kewafatan Isa putera Maryam. Seperti yang telah kami nukilkan, bahwa Sayid Qutb berkata, bahwa lahiriah nash Al-Qur'an ini menunjukan bahwa Allah subhanahu wata'alla telah mewafatkan Isa putera Maryam lalu mengangkatnya kepadanya. Kmai belum mengetahui pandangan Sayid Qutb terkait hadis-hadis turunya Isa putera Maryam di akhir zaman, tetapi yang saya yakini beliau pasti mengetahui dan secara tersirat beliaupun tidak mudah untuk mengenyampingkan hadis-hadis tentang turunya Isa putera Maryam di akhir zaman.

Kesimpulan ini kami ambil dari pernyataan beliau dalam menafsirkan ayat berikut ini.

 "(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya". (Q.S.3:55)

Sayid qutb berkata: "adapun mengenai masalah bagaimana kepada (menyampaikanya kepada akhir ajalnya) dan mengangkatnya itu merupakan urusan gha'ib yang termasuk masalah mutasyabihat yang tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah, dan tidak berfaedah membahasanya, baik mengenai akidah maupun syariat. Orang-orang yang membahasanya dan menjadikanya materi diskusi, maka hal itu hanya akan berujung pada perdebatan semata, kekacauan, dan keruwetan, dengan tanpa ada kepastian, dan tidak dapat memuaskan hati. Karena, memang persoalanya harus diserahkan secara bulat kepada pengetahuan Allah."

 Dari ucapan ini kita mengetahui bahwa Sayid Qutb menghindarkan diri dari mengkaji dalil-dalil tentang wafat dan turunya Isa putera Maryam di akhir zaman. Dalam pandangan saya Sayid Qutb membenarkan kewafatan Isa putera Maryam dan turunya beliau di akhir zaman, atau setidaknya beliau mengetahui perselisihan ini. Hal ini cukup terlihat ketika beliau menafsirkan surat Al Maidah ayat 117, dan membenarkan turunya Isa putera Maryam dari pernyataan beliau; "Orang-orang yang membahasanya dan menjadikanya materi diskusi, maka hal itu hanya akan berujung pada perdebatan semata, kekacauan, dan keruwetan, dengan tanpa ada kepastian, dan tidak dapat memuaskan hati." Tentunya hal ini di karenakan membenarkan dalil-dalil wafatnya Isa putera Maryam dan membenarkan dalil-dalil turunya Isa putera Maryam, atau setidaknya beliau mengetahui permasalahan ini. Dan seperti inilah yang seharusnya di tempuh, membenarkan keduanya [dalil-dalil wafatnya & turunya Isa putera Maryam {walaupun akhirnya tidak dipahami sesuai lahiriahnya}. Tetapi memang akhirnya seperti yang beliau katakan "Orang-orang yang membahasanya dan menjadikanya materi diskusi, maka hal itu hanya akan berujung pada perdebatan semata, kekacauan, dan keruwetan, dengan tanpa ada kepastian, dan tidak dapat memuaskan hati." Kecuali Allah memberi taufiq kepada kita, Amin.

Tetapi pernyataan beliau "adapun mengenai masalah bagaimana mewafatkanya (menyampaikanya kepada akhir ajalnya) dan mengangkatnya itu merupakan urusan gha'ib" tersebut perlu didudukan pada tempatnya. Mewafatkanya adalah masalah gha'ib ini belum jelas mengarah kemana. Kalau yang dimaksud cara mewafatkan atau cara mencabut nyawanya, maka sama saja untuk semua mahluk dan kita memang tidak mengetahui bagaimana Malaikat maut mengambil Ruh kita. Tetapi kami kira tidak ada kesan kearah itu, yang kami duga karena adanya hadis-hadis turunya Isa putera Maryam di akhir zaman yang bila di hadapkan dengan ayat-ayat yang berbicara tentang kematian Isa putera Maryam maka tentu saling kontradiksi, dan Inilah sesungguhnya masalah yang sudah empat belas abad masih terjadi pertentangan. Kemudian beliau menganggap masalah tersebut adalah mutasyabihat, ini juga perlu didudukan pada tempatnya. Menganggap ayat yang berbicara tentang wafatnya Isa putera Maryam adalah perkara mutasyabihat adalah pergeseran makna mutasyabihat atau sesuatu yang tidak jelas secara halus. Karena secara bahasa sudah jelas maknanya. Kenapa beliau memaksakan hal ini sebagai perkara mutasyabihat, maka hal ini tak lain karena dalil-dalil tentang turunya Isa putera Maryam. Tentunya karena hal ini karena saling bertentangan dengan dalil-dalil turunya Isa putera Maryam di akhir zaman. Maka dari itu, cara pandang seperti itulah yang memaksa baik secara sadar atau tidak akan menganggap ayat-ayat yang berbicara tentang kematian Isa putera Maryam adalah mutasyabihat, atau sesuatu yang tidak jelas.

 Secara bahasa maknanya sudah jelas, dan tak perlu ada pemalingan makna atau apa-apa yang memalingkan dari makna hakekatnya, yaitu sudah wafat atau mati atau meninggal dunia. Oleh karenanya yang perlu dikaji adalah sisi fiqihnya yang harus berhadapan dengan dalil-dalil turunya Isa putera Maryam, dan insya Allah akan di bahas.

Kami yakin, anda yang meyakini turunya Isa putera Maryam dan menetapkan kehidupanya [tidak meyakini Isa putera Maryam sudah wafat] sudah menyiapkan kuda-kuda untuk menyanggah kami. Akan tetapi kami mengajak anda untuk menyanggah diri anda sendiri, suatu metode yang kami tempuh dalam mencari titik temu dalam persoalan-persoalan kontradiksi seperti ini. Kami membawakan dalil-dalil, alasan masing-masing pihak dalam menetapkan keyakinanya, kami lemparkan kepada anda kesimpulan kami pribadi, dan menguraikan kekontradiksian ini. Anda akan di ajak untuk memaksimalkan daya pikir anda sendiri, untuk memecahkan teka teki ini, dan untuk menentramkan hati anda dalam meyakini sesuatu. Tarulah kata, atau seandainya anda meyakini sebagaimana jumhur ulama meyakini turunya Isa putera Maryam, maka anda harus menjawab dalil-dalil tentang wafatnya Isa putera Maryam. Setelah itu anggaplah anda meyakini wafatnya Isa putera Maryam, lalu cobalah anda membantah dalil-dalil tentang turunya Isa putera Maryam. Dan dalam membantah ini bukan anda mengajak orang untuk berdebat, tetapi anda membantah dalil-dalil yang ada dengan anda sendiri. Jadi visualisasikan bantahan anda dalam bentuk imaginasi seakan-akan orang lain mengajukan suatu dalil. Jika anda mengerti cara berpikir orang-orang introvert, maka anda akan mengerti apa maksud kami, dan bagaimana anda memposisikan diri sebagai anda dan sebagai orang lain.

Tips; jangan memalingkan makna lahiriah yang ada, dan biarkan dulu sisi pertentangan yang anda dapati.

 Bila anda googlink, maka anda akan menemukan perdebatan sengit mengenai Isa putera Maryam sudah wafat atau belum. Mereka akan menonjolkan pendalilan mereka masing-masing dan akan saling mengingkari kehujahan dalil lawan mereka masing-masing, dan hal ini adalah dari sisi textualnya, dan masing-masing hanya mengakui pemahaman textual hanya dari dalil masing-masing dan sekaligus mengingkari pemahaman textual dalil lawanya.

Kami yakin anda akan merasa heran terhadap mereka yang menolak keyakinan tentang turunya Isa putera Maryam, di karenakan kita mengetahui hadis-hadis shahih tentangnya, dan terlebih lagi Allah pun menegaskan dalam Al-Qur'an tentang turunya Isa putera Maryam di akhir zaman. Tetapi keheranan ini pun sama menghinggapi mereka-mereka yang meyakini sudah wafatnya Isa putera Maryam, karena ayat-ayat Al-Qur'an pun mengabarkan bahwa Isa putera Maryam telah wafat, dan Rosulullah-pun menetapkan tentang sudah wafatnya Isa putera Maryam {penjelasanya sebentar lagi}. Maka jangan heran bila masing-masing pihak bisa menstempel pihak lainya di atas kesesatan dan bisa mengkufurkan pihak lainya hanya karena masalah ini. Dulu kami pun sampai terpengaruh sampai setingkat ini. Hal ini karena para ustadz atau ulama belakangan hanya menyampaikan hujahnya masing-masing dan menutup rapat-rapat kehujahan pihak lainya. Bahkan yang kami rasakan dahulu [kami kira bukan hanya kami saja] kami yakin sekali tentang pendapat turunya Isa putera Maryam {dan tetap saya yakini} dan meyakini pendapat sudah wafatnya Isa putera Maryam di atas suatu kesesatan. Hal ini karena kami tidak mengetahui hujah kesudah wafatan Isa putera Maryam, sedangkan yang di sodorkan adalah hadis-hadis shahih tentang turunya Isa putera Maryam. Jika anda sudah sangat mengetahui hadis-hadis shahih tentang turunya Isa putera Maryam, sedangkan anda tidak mengetahui dalil-dalil sudah wafatnya Isa putera Maryam, maka anda bisa memahami perasaan kami dahulu tersebut. Kami merasa berapi-api di atas kebenaran dan menjelek-jelekan pendapat tentang sudah wafatnya Isa putera Maryam. Hal ini sekali lagi karena yang kami ketahui hanya hadis-hadis shahih tentang turunya Isa putera Maryam, maka jangan heran bila anda memiliki perasaan seperti kami tersebut. Apa lagi alam bawah sadar kita meyakini tidak mungkin para ulama {jumhur} keliru, ??!

Tetapi bila kita melihat ayat-ayat tentang sudah wafatnya Isa putera Maryam, maka kami kira ada yang tidak beres tentang apa yang kita dapati dari uraian-uraian sepihak. Dan kami yakin hal ini tidak berbeda dengan saudara kita yang hanya meyakini sudah wafatnya Isa putera Maryam. Tentunya hal ini hanya bisa di mengerti bila kita mau merenungkan, bahwa disana ada dalil-dalil yang shahih tentang pendapat yang saling berlawanan. Kenapa sebagian besar kita sulit bersikap obyektif, hal ini karena kita hanya mampu melihat dalil masing-masing. Misalnya kita yang meyakini sudah wafatnya Isa putera Maryam, maka kita tidak akan mampu melihat hadis-hadis shahih tentang turunya Isa putera Maryam. Begitu juga misalnya kita meyakini tentang turunya Isa putera Maryam, maka kita tidak akan mampu melihat ayat-ayat atau hadis yang berbicara tentang sudah wafatnya Isa putera Maryam. Hal ini karena paradigma kita, atau cara berpikir kita selalu mempertentangkan dua dalil yang sebenarnya sama-sama shahih. Maka cara berpikir kita lebih dekat untuk mengangkat satu dalil dan menjatuhkan dalil yang lain yang sama-sama shahih. Dan hal ini rupanya karena tidak menjumpai jalan untuk menyatukan dua matan yang berseberangan.

Ibnu Katsir mengatakan, bahwa para ulama ahli tafsir berbeda pendapat sehubungan [atau terkait] dengan firman Allah, Sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajal mu [Isa] dan mengangkat kamu kepada-Ku. (Ali Imran: 55)

 Ibnu Katsir mengatakan, bahwa para ulama ahli tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan firman Allah tersebut, dan kebanyakan kita menganggap keyakinan sudah wafatnya Isa putera Maryam adalah suatu kesesatan, tanya diri kita sendiri kenapa kita berbeda dengan Ibnu Katsir. Mungkin seperti yang dikatakan orang zaman sekarang, kurang piknik dan tahunya lingkunganya sendiri yang paling indah.


Ketika membahas ayat tersebut Ibnu Katsir membawakan beberapa pendapat yang salah satunya perkataan Qotadah. Beliau berkata, Qotadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa ungkapan ini termasuk versi ungkapan muqaddam dan mu'aknkhar, yakni mendahulukan yang akhir dan mengakhirkan yang dahulu. Bentuk lengkapnya ialah, "Sesungguhnya Aku akan mengangkat kamu kepada-Ku dan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu, sesudah diangkat."

Apa yang dikatakan Qotadah ini kemungkinan Isa putera Maryam diwafatkan setelah beliau diangkat. dan inilah yang saya lihat arah perkataan beliau, atau makna diwafatkanya Isa putera Maryam setelah diangkat adalah setelah beliau diturunkan kembali kebumi pada akhir zaman. Jika bukan karena masalah ini niscaya beliau takan repot-repot untuk memalingkan makna ayat tersebut kedalam makna yang keluar dari sifat lahiriah. Karena sifat lahiriah ayat tersebut {dengan kata kerja lampau} mengabarkan bahwa Isa putera Maryam sudah wafat atau meninggal dunia, dan tentunya hal ini akan bertabrakan dengan dalil-dalil turunya Isa putera Maryam di akhir zaman. Inilah yang membuat para ulama susah-susah mencari-cari alasan agar tidak bertabrakan. {dan kita menuduh orang yang berbeda dengan sebagian ulama di anggap sok tahu dan kurang ajar}


Masih dari tafsir Ibnu Katsir. Matar Al Waraq mengatakan, yang dimaksud ialah sesungguhnya Aku akan mewafatkan kamu dari dunia, tetapi bukan wafat dalam arti kata mati. Tetapi perkataan ini sama sekali tidak berdasar kecuali persangkaan saja, kalau perkataan-perkataan yang semisal [persangkaan] kita terima, maka semua orang bisa mengeluarkan persangkaan-persangkaanya untuk menolak nash-nash zahir yang dianggapnya tidak masuk akal atau bertentangan dengan akalnya. Lalu akalnya siapa yang jadi standar?

Ibnu Katsir mengatakan, "Kebanyakan ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan wafat dalam ayat ini ialah tidur, seperti pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya

 Dan Dialah yang mewafatkan {maknanya menidurkan} kalian di malam hari. (Al-An'am: 60)

Ayat di atas dan menurut pendapat ini: Allah menggunakan kata yatafaakum {mati} dan yang dimaksudkan adalah tidur, bukan wafat meninggal dunia. Maksudnya, ssesungguhnya Aku menidurkanmu dan mengangkatmu ke langit ketika kamu tidur'.  Jadi, pendapat ini mengatakan, bahwa Nabi Isa tidak meninggal dunia, hanya ditidurkan oleh Allah, lalu diangkat ke langit ketika ia tidur. Pendapat ini berhujjah, di antaranya, karena kata wafat dalam al-Qur'an juga digunakan untuk maksud tidur (an-naum), seperti ayat rersebut.


Kata mereka, dari pemaparan di atas, jelas bahwa kata wafat dalam bahasa Arab mempunyai banyak arti, di antaranya berarti tidur (an-naum).

Mungkin sebagai bahan renungan bersama adalah sebagai berikut. Kapan suatu kata yang dalam hal ini adalah wafat diartikan mati dan, atau diartikan tidur. Jika kata wafat dalam ayat 60 dari surat Al-An'am tersebut dimaknai tidur dan memang benar adanya dan walaupun kita memaknai secara kiasan ataupun tidak, dan hal ini tidak menafikan bahwa maknanya memang tidur.

Ayat 60 dari surat Al-An'am tersebut sifatnya kiasan, karena kalimat setelahnya menuntut dimaknai tertidur [... dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan... ] artinya tidak mungkin kata wafat dalam ayat ini dimaknai hakiki atau mati karena kalimat selanjutnya mengabarkan bahwa kita dibangunkan pada siang hari untuk disempurnakan umurnya.

Maka dari itu, adanya pandangan kiasan tersebut karena memang itulah yang tertuntut dari kalimat setelahnya, lalu apakah ada kalimat yang tertuntut untuk dipahami secara kiasan dalam surat Ali Imron ayat 55 ?!

"Sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajal mu [Isa] dan mengangkat kamu kepada-Ku. (Ali Imran: 55"

Setelah Allah mengabarkan pada Isa bahwa beliau akan segera di cabut nyawanya, lalu Allah mengabarkan juga bahwa beliau akan diangkat padanya. Lalu mana kalimat yang menuntut untuk dipahami secara kiasan?! Tidak ada, yang ada hal ini dipaksakan karena secara lahiriah bertolak belakang atau bertentangan dengan hadis-hadis turunya Isa di akhir zaman.
.

SEANDAINYA TIDAK ADA HADIS-HADIS ATAU AYAT YANG BERBICARA TENTANG TURUNYA ISA PUTERA MARYAM, NISCAYA SEMUANYA AKAN SEPAKAT BAHWA WAFAT ARTINYA MATI/MENINGGAL DUNIA, DAN NISCAYA SEMUANYA TIDAK AKAN MEMANDANG SEDIKIT-PUN ADANYA PENDAPAT YANG MEMALINGKAN KE MAKNA YANG LAIN DAN BAHKAN TERPIKIRKAN-PUN TIDAK.

 jadi, inti dari kerumitan ini adalah kata "wafat" yang mana jumhur ulama memalingkan makna wafat kemakna yang lain, yaitu tidur. hal ini memang bukan tanpa alasan, tetapi karena adanya hadis-hadis tentang turunya Isa putera Maryam-lah yang mau tidak mau akan memaksa jumhur ulama untuk berpikir keras.

biasanya bila kita memaknai apa adanya akan dikatakan, "jangan melihat ayat dari terjemahan saja, nanti kamu keliru" atau kalimat-kalimat yang semisal, Yang kami kira kalimat tersebut tidak akan keluar kecuali karena kehabisan berdalil, atau setidaknya susah untuk menbantah dengan dalil. jadi itulah hujjah terakhir. padahal Ibnu Abbas sendiri berpendapat bahwa wafat adalah makna hakikinya [tafsir Ibnu Katsir], Imam Zamaksari, dan ulama belakangan seperti Buya Hamka, ataupun lainya yang bila disebutkan pun tak memperdulikanya, dengan pendalilan klasik bahwa mereka bukan Ahlus Sunnah. Sebenarnya Ahlus Sunnah atau bukan Ahlus Sunnah bukan itu substansinya, tetapi lihat dulu dalil dan pendalilanya. artinya hal ini adalah perbedaan ulama yang diketahui keberadaanya. hanya saja sebagian orang zaman sekarang sepertinya tidak mengetahui bahwa hal ini adalah perkara yang mana para ulama berbeda pendapat tentangnya. semakin parah pula hal ini diasumsikan bukan pandangan ulama ahlus sunnah, meskipun harus diakui bahwa memang ada ulama yang dipandang bukan ahlus sunnah menyuarakan pendapatnya tentang hal ini. plus diperparah dengan orang-orang dari agama ahmadiyah juga sepemahaman dengan hal ini. maka jangan heran bila ada sebagian kaum muslimin yang menyuarakan pendapat tentang sudah wafatnya Isa putera Maryam akan langsung dituduh sebagai penganut agama ahmadiyah.


 Sekarang kami ajak anda kembali mengkaji dan merenungkan surat Al-Maidah ayat 117 "Aku {Isa} tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka." (Q.S.5:117)

Secara lahiriah atau tekstual, dalam ayat ini Allah mengabarkan bahwa Isa putera Maryam telah di wafatkan. Wafat atau mati atau meninggal dunia, maknanya sama. Tetapi kami lebih senang meninggalkan kata mati dan lebih memilih kedua lafadz lainya tersebut, walaupun maknanya sama. dan walaupun kadang-kadang kami menggunakan kata mati bisa lebih mengena.

Sebagian besar Kita memang tidak bisa atau kesulitan menelan begitu saja kabar tersebut, hal ini karena ada banyak hadis yang mengabarkan turunya Isa putera Maryam di akhir zaman, dan ini sudah diketahui semua pihak. Alasan pihak yang meyakini turunya Isa putera Maryam dalam menolak kabar ini didasarkan kata tawaffa yang tidak selalu bermakna wafat.

tetapi seperti yang sudah kami ungkapkan bahwa makna-makna yang lain itu sifatnya majaz/kiasan, dan insya Allah akan kami terangkan dari pernyataan Rosululloh bahwa Isa putera Maryam sudah wafat atau meninggal dunia, dan sekali lagi hal ini bukan untuk membenamkan keyakinan turunya Isa di akhir zaman, tetapi untuk mengimani keduanya.

Ada juga yang menerjemahkan dengan penafsiran seperti salah satunya dalam Syamil Qur'an {ebook djvu} yang di publikasikan kampung sunnah, dalam menterjemahkan ayat tersebut {Q.S.5:117} dengan lafal "maka setelah engkau mengangkatku ke langit" atau lengkapnya "Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang engkau perintahkan kepadaku (yaitu), "sembahlah Allah, tuhanku dan tuhanmu," dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di tengah- tengah mereka. Maka setelah engkau mengangkatku ke langit, engkaulah yang mengawasi mereka. Dan engkaulah yang maha menyaksikan atas segala sesuatu.

Bentuk terjemahan ini mengindikasikan bahwa Isa putera Maryam masih hidup di langit, dan karena background pemahaman ini di dasarkan hadis-hadis turunya Isa putera Maryam di akhir zaman. Terjemahan tersebut adalah terjemahan yang terkesan dengan penafsiran, karena adanya keyakinan yang mengabarkan tentang turunya Isa putera Maryam di akhir zaman. Seperti yang kita ketahui bahwa lafadz aslinya wafat, namun dalam Syamil Qur'an di terjemahkan dengan mengangkat. Bagi kita yang tak bisa berbahasa arab saja akan bisa merasakan ketidak beresan terjemahan tersebut bila melihat ayat berikut ini

 "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku" {al-Qur'an Ali Imron ayat 55}

Dalam ayat ini Allah menggabungkan kabar bahwa Isa putera Maryam telah di angkat dan kabar bahwa Isa sebelumnya telah diwafatkan terlebih dahulu. Artinya siapapun yang "menerjemahkan" surat Al-Ma'idah ayat 117 seperti terjemahan Syamil qur'an tersebut, maka akan terjadi paradoksi makna. Tentunya kalau konsukwen dengan terjemah tersebut hanya untuk menghilangkan kontradiksi dengan hadis-hadis turunya Isa di akhir zaman. Konsukwensinya tentu terhadap terjemahan Ali-Imron ayat 55 yang harus diterjemahkan makna wafat kedalam arti diangkat, padahal selanjutnya Allah berfirman, "dan mengangkat kamu padaku"

Kurang lebihnya begini, "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu" lalu maknanya diganti sebagai konsukwensi penerjemahan surat Al-Ma'idah tersebut, "hai Isa, sesungguhnya Aku akan mengangkat kamu padaku" sedangkan selanjut Allah berfirman, "dan mengangkat kamu kepada-Ku"

"Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mengangkat kamu padaku dan mengangkat kamu padaku"

Dan tentu saja terjemahan Ali-Imron ayat 55 dalam Syamil Qur'an tersebut terkait mutawafiqa/mewafatkanmu di terjemahkan dengan penafsiran, bukan terjemahan secara lafadz, yaitu dengan kalimat terjemahan,

.... Wahai Isa! Aku mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku,....

Seandainya ada kalimat dalam kurung sebagai penjelas tentu akan lebih indah dibaca dan didengar ... Wahai Isa! [Sesungguhnya] Aku [akan] mengambilmu... Tetapi terlepas dari itu semua, kalimat mutawafiqa atau mewafatkanmu diterjemahkan bukan dengan lafadz, melainkan dengan penafsiran, dan ini agar tidak bertentangan dengan dalil-dalil turunya Isa putera Maryam di akhir zaman

Pertanya'anya, mengapa ada standar ganda dalam menyikapi dalil-dalil yang muhkam/jelas. Mengapa kita begitu percaya diri dalam menetapkan kabar-kabar tentang turunya Isa putera Maryam di akhir zaman sebagai dalil-dalil yang muhkam/jelas, tetapi mengapa sebaliknya terhadap surat Ali Imron ayat 55 dan Al Maidah:117 kita tiba-tiba seakan-akan tidak bisa membedakan mana muhkam mana mutasyabih?!

Mutasyabih disini bukan karena lafadznya susah dipahami seperti alif, lam, mim dan semisalnya, tetapi Mutasyabih disini karena kandungan makna yang ada justru bertentangan dengan kandungan makna dari dalil-dalil turunya Isa putera Maryam.


Kami yakin tidak ada alasan kecuali karena adanya hadis-hadis tentang turunya Isa putera Maryam di akhir zaman yang bila dipahami apa adanya dari ayat-ayat tersebut maka akan terjadi kekontradiksian. Tetapi seharusnya juga kita semua sadar diri, bahwa disana ada sebagian kaum muslimin yang menetapkan keyakinanya atas dasar Ali Imron ayat 55 & Al Maidah:117 yang meyakini Isa putera Maryam telah wafat juga melihat bahwa bila hadis-hadis turunya Isa putera Maryam dipahami secara hakiki, atau textual maka juga akan terjadi kekontradiksian! Maka dari itu semuanya punya sisi-sisi kesalahan yang sama, yaitu hanya menganggap dalil-dalil lawanya saja yang dianggap bertentangan dengan dalil-dalil yang dipegangi.

Jika kita memaksakan bahwa dalil-dalil yang muhkam hanya pada hadis-hadis yang bercerita tentang turunya Isa putera Maryam di akhir zaman, maka sebaliknya-pun mereka juga memaksakan bahwa dalil-dalil yang muhkam hanya ada pada keterangan tentang sudah wafatnya Isa putera Maryam saja.

Dalam masalah kata wafat surat Al Maidah ayat 117 ada beberapa pendapat yang ingin kita renungkan. Pertama wafat dengan artian hakiki atau bahasa lainya adalah mati, dan salah satu ulama dari kalangan sahabat yang berpendapat seperti itu adalah sang penerjemah Al-Qur'an yaitu Ibnu Abbas, dan ini dinukilkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Kedua, wafat di artikan tidur dan ini menurut Ibnu Katsir adalah pendapat jumhur ulama. Ketiga, wafat dengan artian di wafatkan dari dunia tetapi bukan wafat hakiki atau mati. Pendapat ini dinisbatkan pada Matar al Waraq oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Wallahu a'lam maksudnya apa disini, yang saya tangkap dari kalimat tersebut adalah wafat disini ialah dihilangkan dari dunia dan di angkat kelangit, dan ini tidak beda dengan kiasan. Karena orang yang telah wafat atau mati pasti hilang dari dunia. Keempat, wafat di artikan mengangkat seperti dalam Syamil Qur'an tersebut, dan sudah datang penegasan dari Allah dalam Ali IMRON Imron ayat 55 yang menggandengkan wafat dan di angkat. Kelima, yaitu menggenggam dan dalam hal ini kami tidak mengetahui siapa yang berbicara tersebut, tetapi itulah yang pernah kami lihat dalam perbincangan di dunia maya. Keenam, wafat disini di artikan secara hakiki, namun dimaknai bukan dalam konteks fi'il madi atau kata kerja lampau atau sesuatu yang sudah terjadi. Maksudnya wafat disini adalah Isa putera Maryam diwafatkan nanti ketika telah turun kebumi pada akhir zaman.

Pertanya'anya dan silahkan untuk direnungkan dan tahan emosi anda, karena bila tidak kami jamin insya Allah anda tak akan bisa memahami perbedaan ini kecuali hitam dan putih. mereka adalah para ulama, mereka berbicara dengan bahasa arab, tetapi mengapa satu lafadz yaitu wafat, mereka sampai terjadi perbedaan pandangan yang beragam. Apakah mereka menerjemahkan dengan lafadznya ataukah dengan penafsiranya?

Sekarang akan kami sebutkan satu hadis dalam shahih Bukhari dalam kitab tafsir. Hadis ini insya Allah bisa menjadi penentu dalam permasalahan ini, apakah Isa putera Maryam masih hidup ataukah sudah mati, namun hal ini bukan berarti meniadakan kabar dari beliau mengenai turunya Isa putera Maryam di akhir zaman.

Rosulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda .....ketahuilah, sesungguhnya beberapa orang dari ummatku akan didatangkan lalu mereka diambil ke golongan kiri, aku berkata: 'Wahai Robb, sahabat-sahabatku.' Dikatakan: 'Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka perbuat sepeninggalmu.' Lalu aku mengucapkan seperti perkataan seorang hamba yang shalih: 'Aku menjadi saksi atas mereka selagi aku bersama mereka namun tatkala Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka dan Engkau Maha menyaksikan terhadap segala sesuatu.' (Al Maa`idah: 117-118) lalu dijawab: Mereka senantiasa kembali ke belakang (murtad) sejak kau tinggalkan mereka." Shahih Buhkari 4259

Hadis ini adalah bagian dari hadis telaga. Yaitu hadis yang menceritakan umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang mendatangi telaga beliau, namun mereka dihalangi oleh Allah. Hadis-hadis semisal berikut ini untuk memperjelas apa yang telah kami katakan.

"Akulah pertama-tama yang mendatangi telaga, siapa yang menuju telagaku akan minum, dan siapa yang meminumnya tak akan haus selama-lamanya, sungguh akan ada beberapa kaum yang mendatangiku dan aku mengenalnya dan mereka juga mengenaliku, kemudian antara aku dan mereka dihalangi." Kata Abu Hazim, Nu'man bin Abi 'Ayyasy mendengarku, maka ia berkomentar; 'Beginikah kamu mendengar dari Sahal? ' 'Iya' Jawabku. Lalu ia berujar; 'Saya bersaksi kepada Abu Sa'id Al Khudzri, sungguh aku mendengarnya dan dia menambahi redaksi; "aku berkata; 'mereka adalah golonganku! ' tetapi di jawab; 'Sungguh engkau tidak tahu apa yang mereka lakukan sepeninggalmu! ' Maka aku berkata; 'menjauh, menjauh, bagi orang yang mengubah (agama) sepeninggalku." Kata Ibnu 'Abbas, istilah suhqan maknanya menjauh. Sahiq maknanya ba'id (jauh). Ashaqo maknanya ab'ada (menjauhkan). Sedang Ahmad bin Syabib bin Sa'id Al Habathi mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku dari Yunus dari Ibnu Syihab dari Sa'id bin Musayyab dari Abu Hurairah bahwasanya ia menceritakan, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pada hari kiamat beberapa orang sahabatku mendatangiku, kemudian mereka disingkirkan dari telaga, maka aku katakan; 'ya robbi, (mereka) sahabatku! ' Allah menjawab; 'Kamu tak mempunyai pengetahuan tentang yang mereka kerjakan sepeninggalmu. Mereka berbalik ke belakang dengan melakukan murtad, bid'ah dan dosa besar." Shahih Bukhari no 6097

"dan diperlihatkan bersamaku beberapa orang diantara kalian, kemudian dicabut dari pandanganku, maka aku pun berteriak; 'ya robbi, itu sahabatku! ' maka ada suara; 'Engkau tak tahu yang mereka lakukan sepeninggalmu'." Shahih Bukhari.

"aku berada di telagaku menunggu-nunggu orang yang datang kepadaku, tiba-tiba orang di belakangku ditangkap dan dijauhkan dariku sehingga aku berteriak-teriak; 'Itu umatku, itu umatku! ' Tiba-tiba ada suara menjawab; 'Kamu tidak tahu! Mereka berjalan dengan melakukan bid'ah, maksiyat, dan dosa besar'." Ibnu Abi Mulaikah terus memanjatkan doa; Ya Allah, aku berlindung kepada-MU dari berbalik ke belakang atau terkena hantaman fitnah! Shahih Bukhari no 6526

"Umatku menemuiku di telaga, dan aku menghalau mereka darinya sebagaimana seorang laki-laki menghalau unta seseorang dari untanya." Mereka bertanya, 'Wahai Nabi Allah, apakah engkau mengenal kami? ' Beliau menjawab: 'Ya. Kalian memiliki tanda yang tidak dimiliki oleh selain kalian. Kalian menemuiku dalam keadaan putih bersinar karena bekas air wudlu. Dan sungguh sekelompok dari kalian akan dihalau dariku, sehingga kalian tidak sampai kepadaku. Lalu aku berkata: 'Wahai Robbku, mereka adalah para sahabatku'. Lalu seorang malaikat menjawab perkataanku seraya berkata, 'Apakah kamu tahu sesuatu yang terjadi setelah kepergianmu'." Shahih Muslim no 365 dan 366 dengan kalimat sumpah "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya aku menghalau" dan seterusnya.

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendatangi pekuburan lalu bersabda: "Semoga keselamatan terlimpahkah atas kalian penghuni kuburan kaum mukminin, dan sesungguhnya insya Allah kami akan bertemu kalian, " sungguh aku sangat gembira seandainya kita dapat melihat saudara-saudara kita." Para Sahabat bertanya, 'Tidakkah kami semua saudara-saudaramu wahai Rasulullah? ' Beliau menjawab dengan bersabda: "Kamu semua adalah sahabatku, sedangkan saudara-saudara kita ialah mereka yang belum berwujud." Sahabat bertanya lagi, 'Bagaimana kamu dapat mengenali mereka yang belum berwujud dari kalangan umatmu wahai Rasulullah? ' Beliau menjawab dengan bersabda: "Apa pendapat kalian, seandainya seorang lelaki mempunyai seekor kuda yang berbulu putih di dahi serta di kakinya, dan kuda itu berada di tengah-tengah sekelompok kuda yang hitam legam. Apakah dia akan mengenali kudanya itu? ' Para Sahabat menjawab, 'Sudah tentu wahai Rasulullah.' Beliau bersabda lagi: 'Maka mereka datang dalam keadaan muka dan kaki mereka putih bercahaya karena bekas wudlu. Aku mendahului mereka ke telaga. Ingatlah! Ada golongan lelaki yang dihalangi dari datang ke telagaku sebagaimana dihalaunya unta-unta sesat'. Aku memanggil mereka, 'Kemarilah kamu semua'. Maka dikatakan, 'Sesungguhnya mereka telah menukar ajaranmu selepas kamu wafat'. Maka aku bersabda: "Pergilah jauh-jauh dari sini." Shahih Muslim no 367

"Siapa yang datang ke telaga itu, dia boleh minum, dan siapa yang minum, maka tidak akan haus selama-lamanya. Akan datang kepadaku orang banyak, yang aku mengenal mereka dan mereka juga mengenalku. Sesudah itu akan ada dinding yang membatasi antara aku dan mereka." Abu Hazim berkata; Nu'man bin Abu 'Ayyas mendengar aku menyampaikan Hadits ini, lalu ia berkata; Begitukah kamu mendengar Sahal mengatakannya? Aku menjawab; 'Ya.' Dia berkata lagi; aku pun bersaksi atas Abu Sa'id al khudri sungguh aku telah mendengarnya dia menambahkan, beliau bersabda: 'Mereka itu adalah dari golongan umatku, lalu dikatakan kepada beliau; 'Sesungguhnya kamu tidak tahu apa yang mereka lakukan sepeninggalmu. Maka aku bersabda: "celakalah, celakalah orang yang merubah ajaranku sepeninggalku." Shahih Muslim no 4243

Sebelum kembali mengurai kerumitan ini, ada yang ingin kami sampaikan terkait hadis-hadis telaga tersebut. Ada beberapa hadis yang konteks pembicaraan atau konteks arah tujuan penyebutan orang-orang yang merubah ajaran atau bahkan mundur [murtad] di tujukan pada sahabat, baik itu secara tekstual atau secara tersirat. Dalam sudut pandang kami, hal ini tidaklah seperti yang tertangkap oleh aqal ketika membaca hadis-hadis tersebut. Hadis-hadis tersebut pada dasarnya berbicara atau tujuan kabar tersebut ditujukan secara umum untuk umatnya. Sebagai contoh nyata adalah hadis tentang sepuluh tanda kiamat besar. Dalam hadis tersebut disebutkan ada beberapa sahabat yang sedang berbincang-bincang. Lalu datanglah Rosulullah dan menayakan tentang perbincangan mereka. Lalu mereka menjawab bahwa mereka sedang memperbincangkan masalah kiamat. Lalu setelah itu Rosulullah bersabda yang intinya kiamat tidak akan terjadi hingga KALIAN melihat sepuluh tanda. Hadis ini memberi pelajaran kepada kita, bahwa secara bahasa perkataan beliau ditujukan pada mereka, tetapi makna sesungguhnya tidaklah demikian, namun ditujukan secara umum untuk umatnya. Jadi, makna kalian ini bukan ditujukan pada sahabatnya, namun sifatnya umum untuk umatnya. Maka dari itu hadis-hadis tentang telaga tersebut maknanya atau sifat kabar tentang orang-orang yang mundur kebelakang tersebut maknanya ditujukan untuk umatnya secara umum, dan tentu saja mencakup orang-orang yang hidup sezaman dengan beliau. Di zaman sahabat sepeninggal beliau ada orang yang mengaku nabi, munculnya Khawarij dan syiah dan seterusnya hingga sekarang, dan bahkan dzul quwasiroh berani menuduh Rosululloh tidak adil secara langsung.

Kita kembali pada hadis ini >>> ..... ketahuilah, sesungguhnya beberapa orang dari ummatku akan didatangkan lalu mereka diambil ke golongan kiri, aku berkata: 'Wahai Robb, sahabat-sahabatku.' Dikatakan: 'Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka perbuat sepeninggalmu.' Lalu aku mengucapkan seperti perkataan seorang hamba yang shalih: 'Aku menjadi saksi atas mereka selagi aku bersama mereka namun tatkala Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka" Shahih Buhkari 4259

Seperti yang sudah diketahui bahwa peristiwa ini {orang-orang yang datang ke telaga} terjadi pada hari kiamat, pada hari penghisaban atau menjelang penghisaban. Hari kiamat dalam konteks bahasa kita maknanya sudah kita pahami, tetapi bila dilihat dari sisi Syariat Islam, maka sepertinya maknanya tidak seperti bahasa kita yang hanya memaknai hari kehancuran saja. Butuh tempat sendiri bila harus menjelaskan makna hari kiamat. Dalam situasi atau dalam keadaan Rosulullah berada di dekat telaga yang Allah karuniakan untuk beliau, lalu datanglah umatnya untuk meminum air dari telaga beliau, yang apa bila seseorang meminum air telaga tersebut, maka dia tidak akan haus selama-lamanya. Telaga tersebut panjang atau luasnya seperti jarak Madinah shan'a {al-hadis}. Kemudian seperti yang dikabarkan hadis-hadis telaga tersebut, bahwasanya ada di antara umatnya yang dihalangi untuk mendatangi telaga beliau, hingga akhirnya beliau berkata: "menjauh, menjauh" dalam riwayat lain: "celaka, celaka bagi siapa saja yang mengganti agama sepeninggalku!" Atau dalam riwayat lain: "celakalah, celakalah orang yang merubah ajaranku sepeninggalku." Atau riwayat lain: "mereka itu selalu bertolak belakang dari ajaranmu.' Dalam riwayat yang lain lagi: "Pergilah jauh-jauh dari sini." Yang mana perkataan-perkataan tersebut diucapkan setelah orang-orang dari umatnya yang ingin mendatangi telaganya di halangi oleh Allah. Dalam beberapa hadis disebutkan dari kalangan sahabat yang mendatangi telaga beliau, dalam beberapa hadis yang lain disebutkan dalam bentuk umum, yaitu umatku. Ini semua hanya contoh, dan hadis-hadis telaga tersebut sepertinya sifatnya umum, maksudnya seluruh umat beliau akan mendatangi telaga tersebut meskipun konsukwensinya lama dan memakan waktu. dan beberapa hadis tersebut menyebutkan bahwa beliau berkata pada Allah: "itu umatku" seakan-akan ada umat-umat lain yang mendatangi telaga beliau. Wallahu a'lam, barangkali setiap nabi mempunyai telaga sendiri-sendiri. Dalam hadis-hadis telaga tersebut di istimbatkan bahwa yang dilarang mendatangi atau tepatnya dihalangi untuk meminum air telaga tersebut adalah orang-orang yang murtad, merubah ajaran beliau {bid'ah}, dan dosa besar. Tetapi secara umum dari hadis-hadis telaga tersebut adalah adanya ancaman tersebut ditujukan lebih banyak untuk umatnya yang merubah ajaran beliau {bid'ah}. Mungkin kita bertanya, kenapa orang murtad di izinkan mendatangi telaga beliau walaupun hal ini tidak sampai?! Bisa jadi ini sebagai bentuk hinaan padanya atas kemurtadanya. Orang yang di hukumi murtad dalam pandangan syariat, yang sudah tegak hujjahnya, dan orang yang dihukumi murtad tetap bersihkukuh akan keyakinanya bahwa dia masih Islam, maka ketika dia mendatangi telaga tersebut dan dihalangi serta terusir akan menambah kehinaanya, setelah sebelumnya di alam barzakh-pun sudah mengetahui tempatnya, di surga atau neraka. Artinya mendatangi telaga tersebut seakan-akan Allah memberikan pengharapan dalam konteks memperolok-olok makhluknya yang murtad tersebut, dan bagi dia {orang yang murtad} mendatangi telaga tersebut sebagai bentuk pengharapan agar dia masih di anggap umat Islam, wallahu a'lam.

Kemudian dalam hadis ini disebutkan jawaban Allah atas pengaduan Rosulullah: "Sesungguhnya engkau {Muhammad} tidak tahu apa yang mereka perbuat sepeninggalmu." Dalam hadis-hadis telaga sudah disebutkan tentang perkara ini, bahwasanya umatnya berpaling kebelakang, dengan melakukan dosa-dosa besar, bid'ah, dan hingga sampai derajat murtad.

Kemudian Rosulullah akhirnya nanti akan mengucapkan seperti perkataan hamba yang shalih: "Aku menjadi saksi atas mereka selagi aku bersama mereka namun tatkala Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka" disini dikabarkan bahwa beliau akan berkata, bahwa beliau menjadi saksi atas orang-orang yang hidup sezaman dengan beliau bahwa beliau yang mengawasi/menjaga mereka, namun setelah kepergianya dari dunia maka pengawasanya dinisbatkan pada Allah, terlebih lagi untuk umatnya secara umum. Ketika beliau masih hidup beliau-lah yang mengawasi/Menjaga dari penyimpangan-penyimpangan, baik penyimpangan dalam hal berlebih-lebihan atau dalam hal meremehkan syariat. Salah satu contoh saja adalah kisah tiga orang sahabat berikut ini.

Anas bin Malik radliallahu 'anhu berkata; Ada tiga orang mendatangi rumah isteri-isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan bertanya tentang ibadah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Dan setelah diberitakan kepada mereka, sepertinya mereka merasa hal itu masih sedikit bagi mereka. Mereka berkata, "Ibadah kita tak ada apa-apanya dibanding Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bukankah beliau sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan datang?" Salah seorang dari mereka berkata, "Sungguh, aku akan shalat malam selama-lamanya." Kemudian yang lain berkata, "Kalau aku, maka sungguh, aku akan berpuasa Dahr (setahun penuh) dan aku tidak akan berbuka." Dan yang lain lagi berkata, "Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya." Kemudian datanglah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada mereka seraya bertanya: "Kalian berkata begini dan begitu. Ada pun aku, demi Allah, adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian, dan juga paling bertakwa. Aku berpuasa dan juga berbuka, aku shalat dan juga tidur serta menikahi wanita. Barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku." Shahih Bukhari kitab nikah

Sanggahan Rosulullah kepada tiga orang ini adalah bentuk penjagaan beliau pada umatnya secara umum dan secara kusus pada ketiga orang ini. Seandainya ketiga orang ini tidak menuruti saran beliau, maka ketiganya pasti mengamalkan kebid'ahan, dan sadar atau tidak hal ini adalah bentuk perubahan syariat, dan puasa setahun penuh, tidak menikah, dan solat malam selama-lamanya bukanlah syariat yang di perintahkan Allah melalui lisan Rosulullah. Dan barangsiapa membenci sunah {Syariat} beliau, maka bukanlah dari golongan beliau.

Setelah beliau mengetahui jawaban Allah: "Sesungguhnya engkau {Muhammad} tidak tahu apa yang mereka perbuat sepeninggalmu." Maka beliau akan berkata dengan suatu perkataan yang di ucapkan oleh hamba yang shalih: "Aku menjadi saksi atas mereka selagi aku bersama mereka, namun tatkala Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka" artinya dalam hal ini beliau mengungkapkan atas apa yang dibebankan kepada beliau selaku utusan Allah, yaitu; aku menjadi saksi atas mereka selagi aku bersama mereka" ini adalah bentuk ungkapan halus dalam mengungkapkan tentang tugas yang dibebankan pada beliau, bahwa beliau sudah berusaha semaksimal mungkin dalam menjaga syariatnya. "Namun tatkala engkau wafatkan aku, engkaulah yang mengawasi mereka" dan kalimat ini menunjukan bahwa setelah kepergian beliau dari dunia ini, maka umatnya dibawah langsung pengawasan Allah. Lalu siapa yang dimaksudkan oleh Rosulullah mengenai hamba yang shalih tersebut!?

Yang dimaksud oleh Rosulullah adalah nabi Isa putera Maryam, dan makna perkataan beliau dengan Isa putera Maryam juga sama. Allah mengabarkan kepada kita mengenai perkataan Isa putera Maryam yang menjawab pertanyaan Allah mengenai umatnya melalui kitab sucinya.

"Aku {Isa} tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. (Q.S.5:117)

Dan pemahaman ini juga pemahaman Imam Bukhari yang memasukan hadis tersebut dalam shahihnya kitab tafsir bab surat Al Maidah ayat 117, dan inilah kecerdasan Imam Bukhari.

Artinya jika kita terima terjemahan seperti terjemahan Syamil qur'an tersebut, maka artinya disini adalah Allah mengangkat Isa putera Maryam dalam keadaan hidup dan dan tentunya dalam konteks mereka. [Apa maksudnya dalam konteks mereka?, maka insya ada penjelasan sebentar lagi.] Karena latar belakang kebanyakan kita dalam masalah ini adalah turunya Isa putera Maryam di akhir zaman.

Artinya disini bila kita terima terjemahan Syamil Qur'an tersebut yang memalingkan makna wafat ke makna mengangkat, maka otomatis berkonsukwensi pada diri Rosululloh. Karena Rosululloh berkata; "Lalu aku mengucapkan seperti perkataan seorang hamba yang shalih" yaitu Nabi Isa. Maka bila kita terima makna wafat ke makna mengangkat, tentunya secara otomatis kita meyakini Rosululloh-pun di angkat ke langit dan tidak mati atau belum mati, karena beliau berkata; "Lalu aku mengucapkan seperti perkataan seorang hamba yang shalih" yaitu Nabi Isa, dan makna mengangkat bagian dari perkataanya, dan itulah kesalahan fatal karena memaknai wafat dengan mengangkat, sedangkan tidak ada perselisihan bahwa Rosululloh telah wafat!

Rosululloh mengatakan; "Lalu aku mengucapkan seperti perkataan seorang hamba yang shalih/Nabi Isa" dan perkataan Nabi Isa setelah engkau mengangkatku, maka otomatis berkonsukwensi pada Rosululloh, artinya kita menyamakan beliau dengan Isa yang kita terjemahkan mengangkatku, artinya Isa masih hidup dan belum wafat atau mati dan juga otomatis kita pun menganggap Rosululloh belum mati dan di angkat, walaupun mereka tak ada maksud ke arah itu, dan walaupun tidak menyadarinya, dan itulah kesalahan fatal buah dari penafsiran berbaju terjemahan.

Begitu juga untuk semua yang memalingkan makna wafat ke makna-makna yang lain otomatis berkonsukwensi atau akan menyamakan Rosululloh dengan memalingkan makna apa-pun tersebut, dan walaupun tidak menyadari.

Begitu juga yang memahami lafadz wafat dalam Surat Al Maidah:117 dengan makna tidur, maka akan berkonsukwensi atau menyamakan Rosululloh dengan Nabi Isa yang di angkat ke langit dalam keadaan tidur, artinya tanpa kita sadari akan menyamakan Rosululloh dengan Nabi Isa yang di angkat ke langit dalam keadaan tidur dan masih atau belum meninggal dunia, dan itulah kesalahan fatal.

Begitu juga yang memalingkan makna wafat dengan makna menggenggam akan berkonsukwensi atau menyamakan Rosululloh dengan Nabi Isa yang dipahami menggenggam. Artinya Rosululloh pun di angkat ke langit dan masih hidup, dan inilah konsukwensinya walaupun tidak menyadarinya. Dan apa-pun makna-makna lain yang dipahami untuk meniadakan makna hakiki yaitu wafat, maka semuanya akan berkonsukwensi atau menyamakan dengan Nabi Isa, karena Rosululloh mengatakan; "Lalu aku mengucapkan seperti perkataan seorang hamba yang shalih, yaitiu Nabi Isa.

Dari semua pendapat atau penafsiran dalam tema ini hanya satu yang menurut Ibnu Katsir yang paling banyak di pegang para ulama, atau pendapat kebanyakan dari para ulama. Yaitu memaknai wafat dengan tidur. Maka dari itu pendapat ini yang kami ulas lagi agar semakin jelas.

"Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku" dan seterusnya hingga; "dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau mewafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka." Dan bila kita terapkan pendapat jumhur, maka; "dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah engkau menidurkan aku, engkaulah yang mengawasi mereka" artinya Nabi Isa di angkat dalam keadaan tidur, hal ini karena mayoritas kita meyakini Nabi Isa di angkat ke langit dalam keadaan belum diwafatkan. Tetapi bagaimana dengan firman Allah berikut ini.

 (Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku" Ali Imron:55

Allah menggandengkan pernyataan akan mewafatkan dan mengangkat Isa, artinya Allah mengangkat Isa setelah mewafatkan terlebih dahulu. Dan bila ayat ini di pandang mutasyabih maka hadis-hadis turunya Isa pun akan di anggap mutasyabih. Solusinya pahami dulu apa adanya, dan insya Allah ada penjelasanya. Mutasabihnya karena saling bertentangan.

Terkait pernyataan Rosululloh yang menceritakan tentang umatnya yang nanti pada hari penghisaban, yang akan mendatangi telaga beliau lalu mereka dihalangi oleh Allah dan kemudian Rosululloh menyeru kepada Allah mengenai umatnya yang dihalangi tersebut, lalu Allah akan berkata bahwa engkau tidak mengetahui keadaan umatnya setelah kepergianmu. Lalu Rosululloh-pun akhirnya akan berkata yang konteknya mengusir umatnya tersebut. Lalu beliau akan berkata seperti perkataan hamba yang shalih yaitu Isa putera Maryam. Artinya bila kita terima lafadz wafat yang di maknai tidur maka artinya Isa di angkat ketika dalam keadaan tidur, dan konsukwensinya dari perkataan Rosululloh yang meniru perkataan Isa maka juga kita secara tidak sadar akan menganggap Rosululloh belum mati atau cuma di tidurkan, lalu apa hubunganya Rosululloh beralasan tidur dengan perilaku sebagian umatnya yang menyimpang dan inilah kesalahan yang fatal. Apa lagi dalam Ali Imron:55 Allah mengangkat Isa setelah beliau di wafatkan terlebih dahulu dan bahkan Allah terlebih dahulu mengabarkan pada Isa bahwa beliau akan di wafatkan!

Maka dari itu renungkanlah dalam-dalam pertanyaan Allah pada Isa putera Maryam, apakah kita akan menerima terjemahan atau pemaknaan yang dipaksakan tersebut; "maka setelah engkau menidurkan aku" ini sudah terlihat sangat janggal bagi orang-orang yang mau merenungkan, dan terkesan Isa main-main dengan jawaban tidur.

Bukankah lebih penting dan beralasan bagi Isa putera Maryam untuk mengungkapkan tentang keberadaanya di langit untuk di jadikan alasan bahwa setelah keberadaanya di langit maka umatnya sudah tidak dalam pengawasanya lagi, dari pada beralasan di tidurkan. apa lagi ditidurkan konteksnya singkat, sedangkan keberadaan beliau di langit sifatnya permanent dan hingga beliau diturunkan di akhir zaman. dan lagi beralasan di tidurkan kesanya tidak serius menjawab pertanyaan Allah, dan memang tidak ada korelasinya. Bagaimana mungkin alasan tidur akan beliau katakan, sedangkan Allah bertanya keadaan umatnya?! Lalu setelah penjelasan ini apa kita tetap bersikukuh bahwa Isa putera Maryam diangkat ke langit dalam keadaan tidur?

Maka dari itu alasan keberadaan beliau di langit yang pada dasarnya hal ini karena beliau sudah di wafatkan/dimatikan adalah alasan yang berdasar dan tidak main-main seperti beralasan di tidurkan. Maka dari itu tidak selayaknya kita memalingkan makna wafat ke dalam makna lain hanya karena bertentangan dengan turunya beliau di akhir zaman. Mengimani tentang sudah wafatnya Isa putera Maryam bukan berarti kita harus meniadakan keimanan kita tentang turunya beliau di akhir zaman. Tidak ada yang sulit bagi Allah membangkitkan lagi Isa putera Maryam dan diturunkan nanti di akhir zaman, dan jangan ditanyakan dalilnya, karna dalilnya sudah ada, tetapi kitalah yang mempertentantangkan dan saling mentakwil atau memalingkan makna HANYA UNTUK SATU KESIMPULAN bahwa Isa putera Maryam harus mengalami satu kematian saja dan tidak boleh dua kali! Titik.

Dengan keberadaan beliau di langit inilah yang menjadi tolak ukur jawaban beliau, bahwa engkaulah {Allah} yang mengawasi mereka. Maksudnya dengan keberadaan beliau di langit maka pengawasan umatnya langsung di bawah pengawasan Allah. Maka dari itu tidak bisa kita memalingkan makna wafat/mati kedalam makna lain [tidur/dll]. memang keberadaan beliau di langit juga bisa karena ditidurkan, tetapi masalahnya lafadz wafat dimaknai tidur sebagai jawaban Isa, apa korelasinya keberadaan beliau di langit dengan keadaan umatnya yang ditinggalkan dengan beralasan tidur. Karena yang jadi pokok acuan adalah keberadaan beliau di langit, dan hanya wafat atau kematianya-lah yang paling mendasar untuk menjadi jawaban atas pertanyanyaan Allah.

 Apa urgensinya beliau mengungkapkan udzurnya dengan alasan tidur, apa lagi orang tidur tidak dikenai beban syariat. Coba anda renungkan dalam-dalam niscaya anda akan mengerti duduk perkaranya. Maka dari itu wafat dalam hal ini harus dipahami sesuai textualnya. Dan inilah yang dipahami Ibnu Abbas sang penerjemah qur'an. jika anda bertanya tentang hadis-hadis turunya Isa putera Maryam dan dikaitkan dengan ayat-ayat yang berbicara mengenai kematianya, maka kedua-keduanya harus di imani. Artinya beliau dihidupkan kembali dan akan turun ke bumi pada masa akhir zaman ketika Al-Mahdi dan dajjal sudah keluar.

Jika hal ini dianggap bertentangan dengan ayat Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?" (Q.S.2:28)

Maka hal ini tidaklah bertentangan. Ayat ini sifatnya umum, namun Isa putera Maryam sifatnya pengecualian, karena kedua-duanya datangnya dari Allah. Walaupun demikian pada hakekatnya tidaklah bertentangan, dan penjelasanya menyusul.

Surat Al-Maidah tersebut adalah salah satu dalil yang menunjukan tentang sudah wafatnya Isa putera Maryam. Tetapi kebanyakan orang-orang yang meyakini turunya Isa putera Maryam di akhir zaman menolak makna lahiriah ayat tersebut. Karena bila mereka menerima apa adanya ayat tersebut, maka konsukwensinya mematahkan keyakinan turunya Isa putera Maryam di akhir zaman menurut mayoritas manusia, dan hampir tidak tersisa kecuali mungkin hanya segelintir manusia. Keyakinan turunya Isa putera Maryam di akhir zaman memang benar adanya, dan kita insya Allah sudah membaca hadis-hadis yang mengabarkan peristiwa tersebut. Dan cara berpikir seperti hal tersebut {mempertentangkan makna-makna yang ada} memang sulit untuk dihindari dan memang tahapan itu yang harus ditempuh seorang hamba. Tetapi masalahnya ketika kedua dalil-dalil tersebut shahih maknanya, apakah harus salah satunya dibuang, sedangkan kedua-duanya datangnya dari Allah dan benar secara makna.

Kami kira anda sudah memahami bahwa Isa putera Maryam sudah wafat dan dalilnya pasti. Tetapi kami yakin anda akan membenturkan dengan dalil-dalil tentang turunya Isa putera Maryam, dan itulah sumber kesulitan untuk memahaminya. Insya Allah akan kami uraikan agar tidak timbul lagi kekontradiksian bagi siapa pun yang mengkaji masalah ini, kecuali barangkali satu alasan saja, yaitu yang berbicara, yang menjelaskan perkara ini hanyalah hamba Allah kemarin sore yang tidak becus bahasa arab!

Sekarang kami akan menguraikan ayat yang mengabarkan telah wafatnya atau meninggal dunia-nya Isa putera Maryam melalui firman Allah ini; "(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku"(Q.S.3:55)

Sekali lagi dalam memahami tema ini dudukan terlebih dahulu lafadz-lafadz lahirnya atau pahami dulu sesuai textualnya. Untuk itu terkait ayat ini-pun kita dudukan terlebih dahulu apa adanya. Terkait nantinya saling bertentangan dengan dalil-dalil turunya Isa putera Maryam maka akan datang fiqih/pemahamanya, maksudnya cara memahami atau cara menghilangkan kekontradiksian yang ada, dan walaupun pada hakekatnya tidak ada kekontradiksian. Kekontradiksian ini hanya menurut pandangan sebagian besar manusia.

Pada ayat tersebut disebutkan bahwa Allah memberitahukan pada Isa putera Maryam mengenai ajalnya yang telah dekat. "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu" secara lahiriah atau textualitas menunjukan dekatnya ajal atau keawafatan beliau ditinjau dari sisi perkataan Allah tersebut. Dan tentunya di lihat dari masa sekarang tentunya Isa putera Maryam sudah wafat. Terlalu mengada-ada bila yang dimaksud perkataan Allah tersebut ditujukan untuk nanti, yaitu ketika Isa putera Maryam telah turun ke bumi, ketika beliau telah membinasakan dajjal, dan setelah kebinasaan Ya'juj dan Ma'juj.

Secara textual Allah berbicara langsung padanya, namun saya kira tak seorangpun yang akan berpendapat seperti itu. akan tetapi bila sudah membaca semua uraian artikel ini barangkali anda akan berubah pikiran. Dalam ayat ini Allah juga mengabarkan kepada kita bahwa Isa putera Maryam akan di angkat setelah sebelumnya di wafatkan. Artinya di angkatnya Isa putera Maryam hanya roh-nya saja, Tetapi hal ini hanya berdasarkan keterangan ayat ini saja, dan ini belum selesai. Dalam ayat ini dikatakan; "dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir. artinya atau maknanya Allah mewafatkan Isa putera Maryam secara biasa, bukan dengan perantaraan orang-orang kafir {serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir} yang dalam ayat lain Allah membantah orang-orang kafir bahwa mereka tidak menyalib Isa putera Maryam.

Bila dilihat dari ayat dibawah ini, maka pertanyaan Allah dalam surat Al-Maidah tersebut terjadi setelah Allah memberitahukan Isa putera Maryam tentang kewafatanya, dan tentunya setelah beliau di angkat.

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?".

Dan hal ini dikuatkan dengan pernyataan Rosulullah; "Lalu aku mengucapkan seperti perkataan seorang hamba [yang] shalih/ Nabi Isa. Seperti, artinya perkataan Isa lebih dulu dari perkataan Rosululloh. Jika ditanyakan bahwa pertanyaan Allah tersebut terjadi nanti pada hari penghisaban, maka jawabanya adalah bahwasanya umat yang pertama kali dihisab adalah umat Muhammad, artinya beliau dan umatnya yang terlebih dahulu ditanya oleh Allah. Oleh karena itu, pernyataan Rosululloh; lalu Aku mengucapkan seperti perkataan hamba yang shalih atau Nabi Isa menunjukan perkataan Nabi Isa lebih dulu, artinya perkataan Nabi Isa tersebut terjadi bukan pada hari penghisaban, melainkan telah terjadi yaitu pada saat setelah beliau diwafatkan dan di angkat kelangit.

Dari uraian surat Al-Maidah tersebut, dan juga surat An-Nissa serta hadis-hadis tersebut, maka pada dasarnya sudah cukup jelas bahwa Isa putera Maryam telah wafat. Tetapi kita jangan meniadakan keimanan tentang turunya Isa putera Maryam di akhir zaman. Jika ditanyakan bagaimana cara mengkompromikanya, maka jawabanya bahwasanya pertanyaan dengan redaksi mengkompromikan adalah salah. Pertanyaan-pertanyaan dengan redaksi mengkompromikan pada setiap masalah yang memiliki dalil-dalil yang bertentangan adalah salah, atau tepatnya keliru. Mengkompromikan dalam bahasa kita dikesankan dan ini yang selalu terjadi adalah terjadinya pengurangan-pengurangan untuk mencapai satu kesepakatan. Saya lebih suka dengan menggunakan redaksi cara memahaminya. Lalu bagaimana cara memahaminya? Anda membaca sampai setahap ini juga sedang menempuh manhaj atau metode, atau cara agar bisa memahami kedudukan masing-masing dalil.!

Jadi, suatu ayat di tafsirkan dengan ayat yang lain, serta di tafsirkan dengan hadis agar membuahkan suatu istimbat yang tidak mengenyampingkan suatu ayat atau suatu hadis.

Masih mengenai ayat-ayat yang mengabarkan kewafatan Isa putera Maryam. Allah berfirman; "Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. Dan tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan tidak (pula) mereka itu orang-orang yang kekal." (Q.S.Al-Anbiya: 7-8)

Sisi pendalilanya terletak pada bagian akhir ayat ke delapan surat Al-Anbiya. Dan tidak pula mereka itu orang-orang yang kekal. Mereka disini adalah nabi-nabi yang telah diutus, dan tentunya termasuk Isa putera Maryam. Bisa jadi ada orang yang mengkhususkan Isa putera Maryam dikecualikan, tetapi dari apa-apa yang telah diuraikan dari surat Al-Maidah dan Ali-Imron tersebut telah menegaskan kewafatan Isa putera Maryam, dan memang pada dasarnya surat Al-Anbiya tersebut sifatnya mutlak. Sedangkan adanya pengecualian tersebut karena dihadapkan adanya hadis-hadis turunya Isa putera Maryam, dan kenyataanya, maaf, mereka tidak bisa memahamkan dari dalil-dalil yang secara sekilas saling bertentangan.

Allah berfirman; "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? (Q.S.3:144)

Sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rosul, berlalu yaitu berlalu masanya atau sudah habis masanya alias sudah wafat rosu-rosul tersebut. Beberapa ini tidak menunjukan keseluruhan rosul. Jumlah rosul itu 300 an dan jumlah nabi 124000, al hadis. Artinya penyebutan tersebut bukan penyebutan jumlah keseluruhan bila dilihat dari sisi bahasa kita.

Allah berfirman; Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. (Q.S.3:145)

Dan Allah telah berfirman; "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku. dan sudah berlalu uraian ayat ini. Lalu bagaimana dengan hadis yang mengabarkan tentang wafatnya Isa putera Maryam setelah beliau turun dari langit di akhir zaman nanti?! Maka jawabanya nanti pada tempatnya {tentu dalam artikel ini}, karena kami masih menjelaskan tentang ayat-ayat yang mengabarkan kewafatan Isa putera Maryam.

Allah subhanahu wata'ala berfirman; "Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?" (Q.S.Al-Anbiya: 35)

Ayat ini pada dasarnya begitu jelas, bahwa tidak ada SEORANGPUN sebelum Rosulullah Muhammad yang hidup abadi, artinya Isa putera Maryam sudah wafat. Lalu bagaimana dengan turunya Isa putera Maryam yang akan sholat di belakang Al-Mahdi, bukankah ini bertentangan?! Ya, ini bertentangan menurut kebanyakan Manusia, tetapi apakah pandangan tersebut juga menurut Allah bertentangan?! Ayat ini pada dasarnya muhkam, tetapi bagi orang-orang yang belum mendudukan ayat-ayat pada tempatnya akan berkata ayat ini mutasyabih.

Allah berfirman; "dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa." Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S.4:157-158)

Dari kedua ayat tersebut (Q.S.4:157-158) Allah mengabarkan kepada kita bahwa Isa putera Maryam tidak dibunuh dan tidak pula disalib, dan Allah mengabarkan kepada kita bahwa Allah telah mengangkat Isa putera Maryam kepadanya. Bila dilihat hanya dari kedua ayat tersebut, maka Allah mengangkat Isa putera Maryam dalam keadaan hidup. Sekali lagi bila dilihat hanya dari kedua ayat tersebut. Tetapi jangan lupa bahwa Allah juga telah berfirman dalam surat yang lain.

Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku{Q.S. Ali Imron: 55}

Kami sudah menguraikan dan menjelaskan ayat ini, jadi tidak perlu di ulang lagi. Maka dari itu, apa yang Allah kabarkan kepada kita dalam surat An-Nisa ayat 157-158 yang menjelaskan tentang Isa putera Maryam tidak dibunuh dan tidak pula disalib dan Allah mengangkatnya padanya, ternyata penjelasan Allah dalam kedua ayat tersebut belum berhenti, Allah masih menjelaskan lagi, merinci lagi apa yang sesungguhnya terjadi pada Isa putera Maryam. Allah menjelaskan kepada kita dalam surat Ali Imron ayat 55 bahwa Allah mewafatkan beliau, maksudnya wafat disini wafat secara biasa, bukan wafat dengan cara dibunuh apa lagi disalib, dan Allah sudah membantah, sudah menjelaskan bahwa Isa putera Maryam tidak dibunuh dan tidak pula disalib. Seperti yang sudah kami jelaskan, bahwa dalam surat Ali Imron ini Allah mengabarkan kepada kita bahwa Allah mengangkat Isa putera Maryam setelah sebelumnya Allah mewafatkan beliau, artinya Isa putera Maryam diangkat ke langit setelah Allah mewafatkan beliau. Maka dari itu, apa yang diglobalkan tentang diangkatnya beliau ke langit dalam surat An-Nisa ayat 158 telah dijelaskan oleh Allah dalam surat Ali Imron ayat 55. Sekali lagi, bahwasanya Allah mengabarkan kepada kita dalam surat An-Nisa ayat 158 bahwa Isa putera Maryam telah diangkat kepadanya. Caranya bagaimana wallahu a'lam. Dalam ayat tersebut tidak dijelaskan tentang diangkatnya beliau dalam keadaan hidup atau sebaliknya. Jika melihat hanya dari ayat tersebut saja, maka diangkatnya beliau dalam keadaan hidup, tetapi hal ini bila dilihat hanya dari ayat tersebut saja. Akan tetapi firman Allah dalam tema ini tidak hanya dalam ayat tersebut saja. Allah berfirman dan ini kabar kepada kita bahwa dalam Ali-Imron ayat 55 bahwasanya Allah mengangkat Isa putera Maryam setelah Allah mewafatkan terlebih dahulu. Artinya bila kita sudah mencermati dan merenungkan kedua ayat tersebut, bahwasanya surat Ali Imron ayat 55 merinci, atau menjelaskan apa yang masih global dalam surat An-Nisa ayat 158. Dan diangkatnya beliau dalam An-Nisa ayat 158 itu sifatnya global, belum dijelaskan diangkatnya dalam keadaan hidup atau ketika sudah wafat. Sedangkan Ali Imron ayat 55 berisi penjelasan Allah tentang diangkatnya beliau setelah diwafatkan terlebih dahulu.

Ingat, dan perhatikan dalam penggunaan redaksi kami, bahwa diangkatnya Isa putera Maryam setelah Allah mewafatkan beliau. Apa maksud kami dalam hal ini, maka kita tunda dulu hal ini.

DALIL-DALIL TURUNYA ISA PUTERA MARYAM

Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka." (Q.S.4:159)

Seperti kita ketahui bahwa Allah menyelamatkan Isa putera Maryam dari orang-orang kafir, sehingga mereka membunuh dan menyalib seseorang yang diserupakan oleh Allah yang seakan-akan mereka membunuh Isa putera Maryam. Dan Allah juga mengabarkan kepada kita bahwa mereka tidak yakin tentang siapa yang mereka bunuh kecuali hanya mengikuti persangkaan belaka. Kami kira perlu waktu tersendiri untuk mengulas peristiwa ini, dan juga siapa sesungguhnya orang yang di serupakan oleh Allah hingga akhirnya dia di takdirkan dibunuh oleh mereka. Dalil-dalil lainya mengenai turunya beliau di akhir zaman tidak perlu kami tulis, karena kita semua sudah mengetahuinya. Hal ini karena yang kami prioritaskan adalah tentang dalil-dalil wafatnya Isa putera Maryam.

Kemudian setelah peristiwa ini Allah memberitahukan pada Isa putera Maryam bahwa Allah akan mewafatkan dirinya dan akan mengangkat beliau setelah kewafatanya. Tentu saja rentang waktu antara peristiwa orang-orang kafir yang membunuh dan menyalib seseorang yang diserupakan oleh Allah agar mirip Isa dengan saat Allah mewafatkan Isa putera Maryam tidak kami ketahui. Apakah dalam hitungan hari atau minggu atau bulan dan atau seterusnya tidak kami ketahui, tetapi yang jelas waktunya berurutan. Dalam surat Al-Maidah Allah mengabarkan tentang percakapanya dengan Isa putera Maryam, dan secara lahiriah menunjukan percakapan tersebut setelah Allah mengangkat beliau dan setelah mewafatkan terlebih dahulu.

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib". Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu." Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S.Al-Maidah: 116-118)

Jika memperhatikan ketiga ayat tersebut, dan memperhatikan apa yang Allah kabarkan dalam surat Ali Imron ayat 55, yang mana Allah memberitahukan pada Isa putera Maryam bahwa beliau akan di wafatkan dan juga akan diangkat setelah kewafatanya, maka hal ini seakan-akan menunjukan kepada kita bahwa Allah hendak meminta laporan Isa putera Maryam mengenai tugas yang dibebankan pada beliau, entah beliau ini seorang nabi atau rosul. Hal ini cukup terlihat dari pertanyaan Allah "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah? Kemudian beliau menjawab; "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku"

Jika kita perhatikan jawaban selanjutnya; " Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau" memang, seandainya Allah tidak menanyakan perkara tersebut, Allah tetap maha mengetahui. Tetapi hal ini adalah suatu sunattullah. Tidak mungkin Allah menghukum atau sebaliknya terhadap seorang hamba tanpa menjelaskan duduk perkaranya, kecuali yang dikecualikan seperti hadis-hadis yang mengabarkan bahwa ada orang-orang yang masuk surga tanpa di hisab/ di tanya dan di adzab.

Kemudian ayat selanjutnya dan ini masih rangkaian jawaban beliau; "Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu."

Kronologi yang kami susun dari ayat-ayat tersebut demikian jelasnya. Allah menyelamatkan beliau dari fitnah orang-orang kafir. Makna fitnah disini bukan dalam konteks bahasa indonesia. Fitnah disini adalah upaya pembunuhan yang dilakukan orang-orang kafir. Namun Allah menyelamatkan beliau dan menyerupakan seseorang agar mirip beliau, dan dialah yang dibunuh dan disalib. Setelah itu Allah mewafatkan beliau, dan dalam ayat yang lain Allah terlebih dahulu memberitahukan tentang kehendak Allah tersebut, yaitu mewafatkan beliau. Dan setelah itu Allah mengangkatnya kepadanya dan di akhiri dengan apa-apa yang termuat dalam surat Al-Maidah ayat 116-118.

Allah menanyakan, apakah engkau {Isa} berkata pada manusia bahwa sembahlah aku {Isa} disamping menyembah Allah. Lalu beliau menjawab bahwa seandainya aku {Isa} mengatakanya tentunya engkau mengetahuinya. Beliau menyatakan bahwa beliau menjadi saksi terhadap mereka selama beliau bersama mereka, namun setelah Allah mewafatkanya maka yang mengawasi mereka adalah Allah. Jadi tidak mungkin setelah engkau menidurkan aku, dan hal ini adalah suatu terjemahan yang memalingkan makna dari tempatnya. Ingat! Bukan pada tempatnya beliau mengatakan setelah engkau menidurkan aku. Beliau sedang berbicara dengan Allah, beliau sedang menjawab pertanyaan Allah, bahwa beliau adalah saksi terhadap mereka/umatnya selama beliau berada di antara mereka. Maka tidak mungkin beliau mengatakan "setelah engkau menidurkan aku".

Dan makna tidur juga tidak tepat pada ayat ini >>> Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku {Isa}, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali"." (Q.S.19:33)

Kami kira orang yang masih memiliki kekritisan yang mendalam bisa merasakan ketidak tenangan bila setiap makna meninggal untuk Isa putera Maryam di ganti dengan tidur atau lainya. Sebagaimana juga ayat diatas yang pada hakekatnya berbicara tentang kematianya; "pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan" lalu diganti dengan; "pada hari aku dilahirkan, pada hari aku tidur, dan pada hari aku dibangkitkan. Apa korelasinya pada hari aku tidur dengan kalimat sebelum dan sesudahnya, yaitu pada hari aku dilahirkan dan pada hari aku dibangkitkan!!

Maka dari itu, apa yang dikatakan Isa putera Maryam; "dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka" adalah makna yang hakiki.

Allah berfirman; "Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka." (Q.S.4:159) maknanya Isa putera Maryam akan turun diakhir zaman dan mengajak ahli kitab untuk masuk ke dalam Islam, dan hal ini akan terealisasi setelah kebinasaan Ya'juj dan Ma'juj seperti yang dikabarkan dalam hadis-hadis yang shahih.

Ayat ini adalah ayat yang berbicara tentang turunya Isa putera Maryam di akhir zaman. Sebagaimana yang kita yakini bahwa Isa putera Maryam di angkat ke langit dengan keadaan hidup atau tepatnya Isa putera Maryam di wafatkan terlebih dahulu, kemudian di bangkitkan dari kematianya dan kemudian di angkat ke langit {akan tiba sisi fiqihnya}.

Ayat ini (Q.S.4:159) dan ayat-ayat yang berbicara tentang kematianya semuanya shahih/benar secara makna. Artinya kita harus membenarkan bahwa Isa sudah pernah mengalami kewafatan dan juga harus membenarkan bahwa beliau juga nanti akan turun pada saat Al-Mahdi sudah berkuasa. Bila kita sudah yakin akan hal ini, dan memang sudah seharusnya kita yakin akan hal ini, maka fiqih selanjutnya yang harus kita tempuh adalah menghilangkan pertentangan yang ada, walaupun pada hahekatnya tidak ada pertentangan, karena semuanya datang dari Allah maka pasti ada penjelasanya dan terlepas siapa yang diberi kemampuan untuk menjelaskanya.

Seperti yang telah kami uraikan, bahwa di angkatnya Isa putera Maryam setelah beliau di wafatkan terlebih dahulu. Redaksi seperti ini tidak otomatis menunjukan bahwa di angkatnya beliau hanya ruh-nya saja. Redaksi tersebut hanya mengisyaratkan bahwa ruh-nya saja yang di angkat, dan bukan menetapkan bahwa hanya ruhnya saja, dan ini karena adanya dalil-dalil yang lain. Penjelasanya berikut ini.


Dalam salah satu hadis Rosulullah mengabarkan bahwa Isa putera Maryam turun di menara masjid Damaskus.
 ..... tiba-tiba 'Isa putra Maryam turun di sebelah timur Damaskus di menara putih dengan mengenakan dua baju berwantek za'faran seraya meletakkan kedua tangannya diatas sayap dua malaikat, ... shahih Muslim no 5228

Hadis ini adalah dalil yang menunjukan diangkatnya Isa putera Maryam adalah dalam keadaan hidup. Lalu bagaimana dengan firman Allah dalam surat Ali Imron ayat 55. Seperti yang telah diuraikan, bahwasanya diangkatnya beliau setelah Allah mewafatkan terlebih dahulu. Terkait apa yang telah kami katakan mengenai penggunaan redaksi seperti itu mengisyaratkan bahwa ruh-nya saja yang diangkat ke Allah. Sedangkan dalam hadis turunya Isa putera Maryam tersebut menunjukan diangkatnya beliau dalam keadaan hidup. Maksud kami adalah diangkatnya beliau bukan hanya ruhnya saja, tetapi dengan jasadnya atau bahasa vulgarnya diangkatnya beliau ke langit setelah beliau dibangkitkan dari kematianya. Makanya kami katakan penggunaan redaksi tersebut mengisyaratkan, bukan menetapkan diangkatnya beliau hanya roh-nya saja.

Sisi fiqihnya atau cara memahaminya atau sisi pendalilanya adalah sebagai berikut. Isa putera Maryam turun dengan di antar dua Malaikat dan mendarat di Menara Masjid dan kemudian Sholat subuh di belakang Al-Mahdi. Tentunya penjelasan ini di ambil dari hadis-hadis yang tidak kami sebutkan, dan insya Allah kita sudah mengetahui hadis-hadisnya. Hadis ini menunjukan, bahwa Isa putera Maryam turun dari langit dalam keadaan hidup dengan jasad dan ruhnya. Sedangkan Allah mengabarkan dalam surat Ali Imron ayat 55 bahwa Allah mewafatkan dan mengangkatnya kepadanya. Tidak dijelaskan, apakah ruh-nya saja atau dibangkitkan dari kematianya terlebih dahulu. Bila menimbang hadis turunya Isa putera Maryam tersebut maka di angkatnya beliau setelah beliau dibangkitkan, hal ini karena beliau turun dari langit sudah dalam keadaan hidup.

Pendapat yang kami pegangi biasanya akan ditolak dengan alasan surat Ar-Rum. Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali)(QS. Ar-R?m [30]: 40).

Ayat ini sering di jadikan dalil untuk membantah pendapat yang menetapkan kematian dua kali terhadap Isa putera Maryam. Mereka berkata, bahwa kalau Allah betul-betul mematikannya, maka tidak mungkin makhluk yang sudah dimatikan, akan dimatikan yang kedua kalinya. Karena dengan demikian, akan berkumpul dua kematian, sementara Allah menegaskan bahwa manusia itu diciptakan, kemudian dimatikan, kemudian dihidupkan kembali. (Dalilnya Ar-Rum tersebut)

Tidak mungkin disini adalah dalam kaca mata dalil, bukan dari kaca mata Allah maha kuasa atau tidak. Jika bicara dalil tentu saja ada dalilnya, tetapi masalahnya mereka konsukwen atau tidak. Sejatinya masalah ini simple, akan tetapi menjadi rumit ketika kedua belah pihak saling takwil, saling memalingkan makna dan saling berhujjah dengan surat Ar-Rum tersebut dengan makna mutlak tanpa pengecualian sedikitpun, dan ada standar ganda dalam berhujjah dengan dalil-dalil yang mutlak.

Jika anda bertanya soal dalil, maka pada dasarnya ayat-ayat maupun hadis-hadis yang bercerita tentang kematian dan turunya beliau di akhir zaman adalah dalil. Tidak ada kekurangan dalil dalam hal ini, yang ada karena makna-makna yang shahih dan jelas tersebut justru di jadikan bahan pertentangan, dan bukan sebaliknya yaitu di selaraskan. Kenapa tidak bisa diselaraskan, hal ini karena kita meyakini Isa putera Maryam hanyalah manusia biasa, lain halnya bila kita meyakini bahwa Isa putera Maryam adalah manusia dengan roh Malaikat {sisi fiqihnya sebentar lagi}.

Ayat rum tersebut maknanya umum. Tetapi bukan tanpa ada pengecualian. Bukti yang sudah menjadi sejarah, yaitu kisah Isa putera Maryam dengan izin Allah menghidupkan orang mati.

Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman. (Al-qur'an: Ali-Imron: 49)

Apakah ayat ini akan di anggap bertentangan dengan ayat 40 dari surat Ar-Rum, atau ayat ini akan di palingkan maknanya dengan mengatakan Isa putera Maryam membangunkan orang tidur?! Kalau demikian apakah ini yang disebut mukjizat?!

Maka dari itu surat Ar-Rum ayat 40 tersebut berbicara secara umum. Sedangkan kisah beliau yang menghidupkan orang mati adalah pengecualian, begitu juga tentang kematian dan turunya beliau di akhir zaman adalah pengecualian. Pun demikian dalam konteks beliau yang membangkitkan orang yang mati atas izin Allah tanpa dikatakan pengecualian-pun tidak mungkin kita katakan bertentangan dengan surat Ar-Rum ayat 40. Karena konteks orang mati yang di bangkitkan oleh beliau tersebut sifatnya mukjizat, yaitu untuk suatu bukti agar di perlihatkan pada umatnya supaya mereka beriman. Tetapi yang jelas hakekat orang yang dibangkitkan tersebut pasti mengalami kematian dua kali. Jadi jangan di anggap bertentangan. Inilah dalilnya, kalau ini bukan dalil apakah yang namanya dalil dalam hal ini harus ada pernyataan textual dari Allah dan Rosulnya.?

Walaupun demikian, kami sesungguhnya tidak sepenuhnya menganggap kisah Isa putera Maryam yang menghidupkan orang mati sebagai pengecualian, tetapi lebih dekat pada pengkususan situasi saja. Kami pernah membaca hadis-hadis yang mengkisahkan Isa putera Maryam menghidupkan orang mati. Sayangnya tidak ada penjelasan sumber rujukan hadisnya, maka tentunya tidak di ketahui status shahih atau dha'if-nya. Terlepas shahih atau tidak, namun yang tergambarkan dari kisah-kisah tersebut sifatnya temporal saja. Artinya orang yang mati yang kemudian di hidupkan oleh Isa putera Maryan atas izin Allah tersebut tidak berlangsung lama, tetapi terkesan beberapa saat saja dan sifatnya lebih dekat kepada pembuktian pada umatnya agar beriman kepada Allah. Dan tentunya hal ini berbeda dengan apa-apa yang akan terjadi terhadap Isa putera Maryam di akhir zaman nanti. Beliau akan berperang membinasakan dajjal, akan menjalankan dan menerapkan syariat yang di bawa Muhammad shalallahu wa'allai wasallam, dan akan tiba masa-nya beliau akan wafat untuk kedua kalinya setelah tujuh tahun atau empat puluh tahun. Jadi perbedaanya terletak pada konteks menjalani kehidupanya yang kedua, yang mana beliau akan di bebani syariat sebagaimana manusia pada umumnya, sedangkan kisah orang yang di hidupkan Isa putera Maryam terdahulu tersebut tidak ada keterangan bahwa orang tersebut akan hidup lama dan menjalani syariat, dan keberadaan orang tersebut tidak berselang lama kemudian akan di matikan kembali. Artinya orang yang di hidupkan tersebut adalah sebagai tanda kemukjizatan Isa putera Maryam yang di tunjukan pada umatnya agar beriman.

Al-hafidz Ibnu Katsir mengatakan terkait kisah ini, tepatnya surat Ali-Imron ayat 49; "Mayoritas ulama mengatakan bahwa Allah mengutus setiap nabi dengan membekalinya mukjizat yang sesuai dengan ahli zamannya. Di zaman Nabi Musa as., hal yang paling terkenal di kalangan umatnya ialah permainan sihir dan mengagungkan orang-orang yang pandai sihir. Maka Allah mengutus Nabi Musa as. dengan membawa mukjizat yang menyilaukan mata dan membingungkan para ahli sihir. Ketika para ahli sihir merasa yakin bahwa hal yang dipamerkan oleh Musa as. adalah berasal dari sisi Tuhan Yang Mahabesar lagi Mahaperkasa, maka barulah mereka taat memeluk agama Nabi Musa as. dan jadilah mereka hamba-hamba Allah yang bertakwa."

"Adapun Nabi Isa as., di masanya terkenal ilmu ketabiban dan ilmu biologi. Maka Nabi Isa as. datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat yang tidak ada jalan bagi seorang manusia-pun untuk dapat menirunya, kecuali jika diperkuat oleh Tuhan yang membuat syariat. Karena bagaimana mungkin seorang tabib dapat mampu menghidupkan orang yang telah mati, atau menyembuhkan orang yang buta dan yang berpenyakit sopak, serta membangkitkan orang yang telah dikubur, yang seharusnya baru dapat bangkit dari kubur-nya di hari kiamat nanti, yaitu hari pembalasan."

Oleh karena itu semua, bahwasanya di angkatnya Isa putera Maryam setelah beliau di wafatkan terlebih dahulu, lalu kemudian di bangkitkan dan kemudian di angkat ke langit oleh Allah, dan terjadilah apa yang dikabarkan dalam surat Al-Maidah ayat 116-118. Dan di akhir zaman beliau akan turun dengan di antar dua Malaikat seperti yang termuat dalam shahih Muslim tersebut, dan kami harap anda mudah memahaminya, insya Allah. Dan ini dikatakan pengecualian atau tidak bukanlah substansi, karena semuanya datang dari Allah pasti ada penjelasanya, dan insya Allah sebentar lagi.

ISA PUTERA MARYAM ADALAH MANUSIA DENGAN RUH MALAIKAT

Sekarang kita sampai pada substansi artikel, yaitu Isa putera Maryam adalah Manusia dengan ruh Malaikat. Mengenai ayat 40 surat Ar-Rum yang berbicara tentang kematian setiap makhluk hanya satu kali, dan sifatnya umum dan ayat tersebut berbicara KUSUS MANUSIA, dan memang objeknya adalah MANUSIA.

Allah berfirman; "Allah-lah yang menciptakan kamu {manusia}, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali)(QS. Ar-Rum: 40)

Surat Ar-Rum ayat 40 ini justru memberikan suatu petunjuk yang mengisyaratkan Isa putera Maryam adalah Malaikat. Hal ini karena Isa putera Maryam telah wafat {dalil-dalilnya sudah kami uraikan} namun di akhir zaman nanti akan turun ke bumi untuk melengkapi takdirnya. Isa putera Maryam telah meninggal dan dalilnya jelas dan pasti, dan hal ini juga menunjukan tidak ada dispensasi bagi siapa pun untuk keluar dari keumuman surat ar-rum tersebut. dan disisi lain pula beliau juga akan turun ke bumi pada akhir zaman, yang mana sebelumnya beliau sudah wafat namun di hidupkan kembali. Inilah letak perbedaan beliau dengan manusia pada umumnya yang hanya mengalami kematian satu kali. Kenapa kami katakan justru ayat ini yang mengisyaratkan bahwa Isa putera Maryam adalah malaikat atau tepatnya Manusia dengan roh Malaikat, maka hal ini karena ayat ini tidak memberikan dispensasi untuk semua manusia dari kematian, dan tak terkecuali Isa putera Maryam.  dan telah shahih dari Allah dan rosulnya tentang sudah wafatnya Isa putera Maryam.

Dengan bukti bahwa Isa putera Maryam telah meninggal dunia, maka kematianya sudah termasuk keumuman hukum dari Ar-Rum ayat 40 yang memastikan tidak seorangpun yang dapat keluar dari ketetapan kematian, dan adanya fakta nubuwat bahwa beliau akan turun ke bumi nanti, maka kedua tugas beliau baik itu di masa lalu yaitu mendakwahi umatnya di Syam untuk menyembah Allah semata, dan tugas beliau yang kedua yaitu menyempurnakan apa yang menjadi tugasnya pada masa lalu yang belum selesai, serta sekaligus membinasakan dajjal dan seterusnya, maka keberadaan beliau di masa lalu dan nanti tersebut memiliki sifat tugas yang tidak ditemukan kecuali pada Mahkluk Allah yaitu Malaikat.

MAKNANYA ADALAH ISA PUTERA MARYAM  ADALAH MALAIKAT.

jangan marah dulu, masih ada dalil-dalil yang lain yang saling mengokohkan bahwa Isa putera Maryam adalah Malaikat, atau tepatnya beliau Manusia dengan Roh Malaikat.

Ayat 40 dari surat Ar-Rum tersebut berisi kaidah umum untuk manusia. Maknanya setiap manusia mengalami kehidupan satu kali, kemudian mengalami kematian satu kali dan kemudian di bangkitan dari kematianya, dan setelahnya adalah kehidupan yang abadi. Seperti yang telah kami uraikan, bahwasanya Isa putera Maryam telah meninggal dunia/wafat lalu di angkat kelangit setelah di hidupkan terlebih dahulu, dan Dasar kesimpulanya sudah kami jelaskan. Kemudian beliau akan di tanya oleh Allah seperti yang di kabarkan dalam Al-qur'an surat Al Maidah:116-118. Disisi lain juga Rosulullah mengabarkan tentang turunya beliau di akhir zaman, dan hal ini bila ditinjau dari sisi manusia maka beliau sudah wafat, dan apabila ditinjau dari sisi turunya beliau di akhir zaman nanti maka hal ini seperti kisah malaikat maut yang menghadap Allah setelah dipukul dan dicongkel matanya oleh Nabi musa, lalu malaikat maut ini kembali pada Nabi musa untuk menyelesaikan tugasnya. Artinya dilihat dari sisi ini Isa adalah Malaikat, tepatnya Isa adalah Manusia dengan ruh Malaikat, raga atau badanya Manusia dan ini sebabnya beliau harus wafat sebagaimana pada umumnya Manusia dan karenanya tidak ada dispensasi, sedangkan turunya beliau di akhir zaman karena di tinjau dari sisi ruh beliau yang Malaikat. Tidak usah takut, penyebutan kami bahwa ruh beliau adalah Malaikat ada pernyataan dari Allah, jadi kami tidak menyimpulkan semata-mata dari dalil-dalil sudah wafatnya dan turunya beliau di Akhir zaman, tetapi ada nash yang jelas yang menunjukan bahwa beliau adalah manusia dengan ruh Malaikat.

Ayat-ayat yang mengabarkan kematian Isa putera Maryam sudah kami jelaskan dan diuraikan. Kematian beliau ini sebenarnya biasa saja, namun menjadi luar biasa ketika dalam banyak hadis mengabarkan turunya beliau di akhir zaman. Tanpa mengurangi rasa hormat pada Para ulama kita yang terdahulu atau-pun yang sekarang telah keliru ketika beliau-beliau hanya berdalil dari satu sisi masing-masing. Mayoritas ulama meyakini Isa putera Maryam akan turun ke bumi pada saat akhir zaman, namun tidak meyakini bahwa Isa putera Maryam telah wafat, padahal kedua dalil-dalil yang mengabarkan telah wafatnya beliau dan turunya beliau di akhir zaman sama-sama shahih dan jelas maknanya. Sebaliknya minoritas ulama lainya hanya meyakini dalil-dalil yang mengabarkan kematian Isa putera Maryam saja, padahal dalil-dalil yang mengabarkan turunya beliau di akhir zaman shahih riwayatnya dan jelas maknanya dan bahkan Allah sendiri mengabarkan turunya beliau di akhir zaman dalam Al-qur'an.

Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka." (Q.S.4:159)

Artinya jika kita memperhatikan dalil-dalil yang mengkabarkan telah wafatnya beliau dan turunya beliau di akhir zaman, maka akan terasa aneh bila masing-masing manusia hanya mengimani salah satunya saja. Ayat-yang mengabarkan telah wafatnya beliau, kemudian setelah itu beliau di hidupkan [kesimpulanya sudah di uraikan] sebelum di angkat ke langit, maka ini letak petunjuk bahwa beliau bukan manusia biasa.

Kaidah umum dalam Ar-Rum ayat 40 tersebut berbicara mengenai manusia, maka ketika Allah mengabarkan bahwa Isa putera Maryam telah di wafatkan maka sudah termasuk dalam kaidah tersebut, namun bila melihat nubuwat turunya beliau di akhir zaman maka hal ini menunjukan bahwa beliau tidak terikat dengan kaidah umum tersebut [yaitu kematian hanya sekali] atau dengan kata lain beliau bukan manusia pada umumnya. memang bila di lihat dari sisi kematianya beliau menunjukan bahwa beliau manusia, dan memang beliau hadir kedunia ini sebagai manusia. tetapi bila di lihat dari sisi beliau yang akan turun lagi kebumi nantinya menunjukan bahwa beliau bukan manusia biasa. hal ini karena pada dasarnya manusia hanya di bebani satu kali kehidupan di dunia {rum - 40}. Artinya beliau adalah Malaikat, insya Allah tepatnya beliau adalah Manusia dengan ruh Malaikat . Sekali lagi, kabar dari Allah yang mengabarkan telah di wafatkanya beliau dan kabar bahwa beliau akan turun ke bumi pada akhir zaman nanti, menunjukan bahwa beliau ketika di angkat ke langit dalam keadaan telah di hidupkan, dan inilah petunjuk awal untuk menyimpulkan bahwa beliau adalah Malaikat dalam wujud manusia. Insya Allah akan disebutkan hadis yang menjadi barometer mengenai malaikat dalam wujud manusia.

Kemudian petunjuk selanjutnya yang mengisyaratkan Isa putera Maryam adalah Malaikat yaitu pada surat Al-Maidah ayat 116-118. Al-hafidz Ibnu katsir berkata dalam kitab tafsirnya mengenai ayat tersebut. Apakah pertanyaan Allah pada Isa putera Maryam tersebut sudah terjadi ataukah belum?

Beliau membawakan perkataan As saddi. "As Saddi mengatakan, khitab atau objek dan jawaban ini terjadi di dunia. Pendapat ini dibenarkan oleh Ibnu Jarir. Ia mengatakan bahwa hal ini terjadi ketika Allah mengangkatnya ke langit. Imam Ibnu Jarir mengemukakan alasannya untuk memperkuat pendapat tersebut melalui dua segi, yaitu:

Pertama, pembicaraan dalam ayat ini memakai bentuk madi (masa lalu).
Kedua, firman Allah Swt. menyebutkan:
 Jika Engkau menyiksa mereka. (Al-Maidah: 118)
 dan jika Engkau mengampuni mereka (A-Maidah: 118)"

Sedangkan beliau {Ibnu Katsir} sendiri sepertinya lebih memilih pendapat jumhur ulama. Beliau berkata; "Tetapi kedua alasan tersebut masih perlu dipertimbangkan, mengingat kebanyakan perkara hari kiamat disebutkan dengan bentuk madi untuk menunjukkan pengertian bahwa kejadiannya merupakan suatu kepastian yang telah ditetapkan."

Tafsir Ibnu Katsir yang kami gunakan versi ebook, dan sepertinya ebook tafsir Ibnu Katsir ini resmi karena di publikasikan oleh kampung sunnah. Tafsir Ibnu Katsir adalah tafsir ulama klasik yang paling banyak di terjemahkan oleh berbagai pihak.

Kami tentu sependapat dengan As saddi dengan sedikit catatan, dan tentunya sesuai sudut pandang kami dalam memahami bahasa indonesia. Apa yang di katakan As saddi tersebut mungkin hakekat sebenarnya tidak keliru, hal ini karena bisa jadi terjemahan ini sesuai dengan yang di inginkan beliau atau bisa jadi kekurang tepatan saja dalam menterjemahkan.

As saddi mengatakan, bahwa pertanyaan Allah dan jawaban Isa putera Maryam tersebut terjadi di dunia, dan secara lebih sepesifik lagi ketika Allah mengangkatnya ke langit.

"Ketika" {dalam sudut pandang kami}, makna ketika dalam kalimat tersebut menunjukan pertanyaan Allah dan jawaban Isa putera Maryam pada saat beliau di angkat, atau pada saat dalam perjalanan. Tetapi kalimat sebelumnya dengan tegas As saddi mengatakan peristiwa tersebut terjadi di dunia. Maka sepertinya kalimat ketika tersebut menunjukan sebelum beliau di angkat, dan ini sudut pandang kami dalam memahami apa yang di katakan As saddi tersebut. Akan tetapi konteks pertanyaan mengindikasikan setelah Isa putera Maryam di angkat, dan inilah yang insya Allah lebih tepat, karena Isa putera Maryam mengatakan "setelah engkau mewafatkan aku"

Seperti yang sudah kami uraikan, bahwasanya Isa putera Maryam telah diwafatkan, lalu beliau di angkat ke langit. Dalam sudut pandang kami, apa yang di tanyakan Allah pada beliau tersebut memang secara kronologis seperti apa yang di ungkapkan As saddi, tetapi tepatnya setelah beliau di wafatkan, atau dalam sudut pandang As saddi kemungkinan tidak di wafatkan, Karena mungkin pendapat beliau mengikuti jumhur ulama. tetapi hal ini konteksnya bukan di dunia, dan lebih tepatnya setelah beliau di angkat ke langit. Yang perlu di renungkan adalah sebagai berikut:

Pertama. jumhur ulama meyakini bahwa Isa putera Maryam masih hidup di langit. Begitu pula apa yang kami pegangi, hanya saja dalam sudut pandang kami Isa putera Maryam sudah wafat namun di hidupkan kembali sebelum di angkat ke langit.

Kedua. Pertanyaan Allah pada Isa putera Maryam yang waktunya atau masanya terjadi setelah beliau di wafatkan dan kemudian di hidupkan kembali, dan lahiriah ayat memang menunjukan telah terjadi.

Pada dasarnya setiap manusia dibangkitkan nanti pada hari kebangkitan dan saat tersebutlah ketika setiap nyawa/ruh akan di kembalikan pada setiap raganya, tak terkecuali Rosululloh dan beliaulah orang yang pertama kali mengangkat kepalanya dari tanah namun saat tersebut Nabi Musa sudah di sisi Arsy. Dari itu semua hanya Isa putera Maryam yang telah di bangkitkan dari kematianya sesaat setelah beliau di wafatkan oleh Allah. Sesaat ini, kita tunda dulu pembahasanya, yang jelas Allah telah mengabarkan kepada kita tentang perkataan Isa putera Maryam yang berkata "Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka"

Wafatnya beliau ini bukan karena di salib, akan tetapi wafatnya beliau seperti pada umumnya manusia, dan yang jelas beliau wafat bukan karena di salib, dan Allah sendiri yang mengabarkanya. Seperti yang telah kami uraikan, bahwasanya Isa putera Maryam telah wafat dan beliau kemudian di angkat ke langit setelah beliau di bangkitkan terlebih dahulu dari kematianya, dan sisi pendalilanya sudah kami jelaskan.

Pola yang tertinggal atau terlihat pada Isa putera Maryam ini ternyata juga terjadi pada malaikat yang di utus oleh Allah, yaitu Malaikat maut yang di utus untuk mencabut nyawa Nabi Musa, yang karenanya hal ini sebagai salah satu sunatullah bahwa Isa putera Maryam adalah Malaikat. Pola apa yang kami maksudkan, maka kita lihat dulu hadis berikut ini!

dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata,: "Suatu hari malaikat maut diutus kepada Musa 'alaihissalam. Ketika menemuinya, -Nabi Musa- memukul matanya. {dalam shahih Muslim: maka ketika ia tiba dihadapannya, Musa langsung memukulnya hingga dia mencongkel matanya,} dalam shahih Muslim yang lain, "Malaikat maut datang menemui Musa 'Alaihis Salam, lalu ia berkata kepadanya; 'Penuhilah panggilan Rabbmu, ' Rasulullah Bersabda: "Lalu Musa menampar mata malaikat maut dan mencukilnya, "} Maka malaikat maut kembali kepada Rabbnya dan berkata,: "Engkau mengutusku kepada hamba yang tidak menginginkan mati". Maka Allah membalikkan matanya kepadanya seraya berfirman: "Kembalilah dan katakan kepadanya agar dia meletakkan tangannya di atas punggung seekor lembu jantan, yang pengertiannya setiap bulu lembu yang ditutupi oleh tangannya berarti umurnya satu tahun". Nabi Musa 'alaihissalam bertanya: "Wahai Rabb, setelah itu apa?. Allah berfirman:: "Kematian". Maka Nabi Musa 'alaihissalam berkata,: "Sekaranglah waktunya". Kemudian Nabi Musa 'alaihissalam memohon kepada Allah agar mendekatkannya dengan tanah yang suci (Al Muqaddas) dalam jarak sejauh lemparan batu". Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seandainya aku kesana, pasti akan aku tunjukkan kepada kalian keberadaan kuburnya yang ada di pinggir jalan dibawah tumpukan pasir merah". Shahih Bukhari no 1253. Shahih Muslim no 4374-4375.

Dalam hadis ini dikabarkan bahwa Malaikat maut diutus oleh Allah untuk mencabut nyawa Nabi Musa. dalam konteks ini dan dalam konteks-konteks semisal, yang saya maksudkan dalam konteks-konteks semisal adalah datangnya Malaikat maut untuk mencabut nyawa para Nabi dengan cara Malaikat maut menjelma dalam sesosok manusia. seperti halnya Malaikat maut mendatangi Nabi Daud.

Syaikh Sulaiman al-Asyqar memberikan beberapa catatan mengenai hadis ini, dan diantaranya sebagai berikut:
 1. Hadis ini menunjukkan bahwa sebelum nyawa para Nabi dicabut,  merek diberi pilihan antara terus hidup atau berpindah kepada rahmatullah, sebagaimana Musa diberi pilihan. Aisyah telah mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam bersabda pada waktu beliau sakit menjelang wafatnya, "Ya Allah, Rafiqul A'la." Aisyah mengerti bahwa beliau diberi pilihan maka beliau memilih.

2.Kemampuan Malaikat menjelma dalam wujud manusia, sebagaimana Malaikat maut yang mendatangi Musa dalam wujud manusia.

3. Kematian adalah haq dan pasti. Jika ada yang lolos dari maut, tentulah mereka adalah para Nabi dan Rasul.

4. Kedudukan Musa di sisi Allah. Musa menampar Malaikat maut hingga rusak matanya. Kalau saja bukan  karena kemuliaan Musa di hadapan Allah, mungkin Malaikat akan membalasnya dengan keras. {Kisah? shahih dalam alquran & as-sunnah sulaiman al asyqar ebook maktabah abu salma al-Atsari hal 138}

Seperti yang beliau katakan, bahwa Malaikat maut menjelma dalam wujud manusia ketika mendatangi Nabi Musa untuk mencabut nyawanya. Indikasinya cukup jelas untuk menyimpulkan bahwa Malaikat maut datang padanya dalam wujud manusia. Kenapa Malaikat maut dapat terluka karena pukulan seorang manusia?!, maka jawabanya semua ini atas kehendak Allah dan kekurangan ini-pun dikaitkan dengan sosoknya yang menjelma sebagai manusia. Seandainya Allah menghendaki agar Malaikatnya tidak terluka, tentunya bukan hal yang aneh, dan bahkan inilah yang tertuntut. Tetapi kehendak Allah memang demikian dan ini-pun dikaitkan dengan wujud manusia yang mana Malaikat maut datang dalam jelma'anya {menjelma}. Artinya Allah menghendaki Malaikat maut diberikan kekurangan atau keterbatasan sebagaimana manusia pada umumnya, {terluka karena pukulan dan semisalnya} dan walaupun hal ini tidaklah sepenuhnya atau tidak sepenuhnya kemampuan kemalaikatanya hilang darinya, dan nyatanya Malaikat maut mampu kembali menghadap Allah untuk mengadukan apa yang menimpanya terkait Nabi Musa.

Semisal dengan hal ini, yaitu kisah yang semakna tentang Malaikat maut yang menjelma dalam sosok manusia adalah apa yang terjadi pada Nabi Daud, dan juga konteksnya sama yaitu ditugaskan oleh Allah untuk mencabut nyawa Nabi Dawud.


Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, "Nabi Dawud memiliki kecemburuan yang besar. Jika dia pergi pintu-pintu rumahnya dikunci. Tidak seorang pun yang datang kepada keluarganya sampai dia pulang. Suatu hari dia keluar dan rumahnya dikunci. Maka datanglah istrinya untuk meneliti rumah, ternyata ada seorang laki-laki yang berdiri di tengah rumah. Dia berkata kepada orang-orang yang ada di rumah, "Dari mana orang ini masuk ke dalam rumah padahal ia terkunci? Demi Allah, kamu akan ditangkap oleh Dawud." Dawud pulang sementara laki-laki itu tetap berdiri ditengah rumah. Dawud bertanya, "Siapa kamu?" Orang itu menjawab, "Aku adalah orang yang takut kepada raja, tidak ada sesuatu pun yang menolak aku." Dawud berkata, "Demi Allah, kamu adalah Malaikat maut. Selamat datang kepada perintah Allah." Maka Dawud berlari kecil di tempat nyawanya dicabut. Ketika urusan Dawud telah selesai, matahari pun terbit. Sulaiman berkata kepada burung, "Naungilah Dawud." Maka ia menaunginya sehingga bumi menjadi gelap bagi keduanya. Sulaiman berkata kepadanya, "Tariklah sayapmu satu per satu." Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah menunjukkan bagaimana burung itu melakukannya. Dan Rasul Allah (Dawud) diambil, sementara pada hari itu yang lebih dominan memberi naungan adalah elang yang bersayap lebar

Syaikh Sulaiman al-Asyqar mengatakan, Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya (2/419), disebutkan oleh Haitsami dalam Majma'uz Zawaid (8/207), kemudian dia berkata tentang takhrij-nya, "Diriwayatkan oleh Ahmad, dalam Sanad-nya terdapat Al-Muthallib bin Abdullah bin Hanthab. Dia dinyatakan tsiqah oleh Abu Zur'ah dan lainnya, dan sisa rawinya adalah rawi hadis shahih. Kisah-kisah shahih dalam al-qur'an & as-sunnah hal 190-194 ebook maktabah Abu Salma al-Atsari

Terkait pola yang saya maksudkan tersebut adalah sebagai berikut. Jika kita lihat dan perhatikan apa yang terjadi pada Malaikat maut yang mendatangi Nabi Musa untuk mencabut nyawanya, maka Malaikat maut akhirnya kembali menghadap kepada Allah dan mengadukan apa yang terjadi pada Nabi Musa. Apa yang dilakukan Nabi Musa tersebut menunjukan bahwa beliau tidak mengetahui siapa sosok sebenarnya yang ia pukul dan congkel matanya. Ketidak tahuan beliau juga menimpa Nabi Daud yang tidak mengetahui sosok sebenarnya dari laki-laki yang ada dirumahnya. Setelah beliau bertanya dan mendapatkan jawaban barulah beliau mengetahui bahwa laki-laki yang didepanya adalah Malaikat maut yang ditugaskan oleh Allah untuk mencabut nyawanya. Maka dari itu apa yang menimpa Malaikat maut yang dipukul oleh Nabi Musa menunjukan bahwa beliau tidak mengetahui bahwa sosok manusia yang dia pukul adalah Malaikat maut. Maka setelah Malaikat maut kembali menghadap Allah dan mengadukan apa yang terjadi padanya dan Allah mengembalikan matanya yang terluka dan kemudian Malaikat maut kembali mendatangi Nabi Musa, barulah beliau mengetahui siapa sesungguhnya sosok yang ia pukul. Apakah setiap Nabi dan Rosul yang akan dicabut nyawanya didatangi oleh Malaikat maut dalam wujud manusia atau menjelma dalam wujud manusia maka kami tidak mengetahuinya. Yang jelas kedua kisah tersebut menunjukan dan mengabarkan bahwa Malaikat maut ketika hendak mencabut nyawa para Nabi datang dalam sosok manusia atau menjelma dalam wujud manusia.

Apa yang dilakukan Malaikat maut setelah dipukul Nabi Musa, yaitu kembali menghadap Allah adalah pola yang kami maksudkan. Seandainya Malaikat maut tidak kembali kepada Allah dan menjelaskan pada Nabi Musa perihal dirinya insya Allah bukan sesuatu yang tidak mungkin. Apa yang ditugaskan pada Malaikat maut tersebut dan kembalinya Malaikat maut pada Allah dalam melaporkan apa yang ditugaskan padanya adalah pola. Dan hal ini sama dengan yang di alami Isa putera Maryam. Allah mengabarkan kepada kita,

 "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku" {al-Qur'an Ali Imron ayat 55}

 Secara lahiriah Allah berbicara langsung pada Isa putera Maryam. Dan saya yakin anda tidak setuju bila Allah berbicara langsung pada Isa, dan insya Allah secara bertahap anda akan mengerti hal ini. dalam ayat ini Allah mengabarkan kepada kita bahwa Allah mengangkatnya dan kita mengetaui bahwa beliau akan turun di Damaskus nantinya. kita mengetaui bahwa beliau ditanya oleh Allah setelah beliau diangkat ke langit.

 "hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan pada manusia: "jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah"....

 Seperti yang telah Allah katakan dalam Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 157 bahwa Isa putera Maryam tidak dibunuh dan tidak pula disalib, maka apa yang Allah kabarkan dalam surat Ali Imron ayat 55 yang menjelaskan kepada kita bahwa Allah mewafatkan Isa putera Maryam adalah wafat dengan cara yang biasa, artinya wafat disini bukan dengan dibunuh apa lagi disalib oleh orang-orang yahudi laknattullah.

 Ayat selanjutnya {An-Nisa 158} yang mengabarkan kepada kita bahwa Allah mengangkat Isa putera Maryam kepadanya jangan langsung dipahami dengan konteks ayat sebelumnya. Karena ayat sebelumnya yang berbicara bahwa beliau tidak dibunuh maupun disalib akan berakibat munculnya suatu pemahaman bahwa Isa putera Maryam di angkat ke langit dalam keadaan masih hidup. Bila demikian maka kita akan membuang perkataan Allah dalam surat Ali Imron ayat 55 yang mana Allah mengatakan; "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku"

 Oleh karena itu semua sudah seharusnya kita menetapkan semua apa-apa yang Allah kabarkan kepada kita bahwa Isa putera Maryam tidak dibunuh dan disalib {QS: 4.157}, namun demikian Allah menghendaki Isa putera Maryam meninggal dunia/wafat dengan cara biasa{QS:3.55}, dan mengangkat beliau kepadanya {QS:4.158}, dan juga kita harus meyakini bahwa Isa putera Maryam akan turun ke bumi {Shahih Muslim}.

 ... tiba-tiba 'Isa putra Maryam turun di sebelah timur Damaskus di menara putih dengan mengenakan dua baju berwantek za'faran seraya meletakkan kedua tangannya diatas sayap dua malaikat Shahih Muslim no 5228

 Turun disini tentu dalam keadaan hidup, sedangkan Allah telah menetapkan bahwa Isa putera Maryam telah wafat atau meninggal dunia {QS:3.55}, dan Allah juga telah mengabarkan bahwa Isa putera Maryam telah diangkat kepadanya {QS:4.158} dan ini setelah Isa putera Maryam diwafatkan. Artinya bila dikaitkan dengan kabar dalam Shahih Muslim tersebut maka diangkatnya Isa putera Maryam ke langit setelah beliau dibangkitkan terlebih dahulu dari kematianya, karena sebelumnya Allah telah menetapkan kematianya. Silahkan renungkan dalam-dalam dalil-dalil tersebut!

 Kita kembali pada pola yang tertinggal atau tersirat dari kisah Malaikat maut dengan Nabi Musa. Bila kita perhatikan perkataan Allah pada Isa putera Maryam "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku" Maka disini ada kesan yang sama seperti Malaikat maut yang kembali menghadap Allah setelah dipukul oleh Nabi Musa. Menghadapnya Malaikat maut tersebut atas inisiatif sendiri dan hal ini karena tugas yang dia pikul, yaitu mencabut nyawa yang dalam hal ini untuk mencabut nyawa Nabi Musa. Sedangkan terkait Isa putera Maryam dan bila kita memperhatikan pertanyaan Allah padanya,

 "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). dan seterusnya...

 maka bila hal ini kita kaitkan dengan perkataan Allah, "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku"

 Maka seakan-akan dan memang tersirat dan bahkan tersurat bahwa Allah hendak menanyakan tugas yang beliau pikul atau dibebankan padanya. Hal ini lebih sepesifik dari pada nabi-nabi lainya yang mana mereka semua akan ditanya tentang tugas kenabian atau kerosulanya pada hari pengadilan. Tentunya Isa putera Maryam berbeda dengan semua itu karena beliau ditanya ketika beliau sudah dibangkitkan dari kematianya yang mana dibangkitkanya beliau dari kematianya tidak menunggu hari kebangkitan semua makhluk setelah hari kiamat terjadi.

 Allah mengabarkan bahwa Isa putera Maryam akan diwafatkan dan kemudian diangkat dan kemudian beliau ditanya perihal tugas yang beliau pikul dan terkusus soal ketuhanan yang dialamatkan padanya oleh umatnya. Maka semua ini menunjukan rentang waktu yang tidak lama, artinya ketika tugas yang dibebankan pada Isa putera Maryam telah terjadi masalah yang serius, maka Allah hendak menanyakan padanya dengan diwafatkanya beliau dan kemudian beliau diangkat kelangit dan kemudian beliau ditanya. Inilah rentang waktu yang pendek dan ini tidak seperti nabi-nabi lainya yang akan ditanya nanti pada hari pengadilan. Oleh karena itu Isa putera Maryam dalam hal ini sama seperti Malaikat maut yang menghadap Allah terkait tugas yang mereka pikul. Artinya bila melihat kisah Malaikat maut tersebut maka tugasnya memang untuk mencabut nyawa, dan kusus para Nabi Malaikat maut mendatanginya dengan menjelma sebagai manusia. Semisal dengan ini adalah kisah Malaikat yang menjelma sebagai Manusia dalam menguji tiga orang dari bani israel. Bila Malaikat yang menguji tiga orang dari bani israel tersebut, maka memang tugasnya hanya sebatas itu, atau bisa jadi Malaikat ini juga punya tugas-tugas lain yang semakna, dan inilah tugasnya sebagaimana tugas Malaikat Maut yang mencabut nyawa para Nabi dengan menjelma sebagai manusia, dan begitu pula Malaikat yang hadir dalam wujud manusia yang bernama Isa putera Maryam yang tugasnya untuk menjadi Nabi, dan Allah-pun memberikan petunjuk bahwa Isa adalah Malaikat dari firmanya;

 (Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata". Al-Ma'idah:110

 Allah berbicara pada Isa putera Maryam ketika beliau telah di angkat ke langit dengan konteks mengingatkan "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus" dan kita tahu siapa itu ruhul qudus. Kita tunda dulu mengenai ruhul qudus yang saya yakin anda belum menerima bila ruhul qudus dalam ayat ini adalah roh Isa Putra Maryam.

 "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku"

 Dan setelah beliau diwafatkan dan diangkat kepadanya, maka Allah bertanya terkait tugasnya yang di jadikan Nabi.

 "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). dan seterusnya...

 Dan pernyataan Allah yang memberitahukan pada Isa tentang ajalnya yang telah dekat dan kemudian setelah Allah mengangkatnya yang sebelumnya dibangkitkan terlebih dahulu menunjukan Isa sang Nabi Allah berbeda dengan Nabi-Nabi lainya yang akan ditanya nanti ketika kiamat telah terjadi. Artinya Nabi Isa ini sama dengan Malaikat Maut yang menghadap Allah ketika tugasnya ada masalah, sebagaimana pula Nabi Isa yang menghadap Allah atas kehendak Allah. Tentu anda masih ragu, dan insya Allah akan ada penjelasan dari dalil-dalil yang sepesifik dan textual. Memang ini tidak serta merta bahwa beliau adalah Malaikat, tetapi ini salah satu awal untuk mencari pengetahuan apakah beliau Malaikat dalam tubuh Manusia. Apa lagi Allah mengabarkan kepada kita bahwa Isa putera Maryam sewaktu masih bayi berkata;

 Berkata Isa {ketika masih bayi}; "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,.... Maryam:30

 Artinya hal ini diluar sunattullah sebagaimana manusia pada umumnya, karena ruh beliau adalah Malaikat., perhatikan dan renungkan firman Allah ini;

 ...... "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian .... Al Maidah:110

 Ruhul Qudus adalah Malaikat Jibril berdasarkan firman Allah dalam Al-qur'an surat An -Nahl ayat 102 Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, ....

Tetapi ada hadis shahih yang mematahkan setiap penafsiran ruhul qudus adalah Malaikat Jibril, artinya tidak setiap ruhul qudus adalah Malaikat Jibril, oleh karenanya bisa bermakna Malaikat Jibril seperti ayat diatas atau bukan Malaikat Jibril, maksudnya hanya sekedar Malaikat.

Malaikat maut yang menjelma sebagai manusia dalam mencabut nyawa para nabi, entah itu Nabi Daud atau Nabi Musa atau Nabi-Nabi yang lainya memang dibebankan sebagaimana manusia pada umumnya yang memiliki keterbatasan dan walaupun tidak semua kemampuan Malaikatnya hilang. Malaikat maut yang dipukul Nabi Musa hingga Nabi Musa mencongkel matanya adalah beban yang dibebankan pada Malaikat maut, maksudnya hal ini adalah sifatnya yang lemah yang pada dasarnya bagi Malaikat itu sesuatu yang tidak mungkin. Karena Malaikat tersebut menjelma sebagai manusia maka keterbatasan yang ada pada manusia juga Allah kehendaki untuk Malaikatnya yang di izinkan menjelma sebagai manusia. Pun demikian Allah tidak menghilangkan sepenuhnya kemampuan Malaikatnya, dan hal ini terlihat ketika Malaikat maut menghadap Allah.

 Inti dari pendalilan ini adalah karena Isa putera Maryam dipanggil oleh Allah {Ali-Imron 55} dan langsung ditanyakan tentang tugasnya {Al-Maidah 116-117} dan beliau sebelumnya diwafatkan terlebih dahulu dan kemudian dibangkitkan. Dan konteks seperti itulah {menghadap Allah langsung tanpa menunggu hari kebangkitan} yang menyamai Malaikat maut menghadap Allah, maksudnya dalam bahasa kita adalah melapor atau dimintai laporanya. Inilah barometer Malaikat menjelma Manusia, dan masih ada dalil-dalil yang semakna {menjelma}.

Ada dalil-dalil lain yang akan menguatkan apa-apa yang sudah kami uraikan. dalil tersebut adalah bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kita datang terakhir dan pertama pada hari kiamat, meskipun mereka diberi Kitab sebelum kita. Dan ini adalah hari dimana mereka mendapat kewajiban, namun kemudian mereka berselisih di dalamnya. Allah lalu memberi hidayah kepada kita, maka semua manusia akan mengikuti kita (hari ini), besok hari untuk Yahudi dan Nashrani hari setelahnya lagi." Shahih Bukhari no 827

Waktu atau masa yang mana Allah telah bertanya pada Isa putera Maryam tersebut menunjukan bahwa beliau bukan manusia pada umumnya. hal ini karena hadis di atas tersebut menjelaskan bahwa umat Muhammad shalallahu wa'alaihi wasallam adalah umat yang pertama kali di hisab.

Sedangkan pertanyaan Allah pada beliau menunjukan hal ini keluar dari keumuman dalil yang menyatakan bahwa kita adalah umat yang pertama kali di hisab. karena Isa sudah ditanya, sedangkan beliau dan umatnya bukanlah yang pertama kali di hisab, maka artinya pertanyaan Allah tersebut sudah terjadi, dan renungkankah dalam-dalam. Memang pertanyaan Allah pada beliau tersebut tidak menunjukan penghisaban, dan jika ada dan memang kenyataanya ada bahwa ada manusia-manusia yang tidak di hisab dan di adzab, apa lagi beliau selaku nabi. hanya saja terlepas dari itu semua, pertanyaan Allah pada beliau atau nabi-nabi yang lain nanti pada hari penghisaban belum tentu menunjukan penghisaban pada para Nabi. Tetapi dari dalil-dalil yang ada mengisyaratkan bahwa semua itu terjadi pada hari penghisaban, terlepas apakah para nabi di hisab ataukah tidak.

Dalil lain yang mengsyaratkan Isa putera Maryam adalah Malaikat adalah apa yang diriwayatkan An-Nawas ibnu Sam'an. .... tiba-tiba 'Isa putra Maryam turun di sebelah timur Damaskus di menara putih dengan mengenakan dua baju berwantek za'faran seraya meletakkan kedua tangannya diatas sayap dua malaikat, Shahih Muslim no 5228

Sisi pendalilanya adalah sebagai berikut. Seperti yang kita ketaui bahwa surat Ar-Rum ayat 40 objeknya adalah manusia dan sifatnya mutlak, dan dipertegas dengan perkataan Allah. Allah berfirman; "Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?" (Q.S.Al-Anbiya: 35)

Maka karena hal-hal inilah Isa putera Maryam diwafatkan, karena jasad beliau adalah manusia. Sedangkan turunya beliau di akhir zaman membuktikan bahwa beliau pada hakekatnya adalah Malaikat dalam tubuh manusia, yaitu jasadnya adalah jasad manusia sedangkan ruh-nya atau ruhnya adalah ruh Malaikat. Hal ini sama konteks nya dengan Malaikat maut dalam menyelesaikan tugasnya.

Allah berfirman, "Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu" ar-rum :40

Allah-lah yang menciptakan kamu, yaitu manusia objeknya. Kemudian memberimu {manusia} rizqi, yaitu sewaktu kita telah lahir kedunia. Kemudian mematikanmu dan kemudian menghidupkanmu {manusia}. dan setelahnya adalah kehidupan abadi, surga atau neraka. Seperti yang Allah firmankan dalam surat Al-anbiya diatas, bahwasanya Allah berfirman,

 "KAMI TIDAK MENJADIKAN HIDUP ABADI BAGI SEORANG MANUSIAPUN SEBELUM KAMU {MUHAMMAD}; MAKA JIKALAU KAMU MATI, APAKAH MEREKA AKAN KEKAL?"

Ayat ini sejatinya sudah cukup untuk menetapkan kematian Isa putera Maryam, saya kira hal ini sudah cukup penjelasanya. dalam ayat ini Allah menegaskan dengan tanpa pengecualian, bahwa tidak ada seorangpun sebelum Rosululloh Muhammad shallallahu alai wasallam yang hidup abadi, dan kenyataanya Isa putera Maryam telah meninggal, dan uraianya anda sudah membacanya. Dan ketika Rosululloh mengabarkan bahwa Isa putera Maryam nanti akan turun ke bumi, sedangkan disisi yang lain telah nyata kematian Isa putera Maryam, maka hal ini ini menunjukan bahwa Isa putera Maryam adalah Malaikat. Hal ini karena Malaikat diberikan kekuasaan untuk menjelma sebagai manusia, sebagaimana Malaikat maut, namun Isa bukan menjelma tetapi terlahirkan.

Allah berfirman; dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh/roh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat. At-Tahrim:12

Dalam ayat ini At-Tahrim:12 Allah menyebutkan bahwa Allah meniupkan kedalam rahim Maryam ruh kami. Apa yang di maksud ruh kami dalam ayat ini, maka kita tunda dulu uraian ini.

Seperti yang telah kami ungkapkan, bahwa Isa putera Maryam secara fisik atau jasad adalah manusia. Dan hal ini selaras dengan firman Allah, "KAMI TIDAK MENJADIKAN HIDUP ABADI BAGI ?SEORANG MANUSIAPUN? SEBELUM KAMU {MUHAMMAD}" dan secara atau bila dilihat dari kaca mata ruh, maka beliau adalah Malaikat. Maka dari itu Isa putera Maryam di tugaskan untuk turun ke bumi pada akhir zaman, karena pada hakekatnya beliau adalah Malaikat. Hanya Malaikat yang di berikan kekhususan seperti ini, dan contohnya adalah Malaikat maut yang hendak mencabut nyawa para Nabi seperti kisah Malaikat maut yang hendak mencabut nyawa Nabi Daud dan kisah yang semisal ketika hendak mencabut nyawa Nabi Musa. Tentunya kedua Nabi tersebut hidup di masa yang berbeda, dan itu artinya Malaikat maut datang pada masa yang berbeda dan kedatangan Malaikat maut tersebut datang dalam rupa atau menjelma sebagai manusia. Apakah Malaikat maut yang menjelma sebagai manusia ketika mendatangi Nabi Daud adalah pribadi manusia yang sama ketika mendatangi Nabi Musa maka hal ini kami tidak tahu. Tetapi yang pasti Malaikat maut mendatangi kedua Nabi tersebut di masa yang berbeda dengan menjelma sebagai manusia. Maka bila dilihat dari sisi tersebut, yaitu Malaikat maut yang menjelma sebagai manusia untuk mencabut nyawa kedua Nabi tersebut, yang tentunya di masa yang berbeda, maka apa susahnya kita memahami bahwa Isa putera Maryam adalah Manusia dengan roh/ruh Malaikat yang akan di tugaskan untuk membinasakan dajjal, dan beliau juga adalah pribadi yang sama ketika beliau di utus Allah menjadi Nabi yang kita mengenalnya dengan nama Isa putera Maryam.

Malaikat menjelma sebagai manusia bukan hanya Malaikat maut saja, tetapi juga Malaikat Jibril yang hadir sebagai Manusia ketika mendatangi Rosululloh, atau Malaikat yang lain pula yang menjelma sebagai manusia dalam menguji manusia biasa.

 'Umar bin al-Khaththab berkata, 'Dahulu kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan. Tidak seorang pun dari kami mengenalnya, hingga dia mendatangi Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam lalu menyandarkan lututnya pada lutut Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam, kemudian ia berkata, 'Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam? ' Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasalam menjawab: "Kesaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan puasa Ramadlan, serta haji ke Baitullah jika kamu mampu bepergian kepadanya.' Dia berkata, 'Kamu benar.' Umar berkata, 'Maka kami kaget terhadapnya karena dia menanyakannya dan membenarkannya.' Dia bertanya lagi, 'Kabarkanlah kepadaku tentang iman itu? ' Beliau menjawab: "Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk." Dia berkata, 'Kamu benar.' Dia bertanya, 'Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan itu? ' Beliau menjawab: "Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." Dia bertanya lagi, 'Kapankah hari akhir itu? ' Beliau menjawab: "Tidaklah orang yang ditanya itu lebih mengetahui daripada orang yang bertanya." Dia bertanya, 'Lalu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya? ' Beliau menjawab: "Apabila seorang budak melahirkan (anak) tuan-Nya, dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun bermegah-megahan dalam membangun bangunan." Kemudian dia bertolak pergi. Maka aku tetap saja heran kemudian beliau berkata; "Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa penanya tersebut?" Aku menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Beliau bersabda: "Itulah jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada kalian tentang pengetahuan agama kalian'." Shahih Muslim

dan kisah Malaikat yang menjelma sebagai manusia dalam menguji tiga orang biasa seperti hadis berikut ini.
 ........ Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada tiga orang dari Bani Isra'il yang menderita sakit. Yang pertama menderita penyakit kusta, yang kedua berkepala botak dan yang ketiga buta. Kemudian Allah Ta'ala menguji mereka dengan mengutus malaikat menemui mereka. Pertama, malaikat mendatangi orang yang berpenyakit kusta lalu bertanya kepadanya; "Apa yang paling kamu sukai?". Orang ini menjawab; "Warna kulit dan kulitku yang bagus karena sekarang ini manusia menjauh dariku". Beliau melanjutkan: "Maka malaikat itu mengusap kulitnya hingga hilang dan berganti dengan warna dan kulit yang bagus". Lalu malaikat bertanya lagi; "Harta apa yang paling kamu sukai?". Orang itu menjawab; "Unta". Perawi berkata: "Atau sapi", perawi ragu bahwa orang yang berpenyakit kusta ataukah yang berkepala botak. Yang satu berkata; "Unta" dan yang lainnya berkata; "Sapi". Maka dia diberi puluhan unta, lalu malaikat berkata; "Semoga pada unta-unta itu ada keberkahan buatmu". Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang berkepala botak dan bertanya kepadanya; "Apa yang paling kamu sukai?". Orang ini menjawab; "Tumbuh rambut yang bagus dan penyakit ini pergi dariku karena sekarang ini manusia menjauh dariku". Beliau melanjutkan: "Maka malaikat itu mengusap kepala orang ini hingga hilang dan berganti dengan rambut yang bagus". Lalu malaikat bertanya lagi; "Harta apa yang paling kamu sukai?". Orang itu menjawab; "Sapi". Maka dia diberi seekor sapi yang sedang bunting lalu malaikat berkata; "Semoga pada sapi itu ada keberkahan buatmu". Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang buta lalu bertanya kepadanya; "Apa yang paling kamu sukai?". Orang ini menjawab; "Seandainya Allah Ta'ala mengembalikan penglihatanku sehingga dengan penglihatan itu aku dapat melihat manusia". Beliau melanjutkan: "Maka malaikat itu mengusap mata orang ini hingga Allah Ta'ala mengembalikan penglihatannya". Lalu malaikat bertanya lagi; "Harta apa yang paling kamu sukai?". Orang itu menjawab; "Kambing". Maka dia diberi seekor kambing yang bunting". Maka kedua orang yang pertama tadi hewan-hewannya berkembang biak dengan banyak begitu juga orang yang ketiga, masing-masing mereka memiliki lembah untuk mengembalakan unta-unta, lembah untuk mengembalakan sapi-sapi dan lembah untuk mengembalakan kambing-kambing. Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang tadinya berpenyakit kusta dalam bentuk keadaan seperti orang yang berpenyakit kusta lalu berkata; "Saya orang miskin yang bekalku sudah habis dalam perjalananku ini dan tidak ada yang menyampaikan aku hidup hingga hari ini kecuali Allah Ta'ala. Maka aku memohon kepadamu demi orang yang telah memberimu warna dan kulit yang bagus berupa seekor unta, apakah kamu mau memberiku bekal agar aku dapat meneruskan perjalananku ini?. Maka orang ini berkata; "Sesungguhnya hak-hak sangat banyak (untuk aku tunaikan) ". Lalu Malaikat bertanya kepadanya; "Sepertinya aku mengenal anda. Bukankah kamu dahulu orang yang berpenyakit kusta dan manusia menjauhimu dan kamu dalam keadaan faqir lalu Allah Ta'ala memberimu harta?". Orang ini menjawab; "Aku memiliki ini semua dari harta warisan turun menurun". Maka malaikat berkata; "Seandainya kamu berdusta, semoga Allah Ta'ala mengembalikanmu kepada keadaanmu semula". Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang dahulunya berkepala botak dalam bentuk keadaan orang yang berkepala botak, lalu malaikat berkata sebagaimana yang dikatakan kepada orang pertama tadi lalu orang yang dahulunya berkepala botak ini menjawab seperti jawaban orang yang dahulunya berpenyakit kusta lalu malaikat berkata; "Seandainya kamu berdusta, semoga Allah Ta'ala mengembalikanmu kepada keadaanmu semula". Lalu malaikat mendatangi orang yang dahulunya buta dalam bentuk sebagai orang buta lalu berkata; "Saya orang miskin yang bekalku sudah habis dalam perjalananku ini dan tidak ada yang menyampaikan aku hidup hingga hari ini kecuali Allah Ta'ala. Maka aku memohon kepadamu demi Dzat yang telah mengembalikan penglihatanmu berupa seekor kambing, apakah kamu mau memberiku bekal agar aku dapat meneruskan perjalananku ini?. Maka orang ini menjawab; "Dahulu aku adalah orang yang buta lalu Allah Ta'ala mengembalikan penglihatanku dan aku juga seorang yang faqir lalu Dia memberiku kecukupan, maka itu ambillah sesukamu. Demi Allah, aku tidak akan menghalangimu untuk mengambil sesuatu selama kamu mengambilnya karena Allah Ta'ala". Maka malaikat itu berkata; "Peganglah hartamu. Sesungguhnya kalian sedang diuji dan Allah Ta'ala telah ridla kepadamu dan murka kepada kedua temanmu". Shahih Bukhari no 3205

Maka dari kisah-kisah Malaikat yang menjelma sebagai manusia dalam mengemban tugasnya, entah itu untuk mencabut nyawa para Nabi, atau yang lainya, termasuk pula ditugaskan secara kusus untuk menguji hamba-hamba Allah dari kalangan manusia biasa seperti tiga orang bani israil tersebut, maka seperti itu pula tugas yang diberikan secara kusus untuk Isa putera Maryam dan semua itu adalah tugas yang duperintahkan oleh Allah untuk para Malaikatnya dan tentunya tugasnya berbeda-beda.

Perbedaan Isa putera Maryam dan Malaikat-Malaikat lainya adalah hanya pada satu sisi. Malaikat-Malaikat lainya diizinkan menjelma sebagai Manusia, sedangkan pada Isa putera Maryam terlahirkan, artinya lebih dari sekedar menjelma. Malaikat Jibril kadang menemui Rosululloh dalam keadaan sebagai Manusia seperti kisah diatas dan kadang dengan wujud aslinya yang memiliki 600 ratus sayap. Maka bila dilihat dari satu sisi, yaitu terlahirkan sebagai manusia, maka Allah telah menetapkan tak ada seorangpun yang hidup Abadi.

 "KAMI TIDAK MENJADIKAN HIDUP ABADI BAGI SEORANG MANUSIAPUN SEBELUM KAMU {MUHAMMAD}; MAKA JIKALAU KAMU MATI, APAKAH MEREKA AKAN KEKAL?" {Al-Qur'an surat Al-Anbiya ayat 35}

Artinya disini memang lebih dari sekedar menjelma, yaitu benar-benar dengan wujud atau tubuh manusia. Karena inilah Isa putera Maryam harus meninggal dunia, karena beliau terkena hukum sebagaimana manusia pada umumnya dan walaupun ruh beliau adalah ruh Malaikat, dan memang yang namanya mati berpisahnya ruh dari badan. Seperti yang telah anda ketahui, bahwasanya Isa putera Maryam telah meninggal dunia, kemudian diangkat kelangit setelah sebelumnya beliau dibangkitkan terlebih dahulu dan kesimpulanya sudah kami sebutkan. Kemudian di akhir zaman beliau akan diturunkan lagi ke bumi untuk menuntaskan tugas yang beliau terima. Membinasakan dajjal dan mengajak umat ahli kitab kususnya, untuk masuk Islam.

Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka."(Q.S.4:159)

Jika pada Malaikat maut dia bisa hadir pada masa yang mana saja, karena memang tugasnya mencabut nyawa seperti pada Nabi Daud dan Nabi Musa, dan semua manusia, dan pada merekalah {Para Nabi} Malaikat hadir dalam wujud manusia atau menjelma sebagai manusia. Sedangkan pada Isa putera Maryam beliau ditugaskan pada umatnya terdahulu dan nanti pada masa akhir zaman dan termasuk membinasakan dajjal. Karena sejatijnya/sesungguhnya beliau adalah Malaikat, maka wajar beliau akan menuntaskan tugasnya, walaupun pada masa lalu beliau sudah wafat, dan hal ini karena beliau adalah Malaikat dalam tubuh Manusia. Oleh karena itu beliau harus diwafatkan karena memang Allah tidak mengecualikan pada setiap manusia walaupun dalam diri beliau adalah ruh Malaikat. Allah berfirman;

 "KAMI TIDAK MENJADIKAN HIDUP ABADI BAGI SEORANG MANUSIAPUN SEBELUM KAMU {MUHAMMAD}; MAKA JIKALAU KAMU MATI, APAKAH MEREKA AKAN KEKAL?" {Al-Qur'an surat Al-Anbiya ayat 35}

 Dalil selanjutnya yang menunjukan beliau adalah Malaikat adalah sebuah hadis dari An-Nawas ibnu Sam'an. Hadis ini tentu sudah tidak asing lagi bagi yang biasa mengkaji masalah akhir zaman atau tanda-tanda kiamat.

 .... tiba-tiba 'Isa putra Maryam turun di sebelah timur Damaskus di menara putih dengan mengenakan dua baju berwantek za'faran seraya meletakkan kedua tangannya diatas sayap dua malaikat, bila ia menundukkan kepala, air menetes dan bila ia mengangkat kepala keringat bercucuran seperti mutiara, tidaklah orang kafir mencium bau dirinya kecuali mati dan bau nafasnya sejauh matanya memandang. Shahih Muslim

 Bagian akhir nukilan hadis ini mengabarkan bahwa apabila orang-orang kafir mencium bau nafas Isa putera Maryam maka orang-orang kafir tersebut akan mati, padahal bau nafasnya Isa putera Maryam sejauh mata memandang. Jika ini adalah mukjizat maka bisa dipastikan tidak ada mukjizat yang dimiliki Nabi-Nabi lain yang lebih dahsyat dari mukjizatnya Isa putera Maryam. Tetapi ini bukan mukjizat, ini adalah kekuatan yang tidak dimiliki kecuali Malaikat.

Mungkin ada pertanyaan, mengapa Isa putera Maryam memiliki kekuatan sedahsyat itu tetapi beliau dahulu hendak dibunuh orang-orang yahudi tidak melawan? kenapa beliau tidak menggunakan kekuatanya tersebut? Isa putera Maryam ditugaskan untuk mentauhidkan umatnya dan bukan untuk membunuh. Walaupun para nabi juga ada yang berperang tetapi itu bukan subtansi tugas. Itu adalah pilihan terakhir bila memang tidak memungkinkan lagi dengan cara-cara damai. Seandainya Isa putera Maryam dahulu diizinkan membunuh musuh-musuhnya dengan kekuatanya tersebut, niscaya tidak ada seorangpun yang akan selamat.

Begitu juga nanti ketika beliau turun lagi ke bumi untuk membinasakan dajjal, yang mana turunya beliau dikota Damaskus di waktu subuh ketika Al-Mahdi hendak megimami solat. Setelah itu beliau akan mencari dajjal hingga akhirnya beliau sampai di Palestina. Ketika itu kaum muslimin terkepung oleh dajjal dan pasukanya di pegunungan. Ketika beliau hadir disitu pula pada waktu menjelang subuh, dan kali ini beliau akan menjadi imam solat subuh. Maka bisa jadi Al-Mahdi sudah meninggal dunia atau dia ada dibelahan negeri syam lainya. Ketika beliau turun di Damaskus tersebut beliau menolak untuk mengimami solat subuh, namun ketika beliau di pegunungan palestina beliau mengimami solat subuh. Maka hal inilah adanya kemungkinan bahwa Al-Mahdi sudah wafat, atau bisa jadi ada hal lain, wallahu a'lam.

Ada satu hadis yang ingin kami ungkapkan disini. Hadis ini bercerita tentang pembicaraan Isa putera Maryam dengan sebagian kaum muslimin yang terkepung di pegunungan Palestina oleh dajjal dan para pengikutnya.

 .....dari salah seorang kaum Anshar, dari sebagian Sahabat Muhammad Shallallahu Alahi Wa Sallam, ia berkata: Suatu ketika Rosulullah bertutur tentang Dajjal, lalu bersabda: "Dajjal akan mendatangi tempat berbatu kota Madinah. kemudian kota Madinah terguncang berikut penduduknya sebanyak tiga kali. dengan itu, keluarlah orang-orang munafik baik laki-laki atau perempuan. kemudian Dajjal pergi menuju Syam, sehingga sampai kesebagian daerah pegununganya. Dajjal mengepung penduduknya. saat itu sebagian kaum muslimin berlindung ke atas perbukitan dan pegunungan Syam. [kemudian Dajjal dapat mengepung mereka dengan menempati tempat asalnya.] sehingga ketika cobaan dan kegentingan telah berlangsung lama menimpa kaum muslimin, salah seorang di antara mereka kemudian berkata: 'hai sekalian kaum muslimin! hingga kapan kalian dalam keadaan begini, padahal musuh Allah telah menginjakan kaki di bumi kalian? bagi kalian hanya ada dua pilihan; Allah mematikan kalian sebagai syuhada atau memenangkan kalian!' kemudian mereka bersumpah setia untuk mati-matian berjihad, yang itu diketahui oleh Allah sebagai kejujuran dari diri mereka sendiri. kemudian KEGELAPAN MENIMPA MEREKA SEHINGGA TAK SEORANG-PUN DAPAT MELIHAT TELAPAK TANGANYA." Rosulullah bersabda: "kemudian Isa bin Maryam turun {datang} lalu membuka pandangan mata mereka. Di tengah-tengah mereka ada seorang laki-laki memakai baju besi. mereka lalu bertanya kepadanya: 'Hai hamba Allah, siapakah engkau? ia menjawab: 'saya adalah hamba Allah dan utusanya, ruh nya, kalimatnya, bernama Isa bin Maryam. pilihlah oleh kalian satu di antara tiga hal. pertama ; Allah mengirimkan kepada Dajjal dan bala tentaranya adzab dari langit, atau Dia menenggelamkan mereka ke dalam bumi, atau Dia menguasakan senjata kalian dapat menghabisi mereka dan menahan senjata senjata mereka hingga tidak mengenai kalian. mereka menjawab: ini wahai Rosulullah, yang lebih menentramkan dada dan jiwa kami. ketika itu engkau menyaksikan seorang Yahudi yang besar, tinggi, banyak makan dan minum ternyata tanganya tidak mampu menggunakan pedangnya karena rasa takut dan gemetar yang dirasakanya. maka kaum muslimin akan datang menghadapi pasukan Dajjal dan mampu mengalahkan mereka. Kisah Dajjal dan turunya nabi Isa untuk membunuhnya. Pustaka Imam Asy-Safi'i halaman 116 cetakan pertama agustus 2005

 Bila kita perhatikan hadis ini atau hadis-hadis yang semisal, yaitu hadis-hadis yang mengabarkan bahwa orang-orang yahudi ketika itu mereka semua bersembunyi dari pasukan kaum mukminin, hingga batu atau pepohonan tempat dijadikanya persembunyian semuanya akan berbicara memberitaukan kepada kaum mukminin bahwa dibelakangnya ada orang-orang yahudi, kecuali hanya pohon qhorgot. Artinya dari kabar-kabar tersebut menunjukan bahwa Isa putera Maryam tidak menggunakan apa yang dikuasakan padanya, yaitu yang apa bila orang-orang kafir mencium bau nafasnya maka akan mati, sedangkan bau nafasnya bisa tercium sejauh mata memandang. Oleh karenanya kemampuan yang dikuasakan padanya tidaklah seperti harumnya minyak wangi, maksudnya sesuatu yang tak terkendalikan. Konteksnya pun pada saat peperangan, dan ini sudah terbatasi dari firman Allah

Tidak ada seorangpun dari ahli kitab kecuali akan beriman kepadanya sebelum kematianya. Jika kemampuan yang dikuasakan padanya dipahami secara mutlak, lalu siapa ahli kitab yang akan beriman {karena sudah mati}.

Dalil lain yang menunjukan Isa putera Maryam adalah Malaikat adalah hadis-hadis yang mengabarkan bahwa ketika dajjal melihat Isa putera Maryam tiba-tiba dajjal meleleh seperti melelehnya garam dalam air.

 ..... Dan apabila musuh Allah (Dajjal) melihatnya, niscaya ia akan meleleh sebagaimana garam yang mencair di dalam air, meskipun seandainya saja ia {Isa} membiarkannya nantinya ia {dajjal} juga akan meleleh lalu binasa akan tetapi Allah menginginkan ia {Isa} membunuhnya dengan tangannya lalu memperlihatkan kepada mereka darahnya yang berada di ujung tombaknya." Shahih Muslim no 5157

Dalam hadis ini Rosululloh mengabarkan bahwa apa bila dajjal melihat Isa putera Maryam niscaya dajjal akan meleleh sebagaimana melelehnya garam dalam air. Artinya dalam hal ini dajjal terkejut ketika melihat Isa putera Maryam dan sekaligus menunjukan suatu ketakutan yang besar. Disini Rosululloh menyerupakan atau menyamakan bahwa tubuh dajjal akan meleleh sebagaimana atau seperti melelehnya garam dalam air. Jika anda menaruh garam di dalam air niscaya garam tersebut akan meleleh atau menyusut hingga apa bila dibiarkan lama-lama garam akan hilang dan larut dalam air, inilah gambaran dajjal saat itu. Hal ini menunjukan bahwa pada saat tersebut, saat dajjal dan bala tentaranya mengepung kaum muslimin dajjal berubah dengan wujud aslinya yang tinggi besar. Hadis shahih yang menggambarkan besarnya tubuh dajjal ada pada hadis al-jassasah. Dajjal dengan tubuh atau fisik aslinya adalah dengan tubuh tinggi besarnya atau bahasa fulgarnya adalah raksasa. Perkara ini sudah kami uraikan dan jelaskan pada artikel dajjal diantara dua nubuwat dan artikel kisah pemuda yang dibunuh dajjal trilogi kedua luasnya rahmat Allah. bagi yang berkepentingan silahkan merujuk kesana. Inilah letak perkataan Rosululloh "dajjal meleleh seperti garam dalam air" artinya saat tersebut dajjal dengan segala pengikutnya yang mengepung kaum mukminin datang dengan wujud aslinya seperti yang termuat dalam shahih Muslim dalam hadis al-jassasah, dan juga dari sabda Rosululloh

 ".....Tidak ada makhluk sejak Adam diciptakan hingga terjadinya kiamat yang lebih besar dari Dajjal." Shahih Muslim no 5239

 Tingginya Nabi Adam saja 60 hasta atau kira-kira 24 meter, lalu kira-kira berapa tingginya dajjal yang dikatakan oleh Rosululloh tidak ada makhluk yang lebih besar dari dajjal. Maka karena itu, hadis-hadis yang menggambarkan wujud atau fisik dajjal yang yang dikabarkan berwujud pendek, agak gendut, puret, dan semisalnya adalah tidak menunjukan wujud asli dajjal. Wujud asli dajjal adalah ada dalam hadis al-jassasah dan ditegaskan oleh perkataan Rosululloh tersebut. Dan ketika dajjal berubah dengan wujud aslinya hanya ketika hendak berperang saja, dan ketika awal-awal menebarkan fitnah masih dalam wujud manusia pada umumnya, pendek, agak gendut, puret atau buntek seperti sai baba, wallahu a'lam.

Dalam hadis tersebut menunjukan kepada kita betapa takutnya dajjal ketika melihat Isa putera Maryam, karena begitu takutnya, dajjal yang saat tersebut sudah berubah wujud dengan wujud aslinya tiba-tiba tubuhnya mengecil seperti yang Rosululloh serupakan dengan melelehnya garam dalam air. Artinya disini menunjukan dan saling menguatkan apa yang kami simpulkan bahwa Isa putera Maryam adalah Malaikat. Jika Isa putera Maryam hanya seperti nabi-nabi pada umumnya niscaya dajjal tidak akan sebegitu takutnya, kecuali hanya sebatas terkejut saja. Oleh karena ini, bisa jadi yang memenjarakan dia dipulau yang ada al-jassasah adalah Isa putera Maryam, artinya dajjal pun tahu hahekat sesungguhnya Isa putera Maryam. Tidak mugkin dajjal akan terkejut dan sebegitu takutnya hingga tubuhnya mengecil kecuali dia pernah berurusan dengan Isa putera Maryam dalam bentuk aslinya {Malaikat} atau setidaknya mengetahui dan merasakan kekuatan kemalaikatanya walaupun dalam bentuk manusia. Dan ini bukan hal yang aneh, bukankah orang-orang kafir yang mencium bau nafasnya Isa putera Maryam akan mati, sedangkan jauhnya hembusan nafas Isa putera Maryam sejauh mata memandang.! Agama kita adalah agama sunatullah, untuk menghilangkan lapar tentu harus makan. Terkejutnya dajjal ketika melihat Isa putera Maryam yang karenanya membuat dajjal begitu ketakutan hingga tubuhnya mengecil, maka hal ini karena dajjal sudah berurusan dengan Isa putera Maryam, dan ini suatu yang pasti karena agama kita adalah sunatullah. Maka kalau Isa putera Maryam bukan malaikat niscaya dajjal bukan tidak mungkin bisa mengalahkan beliau, karena agama kita adalah agama sunatullah. Nabi Musa lari dari firaun karena sunatullah, padahal firaun tidak ada apa-apanya dengan dajjal. Maknanya Nabi Musa hanyalah Manusia, sedangkan Isa adalah Malaikat atau Manusia dengan roh/ruh Malaikat.

Dalil lain dan terakhir yang menunjukan atau mengisyaratkan Isa putera Maryam adalah Malaikat adalah firman Allah berikut ini. Dan ini adalah ulasan seputar ruh kami dalam surat At-Tahrim dan surat Al Maidah di atas.

Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan RUHUL QUDUS. Al-Qur'an surat Al-baqoroh ayat 87

 Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan RUHUL QUDUS.. Al-Qur'an surat Al-Baqoroh ayat 253.

Kedua ayat tersebut mengabarkan kepada kita bahwa Allah memperkuat Isa putera Maryam dengan ruhul Qudus. Dalam tafsir Ibnu Katsir ada pembahasan cukup panjang tentang siapakah ruhul Qudus tersebut, dan beliau sependapat bahwa yang di maksud ruhul qudus tersebut adalah Malaikat Jibril.

Allah berfirman "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 102

Kita mengetahui bahwa penyampai wahyu kepada Rosululloh Muhammad shallallahu alaihi wassallam adalah Malaikat Jibril. Karena itu firman Allah; "Ruhul Qudus menurunkan Al-Qur'an dari tuhanmu" adalah Malaikat Jibril. Inilah yang menguatkan pendapat yang dipegangi Ibnu Katsir. Ada memang pendapat-pendapat lain seputar ruhul qudus ini, bagi yang berkepentingan silahkan merujuk pada tafsir Ibnu Katsir.

Kami tidak ingin memperbincangkan perbedaan ini, dan ayat Na-Nahl tersebut sudah cukup untuk menetapkan Ruhul Qudus tersebut adalah Malaikat Jibril. {Tetapi kini kami menjumpai dalil yang bisa mematahkan setiap penafsiran ruhul qudus adalah Malaikat Jibril, artinya bisa bermakna Malaikat Jibril dan yang lainya}.

Kedua ayat Al-Baqoroh tersebut masih satu konteks, yaitu Allah mengabarkan kepada kita bahwasanya Allah menguatkan Isa putera Maryam dengan RUHUL QUDUS. Ada satu konteks lagi yang ada pada surat dan ayat yang lain yang lebih dari sekedar pengkabaran tersebut, dan lebih sepesifik.

Allah berfirman: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu DI WAKTU AKU MENGUATKAN KAMU DENGAN RUHUL QUDUS. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa (Al-Qur'an: surat Al-Maidah ayat 110}

Ayat ini sama juga dengan konteks diatas, namun ayat ini lebih sepesifik. Ayat ini maupun ayat Al-Baqoroh tersebut sama-sama mengabarkan kepada kita bahwa Allah menguatkan Isa putera Maryam dengan ruhul qudus, dan kusus ayat 110 dari surat Al-Maidah tersebut lebih sepesifik dalam pengkabaranya kepada kita. Sepesifik yang kami maksudkan yaitu adanya perbincangan Allah dengan Isa putera Maryam. Hanya saja dalam ayat tersebut tidak ada perkataan Isa putera Maryam, akan tetapi memang konteks ayat tersebut berisi perbincangan Allah kepada Isa putera Maryam {Hai Isa putera Maryam, ingatlah nikmatku padamu... }


Maka atas dasar ini, ayat 110 dari surat Al-Maidah juga sudah terjadi, kapan persisnya wallahu a'lam. Bisa jadi masih dalam rangkaian surat Al-Maidah ayat 116-118, artinya masih dalam satu waktu pertanyaan yang sama dengan ayat tersebut.

Sekarang kita tiba pada pembahasan tentang apa yang di maksud oleh Allah memperkuat Isa putera Maryam dengan Ruhul Qudus.

 ...... bahwasanya Umar bin Khaththab pernah berjalan melewati Hassan bin tsabit yang sedang melantunkan sya'ir di Masjid. Lalu Umar menegurnya dengan pandangan mata. Tetapi Hassan berkata; "Dulu saya pernah melantunkan syair di Masjid ini, yang ketika itu ada seseorang yang lebih mulia dari padamu yaitu (Rasulullah)." Kemudian Hassan menoleh kepada Abu Hurairah seraya berkata; "Saya bersumpah kepadamu dengan nama Allah hai Abu Hurairah, pernahkah kamu mendengar Rasulullah berkata kepada saya, Hai Hassan, balaslah sya'ir orang-orang kafir untuk membelaku! Ya Allah ya Tuhanku, dukunglah Hassan dengan Ruhul Qudus! ' Abu Hurairah menjawab; 'Ya, Saya pernah mendengarnya." .... Shahih Muslim no 4539

Jika kita lihat sekilas mungkin kita akan bertanya, kenapa Rosulullah sampai berdoa meminta kepada Allah untuk mengutus Ruhul Qudus untuk membantu Hasan dalam bersyair!.

 Sebaik-baik jawaban yang bisa kami berikan barangkali sya'ir ini, yang dilantunkan Hasan menjelang peperangan. Maksudnya sebelum berangkat perang ketika hasan bersya'ir di dalam Masjid. Mungkin inilah yang menyebabkan Rosulullah berdoa kepada Allah agar membantu Hasan dengan perantaraan Ruhul Qudus. Maka bentuk pertolonganya dengan Ruhul Qudus adalah ikut berperang bersamanya, wallahu a'lam.

Tetapi terkait firman Allah ini; "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu DI WAKTU AKU MENGUATKAN KAMU DENGAN RUHUL QUDUS. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian" maka dalam sudut pandang kami tidaklah sama bentuk pertolonganya dengan sahabat Hasan bin Tsabit. Seperti yang telah kami ungkapkan bahwa Isa putera Maryam adalah Malaikat, maka yang kami lihat dari pernyataan Allah; "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu DI WAKTU AKU MENGUATKAN KAMU DENGAN RUHUL QUDUS. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian" adalah Allah menguatkan Isa putera Maryam dengan Ruh Malaikat, maksud kami dalam diri Isa putera Maryam adalah Ruh Malaikat, atau bahasa lainya adalah jasadnya manusia tetapi Ruhnya adalah Malaikat.

 Coba renungkan dalam-dalam apa-apa yang terkait dengan dalil-dalil yang terkait Isa putera Maryam yang sudah kami uraikan diatas. Pertama ayat-ayat yang sepesifik yang mengabarkan bahwa Isa putera Maryam sudah meninggal. Seperti firman Allah yang mengabadikan perkataan Isa putera Maryam; "Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka." Juga firman Alah; "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku"

Kemudian setelah kita mengetahui dengan pasti kematian Isa putera Maryam, maka kita juga mengetaui bahwa Allah akan menanyai terkait tugas kenabian yang beliau pikul setelah Allah mengangkatnya

 "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku" (Q.S.3:55)

 "Hai Isa putera Maryam, apakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya).
 ....dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka...

Sampai pada ayat dari surat Al-Maidah tersebut kita bisa melihat bahwa Isa putera Maryam dibedakan dengan para Nabi-Nabi dan Rosul-Rosul lainya. Yang kami maksudkan dari dibedakan dengan para Nabi-Nabi dan Rosul-Rosul adalah dari sisi pertanggung jawaban yang disegerakan.

 (Ingatlah), hari di waktu Allah mengumpulkan para Rosul lalu Allah bertanya (kepada mereka): "Apa jawaban kaummu terhadap (seruan)mu?". Para Rosul menjawab: "Tidak ada pengetahuan kami (tentang itu); sesungguhnya Engkau-lah yang mengetahui perkara yang ghaib". Al-Maidah:109

Dari ayat ini {5:109} kita mengetaui bahwa para Rosul {tentunya termasuk para Nabi} akan ditanyai oleh Allah tentang tugas yang dipikul masing-masing pada hari kiamat. Dan hal ini berbeda dengan Isa putera Maryam, yang mana Allah telah menanyai terlebih dahulu. Bahkan sebelum kematianya pun Allah telah memberitaukan terlebih dahulu, dan bahkan mengisyaratkan Allah berbicara langsung padanya. Coba renungkan

 "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku" (Q.S.3:55)

 Dan redaksi tanda seruan ini {hai Isa, sesungguhnya...} juga sama seperti ketika Allah bertanya padanya; "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?

Sebelum masuk lebih jauh lagi kami ingin mendudukan sesuatu yang barangkali anda akan bertanya tentang ayat 109 surat Al-Maidah. Jika kita lihat susunan ayat 109 dan 110 yang mengabarkan bahwa Allah bertanya pada Isa putera Maryam perihal umatnya, maka hal ini pula pada dasarnya sama dengan ayat sebelumnya [109]. Artinya bisa saja kita menyimpulkan bahwa pertanyaan Allah tersebut pada Isa putera Maryam terjadi nanti pada hari kiamat, penghisaban. Jika ada kesimpulan seperti itu dan saya yakin itu ada, maka ingat kembali apa yang Rosululloh katakan, "Lalu aku mengucapkan seperti perkataan seorang hamba yang shalih {Isa}" karena umatnya yang pertama dihisab, dan tentunya beliau akan ditanya oleh Allah, "(Ingatlah), hari di waktu Allah mengumpulkan para rasul lalu Allah bertanya (kepada mereka):" maka tentunya beliau terlebih dahulu akan ditanya dari rosul-rosul yang lain, maka denganya menetapkan bahwa perkataan Isa putera Maryam {5:10} telah terjadi dan bukan pada hari penghisaban kelak, tetapi setelah beliau dibangkitkan dari kematianya, semoga hal ini sudah jelas, dan ini tidak meniadakan bahwa beliau nanti tidak ditanya lagi.

Selanjutnya, jika kita renungkan kisah Malaikat yang kembali menghadap Allah setelah dipukul oleh Nabi Musa, maka hal ini ada indikator yang sama dengan kisah Isa putera Maryam yang menghadap Allah langsung setelah diwafatkan terlebih dahulu. Malaikat maut menghadap Allah terkait tugasnya dan mengadukan atau melaporkan perihal Nabi Musa yang tidak ingin meninggal {ini pengakuan Malaikat Maut}, dan ini inisiatif pribadinya dalam menghadap Allah. Persamaan dengan Isa putera Maryam adalah sama-sama menghadap Allah, hanya saja terkait Isa putera Maryam ini atas kehendak Allah semata.

 "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada AKHIR AJALMU dan MENGANGKAT KAMU KEPADA-KU"

Dan keduanya tugasnya belum selesai. Malaikat Maut tugasnya secara kusus mencabut nyawa para Nabi dengan hadir dengan menjelma sebagai manusia, Isa putera Maryam mendawahi umatnya, dan ini belum selesai dan di akhir zaman beliau akan kembali lagi seperti kembalinya Malaikat maut untuk menuntaskan tugasnya, dan menuntaskan tugasnya bagi Isa putera Maryam adalah mengajak ahli kitab untuk mentauhid Allah.

Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka. an-Nissa:59, dan membinasakan dajjal. Itulah indikator-indikator yang menunjukan Isa putera Maryam adalah malaikat. Apa lagi jika kita renungkan pertanyaan Allah setelah Isa putera Maryam diangkat kepadanya dan ditanya.

 "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu DI WAKTU AKU MENGUATKAN KAMU DENGAN RUHUL QUDUS. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian"

 Perhatikan dan renungkan dalam-dalam apa yang Allah katakan pada Isa putera Maryam. Allah mengatakan pada Isa putera Maryam untuk ingat tentang nikmat yang diberikan padanya dan Ibunya, dan kalimat tersebut lengkapnya; "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu DI WAKTU AKU MENGUATKAN KAMU DENGAN RUHUL QUDUS." Dan perhatikan kalimat selanjutnya; "Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian" kedua kalimat tersebut masih satu ayat, dan masih dalam satu konteks, artinya Allah menguatkan Isa putera Maryam sudah terbaca ketika masih bayi, maknanya Allah menguatkan Isa putera Maryam ketika masih dalam kandungan Ibunya, dan itu artinya ruh yang ada pada Isa putera Maryam adalah ruh Malaikat. Sekali lagi baca

 "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku KEPADAMU dan kepada Ibumu DI WAKTU AKU MENGUATKAN KAMU DENGAN RUHUL QUDUS. Kamu dapat BERBICARA dengan manusia di waktu masih dalam BUAIAN"

 PERHATIKAN! ketika Allah mengatakan; "di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus" Allah memyambungnya dengan kalimat; "kamu dapat berbicara dengan manusia dalam buaian" artinya memang tersirat dengan jelas bahwa dapat berbicara-nya Isa putera Maryam ketika masih bayi karena dalam dirinya ada ruh Malaikat. Dan dalil kongkrit/atau sub kongkritnya adalah ayat berikut ini.

"dan Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat." At Tahrim:12

Maka kami {maksudnya Allah} tiupkan kedalam rahimnya {Maryam} sebagian ruh kami. Secara teknis adalah Malaikat yg meniupkan seperti yg dijelaskan dalam hadis-hadis takdir {penjelasan sebentar lagi} dan sebagian ruh kami, sebagian disini hanya satu. Dan makna "Ruh kami" adalah Malaikat. Kenapa bermakna Malaikat?! Dalilnya adalah surat Maryam ayat 17

Maka ia {Maryam} mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.

Dalam ayat ini Allah mengabarkan bahwa Allah mengutus Malaikatnya dengan redaksi ruhina atau ruh kami, dan insya Allah tidak ada khilaf dalam hal ini, kecuali jati diri Malaikat tersebut. Dan dalam ayat ini Malaikat tersebut menjelma sebagai manusia.

Seperti yang disebutkan oleh Ibnu Katsir bahwa "... cara yang paling sahih ialah menafsirkan Al-Qur'an dengan Al-Qur'an lagi. Dengan kata lain, sesuatu yang disebutkan secara global dalam satu tempat adakalanya diketengahkan pada tempat yang lain dengan pembahasan yang terinci. Jika mengalami kesulitan dalam menafsirkannya dari Al-Qur-'an lagi, hendaklah merujuk kepada sunnah, karena sunnah itu berke-dudukan sebagai penjelas dan penjabar Al-Qur'an. muqodimah tafsir Ibnu Katsir.

Maka dari itulah mengapa surat Maryam ini kami jadikan sebagai barometer bahwa makna firman Allah " Ruhina" dalam surat At-Tahrim ayat 12 adalah Malaikat, karena memang tidak ada khilaf makna Ruhina/ruh kami dalam surat Maryam tersebut adalah Malaikat. Artinya kalimat RUH KAMI dalam surat At-Tahrim ayat 12 adalah Malaikat. Maka karena itulah ruh yang ditiupkan pada rahim Maryam adalah Malaikat.

Dan jangan anda memaknai bukan pada tempatnya, yaitu bila anda membandingkan makna RUH KAMI dalam surat Maryam tersebut yang mana Malaikat menjelma sebagai manusia dewasa, dengan mengharus-kan makna yang serupa, atau dengan kata lain bahwa malaikat menjelma sebagai manusia yang sempurna/dewasa, atau makna yang sesungguhnya anda mengingkari adanya Malaikat dalam bentuk RUH sebagaimana ruh pada umumnya yang ditiupkan pada setiap rahim wanita.

Allah sudah mengabarkan bahwa Ruh yang ditiupkan pada rahim Maryam dengan redaksi ruhina, dan begitu pula pada surat Maryam tersebut dan maknanya adalah Malaikat, serta tidak ada khilaf dalam hal ini kecuali jati diri Malaikat tersebut. Karena makna ruhina/ruh kami dalam surat Maryam tersebut adalah Malaikat, maka tentunya ini juga makna yang sama pada surat At-Tahrim tersebut. Dan penafsiran ini sejalan dengan apa yang dkatakan Ibnu Katsir dalam muqodimah tafsirnya walaupun beliau tidak menafsirkan surat At-Tahrim ayat 12 tentang ruh kami tersebut.


 "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku KEPADAMU dan kepada Ibumu DI WAKTU AKU MENGUATKAN KAMU DENGAN RUHUL QUDUS. KAMU DAPAT BERBICARA dengan MANUSIA di waktu masih dalam BUAIAN"

 Berbeda jauh bagaikan timur dan barat ketika Rosululloh berdoa kepada Allah agar Hasan bin Tsabit di tolong dengan Ruhul Qudus. Konteksnya disini agar Allah mengutus Ruhul Qudus untuk membantu hasan dalam berperang. Sedangkan pada kisah Isa putera Maryam Allah menguatkan Isa putera Maryam dengan Ruhul Qudus bukan dengan konteks seperti pada Hasan. Tidak akan ada hubunganya bila Ruhul Qudus adalah pribadi sendiri, yaitu Malaikat untuk menguatkan Isa kecil {Bayi} misalnya untuk menjaga. Menjaga dari apa?! Lagian juga kata-kata disini adalah menguatkan, lalu menguatkan dari apa. Isa kecil {Bayi} tentu tidak ada musuh, sedangkan Hasan dalam rangka memerangi kafirin.

 Allah berfirman, "di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian." dan dengan tegas Allah mengabarkan, "dan Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh Kami"

 Cukup mengada-ada bila Ruhul Qudus menguatkan Isa putera Maryam ketika beliau telah dewasa. Allah mengabarkan secara textual bahwa; "di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul Qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian. Artinya menguatkan disini sejak masih bayi dan artinya sejak dalam kandungan Allah telah meniupkan Ruhul Qudus dalam rahim Ibunya.

PERHATIKAN FIRMAN ALLAH INI SEKALI LAGI.

Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari RUH (ciptaan) KAMI, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat. At-Tahrim:12

 Yang dimaksud ruh kami tersebut adalah Malaikat, seperti yang Allah sebutkan untuk menyebut Malaikat yang berbicara pada Maryam dengan sebutan ruh kami. Coba perhatikan ayatnya

 Maka ia [Maryam] mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus RUH KAMI kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Surat Maryam ayat 17

 Ayat ini begitu jelas, Allah menyebut ruh kami dan maknanya adalah Malaikat, yaitu Malaikat yang berbicara Pada Maryam.

Begitu pula Allah menyebut ruh kami untuk ruh yang di tiupkan pada rahim Maryam. Artinya ruh yang ada pada rahim Maryam adalah ruh Malaikat, artinya pula Isa putera Maryam adalah Manusia dengan ruh Malaikat. Dan hal ini di ulang lagi atau dipertegas lagi oleh Allah ketika bicara pada Isa setelah Allah mewafatkanya terlebih dahulu dan kemudian membangkitkanya dari kematianya, lalu mengangkatnya dan Allah berkata padanya, "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku KEPADAMU dan kepada Ibumu DI WAKTU AKU MENGUATKAN KAMU DENGAN RUHUL QUDUS. Kamu dapat BERBICARA dengan manusia di waktu masih dalam BUAIAN"

Allah berkata pada Isa bahwasanya beliau dan Ibunya telah diberikan nikmat yang besar, yaitu bahwa beliau telah dikuatkan dengan Ruhul qudus {artinya pada diri beliau ada Ruh Malaikat dan hanya Ruh Malaikat}, sedangkan makna bagi Ibunya karena mengandung tanpa peran seorang suami dan juga yang dikandung adalah yang nanti menjadi nabi yang Ruhnya adalah Ruh Malaikat. bahwa Allah meniupkan pada rahim Maryam Ruh Malaikat {Ruhina} yang mana kalimat Ruhina maknanya adalah Malaikat seperti dalam surat Maryam ayat 17. Dan perkataan Allah padanya dengan kalimat Ruhul qudus saling menguatkan bahwa Ruh isa putera Maryam adalah Ruh Malaikat.

Jika merujuk perkataan Allah pada Isa putera Maryam setelah beliau diangkat ke langit setelah sebelumnya beliau dimatikan terlebih dahulu dan kemudian dibangkitkan, maka penyebutan Ruhul qudus padanya menimbulkan tanda tanya. Siapakah Ruhul disini?!

Dulu kami menafsirkan Ruhul qudus adalah Malaikat Jibril, kenapa? Seperti yang disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir dalam muqodimah tafsirnya, bahwa sebaik-baik tafsir adalah Al-qur'an ditafsirkan dengan Al-qur'an, bila tidak ada maka menggunakan hadis. Dan kami dulu menjumpai makna Ruhul qudus adalah Malaikat Jibril dalam surat An-Nahl ayat 102

Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

Karena yang menurunkan wahyu kepada Rosululloh Shallahu Alaihi wasallam adalah Malaikat Jibril, maka artinya Ruhul qudus dalam surat An-Nahl ayat 102 adalah Malaikat Jibril. Insya Allah hal ini tidak ada perselisihan bahwa Malaikat Jibril-lah yang dimaksud Ruhul qudus dalam ayat tersebut. Maka dari itu penafsiran ini juga dulu kami pegang atau gunakan untuk menafsirkan perkataan Allah tentang Ruhul qudus yang di alamatkan pada Isa putera Maryam.

Tetapi sekarang kami menjumpai dalil shahih yang mematahkan setiap makna Ruhul qudus adalah Malaikat Jibril, artinya bisa bermakna Malaikat Jibril seperti ayat tersebut dan juga bisa bermakna Malaikat saja.

Dalil nya sebagai berikut, hadis ini hadis yang panjang tentang kisah Isro Mi'roj. Tetapi disini kami hanya menukilkan sebagianya saja yang berkaitan dengan pendalilan.

.... Lalu Jibril membawaku naik ke langit. Ketika Jibril meminta agar dibukakan pintu, maka ditanyakan, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Ditanyakan lagi, 'Siapa yang bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad.' Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutus? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutus.' Maka dibukalah pintu untuk kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Adam, dia menyambutku serta mendoakanku dengan kebaikan. Lalu aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril lalu minta supaya dibukakan pintu. Lalu ditanyakan lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapa yang bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad.' Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria, mereka berdua menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan.... (HR. Muslim: 234)

Hadis shahih ini tentu mematahkan penafsiran Ruhul qudus dalam surat Al-Ma'idah ayat 110 adalah Malaikat Jibril. Hal ini karena dalam hadis shahih tersebut terkumpul dua individu, yaitu Isa putera Maryam dan Malaikat Jibril. Lalu siapa Ruhul qudus disini {Al-Ma'idah: 10}! Ruhul qudus disini yang pasti adalah Malaikat walaupun bukan Malaikat Jibril.

Dalam ayat terakhir surat At-Tahrim sudah jelas, bahwa Allah meniupkan pada rahim Maryam Ruh dengan penyebutan Ruhina yang penyebutan Ruhina juga pada surat Maryam ayat 17 yang berarti Malaikat. Kalimat Ruhina pada surat Maryam ayat 17 adalah Malaikat dan tidak ada perselisihan tentangnya kecuali jati diri Malaikat tersebut. Sedangkan dalam surat At-Tahrim ayat terakhir adalah Malaikat dalam bentuk Ruh yang Allah tiupkan pada Rahim Maryam, artinya Ruh yang ditiupkan pada Rahim Maryam yang Isa terlahir darinya adalah manusia {Isa} dengan Ruh Malaikat. Dan diperjelas lagi dalam surat Al-Ma'idah ayat 110 yang berisi seruan Allah pada Isa putera Maryam ketika beliau telah diangkat padanya yang sebelumnya dimatikan terlebih dahulu dan tentunya setelah dibangkitkan, "hai Isa putera Maryam,  ingatlah nikmat-Ku KEPADAMU dan kepada Ibumu DI WAKTU AKU MENGUATKAN KAMU DENGAN RUHUL QUDUS. KAMU DAPAT BERBICARA dengan MANUSIA di waktu masih dalam BUAIAN"


ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa;

Dalam ayat tersebut Allah menggandengkan kalimat "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus" dengan kalimat "Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian" artinya berbicara Isa ketika masih bayi karena adanya Ruhul Qudus. dan Ruhul Qudus adalah Ruh Isa putera Maryam, dan Ruhul qudus adalah..... Jawab sendiri.

 "di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian"

 Ayat yang mengindikasikan Isa putera Maryam adalah Malaikat adalah ayat-ayat dalam surat Maryam. Dalam surat Maryam ini dikisahkan Malaikat mendatangi Maryam dan mengabarkan bahwa Allah akan memberinya anak, dan Malaikat ini menjelma sebagai manusia. Tentu saja Maryam terkejut, dan selengkapnya lihat langsung Al-Qur'an. Singkat cerita setelah melahirkan Maryam pulang dengan membawa anaknya yaitu yang kita sebut Isa putera Maryam. Tentu saja kepulanganya tersebut membuahkan cacian dari masyarakat.

 Hai saudara perempuan Harun {Maryam}, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina", Maryam:28

 Mendengar cacian tersebut, "maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?" Maryam:29

Namun diluar dugaan mereka, tiba-tiba Isa putera Maryam yang masih bayi, dan dalam buaian Ibunda Maryam Berkata;

 "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi," dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; "dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka; "Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". Maryam:30-33

 Isa yang masih bayi tiba-tiba berkata; "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi," dari mana dia mengetahui bahwa dia hamba Allah dan di beri Al kitab dan juga di jadikan seorang Nabi, sedangkan Isa saat itu masih bayi?! Maka jawabanya ada dalam firman Allah;

 "di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul Qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian"

Lalu siapakah ruhul qudus?! Artinya ruh yang ada pada Isa putera Maryam adalah Malaikat, karenayalah Isa putera Maryam dapat berbicara selagi masih bayi.

Allah berfirman; "di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul Qudus. Kamu {Isa} dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian"

Setiap manusia pasti ada ruh-nya dan kita tidak tahu ruh yang ada pada diri kita Ruh apa?! Simple-nya kita katakan Ruh saja. Sedangkan pada kisah Isa putera Maryam Allah telah mengabarkan bahwa Ruh yang ada padanya adalah Ruhul Qudus.

 "di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul Qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian"

Allah mengabadikan perkataan Isa putera Maryam sewaktu masih bayi.
 "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi," Maryam'30

Perkataan Isa putera Maryam dalam surat Maryam ayat 30 & seterusnya ini di ucapkan ketika beliau masih bayi, ketika Ibunya memberi isyarat kepada orang-orang yang menuduhnya dengan tuduhan besar. Dari mana Isa yang masih bayi mengetahui bahwa Allah memberinya Al kitab dan menjadikan seorang Nabi?!

Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku KEPADAMU dan kepada Ibumu DI WAKTU AKU MENGUATKAN KAMU DENGAN RUHUL QUDUS. Kamu dapat BERBICARA dengan manusia di waktu masih dalam BUAIAN"

"Kamu dapat BERBICARA dengan manusia di waktu masih dalam BUAIAN"

Allah menisbatkan kemampuan berbicaranya Isa ketika masih dalam buaian, maaf, maksud kami dan ini yang kami perhatikan, bahwa hal ini mengisyaratkan bahwa kemampuan berbicaranya Isa ini dalam kekuasaan pengendalianya, atau hal ini sebagaimana manusia dewasa pada umumnya atau anak-anak yang sudah berbicara dengan kemauanya sendiri. Artinya berbicara Isa yang masih bayi atas dasar kemauanya sendiri. Berbeda halnya tentang pohon-pohon atau batu tempat di jadikanya persembunyian orang-orang yahudi nanti pada masa dajjal, ketika pohon-pohon dan bebatuan akan berbicara menunjukan keberadaan orang-orang yahudi dibelakangnya, karena hal ini pada dasarnya pepohonan dan bebatuan tersebut sesuatu yang tidak berbicara, maksudnya tidak seperti manusia yang bisa berkata-kata. Bila dianalogikan Isa yang masih bayi di posisikan sebagaimana pepohonan yang pada dasarnya tidak bisa berbicara dan memang asalnya bayi belum bisa berbicara, maka berbicaranya ini semata-mata atas kehendak Allah saja. Maka jawaban yang bisa kami berikan bahwasanya analogi tersebut tidak tepat. Karena dalam konteks Isa putera Maryam ini Allah telah memberikan kekuasaan atau kehendak bagi Isa untuk bicara atau tidak, dan walaupun ini bisa jadi atas perintah Allah. Tetapi berbicaranya Isa yang masih bayi ini atas kemampuan yang di berikan Allah, dan bukan pembicaraanya seperti pepohonan tempat bersembunyi pasukan dajjal, yang pada dasarnya tidak bisa berbicara sebagaimana manusia.

Allah mengatakan; Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku KEPADAMU dan kepada Ibumu DI WAKTU AKU MENGUATKAN KAMU DENGAN RUHUL QUDUS. Kamu dapat BERBICARA dengan manusia di waktu masih dalam BUAIAN" artinya berbicaranya Isa yang masih bayi ini seperti halnya orang dewasa, yaitu memiliki kehendak dan bukan seperti pepohonan yang pada dasarnya tidak berbicara kecuali Allah menghendaki.

"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi," Maryam'30

Dia memberiku Al kitab dan dia menjadikan Aku seorang Nabi. Dia memberiku Al kitab, padahal Isa saat mengatakan ini masih bayi dan dari mana Isa tahu bahwa beliau di berikan Al kitab, dijadikan nabi oleh Allah!? Maka jawabanya,

 "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku KEPADAMU dan kepada Ibumu DI WAKTU AKU MENGUATKAN KAMU DENGAN RUHUL QUDUS." Dan Ruhul qudus disini adalah Malaikat berdasarkan firman Allah dalam surat At-Tahrim ayat 12 {Ruhina} dan hal ini {kalimat Ruhina} di jelaskan dalam surat Maryam ayat 17 yang berarti Malaikat.

Dari mana Isa yang masih bayi mengetaui bahwa dirinya akan dijadikan Nabi dan bahkan sejak saat itu Isa mengatakan; "dan dia menjadikan aku seorang Nabi" artinya apa?! artinya sebelum Isa terlahir Isa sudah mengetahui perkara tersebut, karena sejatinya beliau Malaikat. Allah berfirman; "DI WAKTU AKU MENGUATKAN KAMU DENGAN RUHUL QUDUS. Kamu dapat BERBICARA dengan manusia di waktu masih dalam BUAIAN" Artinya ruhul qudus ditiupkan pada saat Isa masih dalam kandungan. Dan memang Allah berfirman, "dan kami tiupkan kedalam rahimnya sebagian dari Ruh kami/Malaikat.

dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup" Maryam:31

Dalam ayat 31 ini Isa yang masih bayi mengatakan bahwa Allah memerintahkan padanya mendirikan shalat dan zakat. Dalam tinjauan ilmu nahwu, apa yang di katakan Isa ini dalam bentuk fiil madi, artinya apa yang di katakan Isa tersebut, bahwa Allah memerintahkan sholat dan zakat telah terjadi, padahal Isa dalam keadaan masih bayi. Artinya apa?!, artinya memang seperti yang Allah katakan; "DI WAKTU AKU MENGUATKAN KAMU DENGAN RUHUL QUDUS. Kamu dapat BERBICARA dengan manusia di waktu masih dalam BUAIAN" artinya Isa putera Maryam adalah Malaikat.

Jika kita pahami Isa putera Maryam adalah Malaikat maka secara tinjauan ilmu nahwu sudah sesuai, karena dari mana Isa yang masih bayi mendapatkan perintah sholat dan zakat kecuali sebelumnya sudah pernah ada perintah dan ini tentu hanya ada pada Malaikat.

Isa atau Ruhul Qudus alias manusia dengan Ruh Malaikat berkata; "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup" Maryam:31

PERSOALAN LAIN

Dalam ayat ini {At-Tahrim:12} Allah menyebut Ruh kami untuk Isa [maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya [Maryam] sebagian dari Ruh Kami, dan penyebutan Ruh kami juga dapat kita temukan pada surat Maryam ayat 17 untuk Malaikat yang di utus pada Maryam. Apakah keduanya sama ataukah bagaimana?!


Dalam fizalil Qur'an, dalam catatan kakinya atas surat Maryam ayat 17, berkata Sayid Qutb: [kami bagi dalam beberapa bagian, dan langsung komentari]

 Disebutkan dalam surah at-Tahriim, "Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya. maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari Ruh Kami." Apakah kalimat Ruhina {ruh kami} yang terdapat dalam surat Maryam itu adalah kalimat yang terdapat dalam surah at-Tahrim? Apakah keduanya sama? Kita lebih cenderung bahwa hal itu memiliki kesamaan. Yakni bahwa kalimat Ruhina dalam surat ini (surat Maryam) adalah Jibril Ruhul amin dan dia adalah utusan Allah kepada Maryam.

 "Kita" itulah kata yang tertera. Apakah ini perkataan Sayid Qutb, ataukah ini perkataan pentahqik atau salah ketik, yang jelas kami belum memeriksa. Dalam bahasa kita, "kita" disini maknanya lebih dari satu orang, dan cakupanya lebih luas dari kata "kami" Apakah ini buah dari pendapat Qutb bersaudara? Wallahu a'lam. Kami nisbatkan saja perkataan ini dari Sayid Qutb.

Sayid Qutb berkata mengenai Ruh kami dalam surat At Tahrim dan Maryam yang menurutnya keduanya sama, yaitu Malaikat, dan Yang beliau maksudkan Ruh kami atau Malaikat dalam surat Maryam adalah Jibril. Artinya jika beliau menafsirkan kalimat Ruhina dalam surat Maryam adalah Malaikat Jibril, dan memang demikian, maka tentunya Malaikat Jibril lah yang dimaksud kalimat Ruhina dalam surat At-Tahrim karena beliau menyamakan keduanya, yaitu kalimat Ruhina dalam kedua surat tersebut. Hanya saja pada bagian akhir catatan kaki beliau berkata, " Dan, kita dapatkan bahwa makna roh dalam surah Maryam berbeda dengan roh yang terdapat dalam surah At-Tahriim"

Jadi dalam hal ini kami bertanya-tanya, bukankah diawal beliau menyamakan, namun dibagian akhir perkataanya membedakan makna Ruhina/Ruh kami!. Apakah memang semua itu perkataan beliau ataukah kekurangprofesional dari sang penerjemah.

Bisa saja hal ini dari kekurangprofesional sang penerjemah, dan bila memang demikian maka kemungkinan penyamaan beliau mengenai kalimat Ruhina dalam kedua surat tersebut bermakna sama sama dari jenis Malaikat. Hal ini karena perkataan beliau di bagian akhir " Dan, kita dapatkan bahwa makna roh dalam surah Maryam berbeda dengan roh yang terdapat dalam surah at-Tahriim"

Jika memperhatikan perkataan beliau tersebut maka itu pula yang kami pegangi, bahwa makna kalimat Ruhina dalam kedua surat tersebut berbeda, dan yang sama hanya dari jenisnya saja, yaitu Malaikat. Artinya kalimat Ruhina dalam surat Maryam adalah Malaikat Jibril, dan ini sepertinya pendapat jumhur, sedangkan kalimat Ruhina dalam surat At-Tahrim adalah juga Malaikat, namun dari sisi jenisnya saja.

Beliau berkata, "sedangkan, yang disebutkan dalam surah At-Tahrim adalah ruh yang telah Allah tiupkan pada Adam sehingga Adam menjadi manusia, dan ruh yang ditiupkan ke dalam kemaluan Maryam, sehingga langsung menjadi sel telur hidup yang siap untuk dibuahi. Itulah tiupan ilahi yang juga telah diberikan kepada kehidupan ini dan memberikan kekhususan yang menyertainya untuk jenis kehidupan ini.Tiupan ilahiah itu bagi manusia adalah sebagai kesiapan-kesiapan yang menghubungkannya kepada malail a'la dan memberikannya insting manusianya, pikiran, perasaan, dan inspirasi inspirasinya.

Mungkin anda menangkap kesan bahwa Ruh yang ditiupkan pada Maryam adalah Ruh yang ditiupkan pada Adam. Wallahu a'lam, apakah ini terjemahanya sudah tepat atau bagaimana? Yang jelas setiap manusia hanya punya satu Ruh, dan Ruh kita tidak akan berpindah pada jasad yang lain. Kita tinggalkan saja point ini dan apa lagi bukan masuk substansi artikel, dan lagi butuh pengetahuan yang lebih agar jelas apa maksud beliau disini.

Kemudian beliau berkata lagi, "Kita menafsirkan kondisi Maryam bahwa Jibril yang merupakan Ruhul amin, membawa dan menyampaikan tiupan Roh yang mulia dari Allah. Kembali kita tegaskan bahwa kita sama sekali tidak mengerti tentang apa itu Roh yang bermakna Jibril) dan apa itu Roh (dengan makna lain). Itu masalah gha'ib. Kita hanya menyelami lebih dalam dari penggalan ayat yang terdapat dalam kedua surah itu. Dan, kita dapatkan bahwa makna Roh dalam surah Maryam berbeda dengan Roh yang terdapat dalam surah at-Tahriim.

Beliau mengatakan: "kita sama sekali tidak mengerti tentang apa itu Roh yang bermakna Jibril) dan apa itu Roh (dengan makna lain). Itu masalah gha'ib." Wallahu a'lam, saya tidak mengetahui maksud beliau apa dalam point ini. Tetapi pendapat beliau mengenai Ruh kami dalam surat Maryam adalah Malaikat Jibril. Bila melihat pernyataan terakhir beliau yang membedakan Ruh kami dalam kedua ayat tersebut, maksudnya beda nama Malaikat, dan insya Allah ini maksud beliau karena beliau diawal telah berkata: "Kita lebih cenderung bahwa hal itu memiliki kesamaan." Maksudnya sama dari jenis, yaitu jenis Malaikat.

Dan pernyataan beliau: "Kita hanya menyelami lebih dalam dari penggalan ayat yang terdapat dalam kedua surah itu." dan itu pula yang kami tempuh.

Apa yang dikatakan Sayid Qutb pada kalimat terakhir insya Allah benar adanya, namun ada yang perlu dikaji tentang penafsiran Malaikat Jibril untuk Ruh kami dalam surat Maryam, dan kami ingin menegaskan bahwa "Ruh kami" dalam surat At-Tahrim tersebut berbeda dengan "Ruh kami" dalam surat Maryam, maksudnya ada dua objek makhluk Allah.

Pertama, terkait Ruh yang di tiupkan ke dalam rahim Maryam. Allah menyebutnya "Ruh kami", Ruh kami disini adalah Malaikat dan ini sulit untuk tidak di pahami bahwa Ruh kami adalah Malaikat. Dan Sayid Qutb pun sudah bicara apa adanya, dan tidak ada alasan yang memadai bila kita terima pemahaman Ruh kami adalah Malaikat untuk penafsiran surat Maryam ayat 17, lalu kita buang penafsiran serupa untuk surat At-Tahrim ayat 12. Disini bedanya cuma satu, dalam surat Maryam Malaikat nya adalah Malaikat yang menjelma sebagai Manusia. Sedangkan dalam At-Tahrim Malaikat nya dalam bentuk Ruh yang ditiupkan pada Rahim Maryam, artinya yang meniupkan Ruh adalah Malaikat dan Ruh yang ditiupkan pada Rahim Maryam juga Malaikat. Jika kita lihat surat At-Tahrim, maka yang meniupkan Ruh kedalam rahim Maryam adalah Allah langsung. Lalu mengapa kami mengatakan bahwa yang meniupkan Ruh kedalam rahim Maryam adalah Malaikat, maka hal ini mengacu pada hadis-hadis tentang penciptaan manusia pada perut Ibunya, seperti yang termuat dalam shahih Muslim kitab takdir bab bagaimana penciptaan adam dalam perut Ibunya. Dan anda jangan sampai terfitnah dengan judul bab tersebut, selengkapnya baca shahih Muslim tersebut insya Allah bisa memahaminya. Artinya dalam surat At-Tahrim tersebut dinisbatkan secara hakekat, sedangkan dalam shahih Muslim tersebut secara teknis. Seandainya pun secara teknis Allah pula yang meniupkan pada rahim Maryam, maka hal ini tetap bermuatan makna yang berbeda dengan makna Ruhina dalam surat Maryam. Dalam surat Maryam makna yang terkandung adalah Allah mengutus Malaikat untuk berbicara langsung pada Maryam dengan menjelma sebagai manusia untuk memberitahukan pada Maryam bahwa dia akan mengandung. Sedangkan dalam surat At-Tahrim makna yang terkandung adalah Allah meniupkan Ruh pada rahim Maryam. Ruh dalam surat ini sama penyebutanya dengan Ruh dalam surat Maryam, yaitu Ruhina atau ruh kami dan makna Ruh kami disini adalah Malaikat. Artinya Allah meniupkan pada rahim Maryam adalah Ruh Malaikat.

Kedua. Sayid Qutb maupun Ibnu Katsir dan kami kira jumhur ulama menisbatkan atau mengalamatkan atau menafsirkan bahwa Ruh kami dalam surat Maryam ayat 17 adalah Malaikat Jibril. Kenapa penafsiran ini bisa terjadi?, maka hal ini tidak lepas dari sudut pandang mengenai Rosulullah yang menerima wahyu melalui perantara Malaikat Jibril, yang mana Malaikat Jibril sering menjelma sesosok manusia di hadapan Rosululloh, maka darinya dikiaskan pada Maryam.

Tentu saja penafsiran ini perlu direnungkan, mengingat bahwa para Malaikat punya tugas masing-masing, yang apabila Malaikat tertentu yang sudah punya tugas sendiri lalu kita tafsirkan bahwa Malaikat ini beralih pada tugas yang lain atau sekaligus memikul tugas yang lain, maka tentunya hal ini harus ada dalil yang tegas. apa kita akan katakan bahwa Malaikat pencabut nyawa juga ditugaskan untuk penyampai wahyu?!, tentu hal ini hanya persangkaan, karena penyampai wahyu adalah tugasnya Malaikat Jibril. Begitu juga sebaliknya apabila penafsiran Malaikat Jibril kita maksudkan untuk Ruhina/Ruh kami dalam surat Maryam tersebut juga adalah suatu kekeliruan, hal ini karena tugas meniupkan Ruh pada Manusia adalah Malaikat yang lain, walaupun kami tidak tahu siapa nama Malaikat tersebut. Keberadaan Malaikat yang menjelma dan mengajak berbicara pada Maryam tidak serta merta menunjukan bahwa dia adalah Jibril, apa lagi tugas Malaikat ini untuk meniupkan Ruh. Keberadaanya yang menjelma sebagai manusia karena tugasnya meniupkan Ruh pada setiap wanita, dan penjelmaanya karena Malaikat ini untuk memberitahukan terlebih dahulu pada Maryam bahwa dia akan mengandung, padahal Maryam masih perawan dan tidak bersuami. Bayangkan seandainya Maryam mengandung yang keadaanya dia tidak bersuami namun tidak diberitahu terlebih dahulu oleh Allah melalui perantara Malaikat tersebut, apa kira-kira yang ada dalam pikiran Maryam. Maka dari itu Malaikat tersebut yang menjelma sebagai manusia tidak serta merta dia adalah Malaikat Jibril, apa lagi hanya karena kiyas analogi pada para Nabi yang Malaikat Jibril menjelma pada Rosululloh. Jika dia Malaikat Jibril, apa kita katakan Maryam adalah Nabi?

”Tidaklah Kami mengutus sebelum kamu, kecuali dari kalangan lelaki yang Kami wahyukan kepada mereka, di kalangan penduduk negeri…” (QS. Yusuf: 109) artinya tidak ada nabi dari kalangan wanita.

Lalu siapa Ruh kami dalam surat Maryam tersebut? Ruh kami atau malaikat pada ayat tersebut pada dasarnya tidak diketahui namanya. Tetapi bukan Malaikat Jibril, Malaikat Ridwan, atau Malaikat Mikail. Lalu siapa? Maka jawabanya ada pada Malaikat Jibril, Malaikat Ridwan, dan, atau Malaikat-Malaikat yang lain. Maksud kami begini, Malaikat Jibril tugasnya adalah penyampai wahyu, Malaikat Ridwan tugasnya menjaga pintu surga, Malaikat Isrofil tugas meniup sangkakala, dan Malaikat-Malaikat lainya juga punya tugas masing-masing seperti Mungkar Nakir, Roqib Atid dan lain sebagainya. Semua Malaikat-Malaikat yang sudah disebutkan atau yang tidak disebutkan disini sudah punya tugasnya masing-masing. Kita tidak akan mengatakan bahwa Malaikat penyampai wahyu adalah Isrofil atau yang lainya, karena tugas ini adalah tugasnya Malaikat Jibril. Kita juga tidak akan mengatakan bahwa malaikat penjaga pintu Surga adalah Malaikat Jibril, atau lainya, karena tugas ini dibebankan pada Malaikat Ridwan, dan juga yang semisal untuk Malaikat-Malaikat lainya. Semuanya punya tugas masing-masing, dan kami tidak akan berpendapat bahwa Malaikat tertentu merangkap tugas Malaikat lain kecuali ada dalil yang jelas dan tegas. Maka dari itu Malaikat yang diutus Allah untuk menyampaikan kabar gembira pada Maryam adalah Malaikat yang mempunyai tugas kusus sebagaimana  Malaikat-Malaikat lainya. Tugas Malaikat disini adalah yang meniupkan Ruh, mencatat takdir baik atau buruk setiap Manusia ketika masih dalam rahim sebagaimana pada setiap Manusia.


.... 'Abdullah bin Mas'ud berkata; "Orang yang sengsara adalah orang yang telah ditetapkan untuk menjadi orang sengsara semenjak ia berada dalam perut ibunya. Sedangkan orang yang bahagia adalah orang yang telah ditetapkan untuk menjadi orang yang bahagia semenjak ia berada dalam perut ibunya." Kemudian ada seorang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, yang bernama Hudzaifah bin Asid Al Ghifari, datang. Lalu Amir bin Watsilah menuturkan ucapan Abdullah bin Mas'ud itu kepadanya seraya berkata; 'Bagaimana mungkin seseorang akan menjadi sengsara sebelum ia berbuat apa-apa? ' Hudzaifah berkata kepada Amir; 'Apakah kamu masih merasa heran mendengar pernyataan itu? Sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Ketika nuthfah telah berusia empat puluh dua malam, maka Allah akan mengutus satu malaikat mendatangi nuthfah tersebut. Kemudian Allah akan membentuk tubuhnya, menciptakan pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan juga tulangnya. Setelah itu, malaikat tersebut akan bertanya; 'Ya Tuhan, apakah janin yang berada dalam rahim ini laki-laki ataukah perempuan? ' Maka Allah, Tuhanmu, akan menentukan menurut kehendak-Nya. Kemudian Malaikat pun mencatatnya. Setelah itu, Malaikat tersebut akan bertanya lagi; Ya Tuhan, bagaimana halnya dengan ajal janin ini? ' Lalu Allah akan menentukan ajalnya menurut kehendak-Nya. Maka, setelah itu, Malaikat pun akan mencatatnya. Kemudian Malaikat tersebut akan bertanya lagi; 'Ya Tuhan, bagaimanakah halnya dengan rezekinya? ' Lalu Allah, Tuhanmu, akan menentukan rezekinya menurut kehendak-Nya. Setelah itu, Malaikat pun akan mencatatnya. Kemudian Mallaikat tersebut keluar dengan membawa selembar catatan yang berada di tangannya -tanpa menambah ataupun mengurangi- apa yang telah diperintahkan Allah untuk mencatatnya.'....... Shahih Muslim no:4783

dalam riwayat Bukhari disebutkan bahwa setelah Malaikat mencatat tentang jenis kelamin apakah laki-laki atau perempuan, tentang rizqinya, tentang ajalnya dan tentang sengsara atau bahagianya, kemudian setelah itu Malaikat tersebut meniupkan Ruh pada janin tersebut.

Dari hadis ini dan yang semisal diambilah suatu istimbat bahwa Malaikat yang diutus Allah untuk berbicara pada Maryam adalah yang sekaligus meniupkan Ruh padanya adalah Malaikat yang Allah tugaskan secara kusus untuk mencatat takdir seorang hamba dan yang sekaligus meniupkan Ruh pada setiap wanita seperti yang disebutkan dalam hadis tersebut.

Artinya "Ruh kami" dalam surat Maryam tersebut adalah Malaikat yang ditugaskan kusus untuk menuliskan takdir seorang hamba ketika masih dalam rahim ibunya, yang tertera dalam hadis diatas tersebut, dan inilah istimbat dengan hadis dan walaupun kita tidak mengetahui siapa nama Malaikat ini, tetapi inilah letak kesamaanya, sama-sama ditugaskan untuk menuliskan takdir seorang hamba ketika masih dalam rahim ibunya, artinya Ruh kami disini adalah Malaikat yang meniupkan Ruh "ruh kami" kedalam rahim Maryam dan setiap wanita yang mengandung, wallahu a'lam.

Maka dari itu setiap penafsiran tentang jati diri Malaikat yang berbicara pada Maryam yang mengarah pada Malaikat Jibril atau pada siapapun yang menyelisihi tugas kusus bagi para Malaikat adalah suatu kekeliruan. Artinya Malaikat yang menuliskan ketetapan takdir {laki-kaki, rizqi, ajal & sengsara atau bahagia} seseorang dalam hadis tersebut adalah Malaikat yang sama yang diutus oleh Allah untuk berbicara pada Maryam.

Berbicaranya Malaikat tersebut pada Maryam tidak berarti menunjukan bahwa Malaikat tersebut adalah Malaikat Jibril. Substansi yang dibawa Malaikat disini sesungguhnya adalah memberikan dan meniupkan Ruh pada rahim Maryam, sebagaimana pada semua manusia {wanita}. Hanya saja karena Maryam tidaklah bersuami maka tentunya Malaikat disini hadir dan menjelma sebagaimana manusia pada umumnya untuk menjelaskan duduk perkaranya yang akan menimpa Maryam, yaitu Maryam akan mengandung tanpa peran seorang suami. Bila Malaikat tidak memberitahukan keadanya dan apa yang akan menimpa Maryam niscaya Maryam akan kebingungan dan ketakutan.


KRONOLOGI

Sebagai penutup artikel kami sajikan bab kronologi dari awal Isa terlahirkan hingga beliau ditanya oleh Allah setelah beliau di angkat ke langit, dan tetap saya komentari walaupun ayat-ayat tertentu saja yang barangkali perlu penjelasan.

Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Maryam:16

Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya manusia yang sempurna. Maryam:17

Dalam ayat ini Allah mengutus Ruh kami atau kadang kitamenyebutnya ruh. Yang dimaksud Ruh kami disini adalah Malaikat, dan menjelma sebagaimana manusia pada umumnya. Ruh kami disini bukan maknanya Ruh-nya Allah, maaf, maksudnya bukan ruh sebagaimana yang ada dalam diri kita. dan secara kandungan makna saja salah. Karena Allah mengutus, jadi ada dua individu. Pertama Allah yang
mengutus dan kedua Ruh sebagai utusan Allah. Andaikan materi kalimatnya bukan Ruh kami mungkin tidak akan timbul kebingungan. Misalnya; kami mengutus malaikat kami. Allah juga menyebut dirinya dengan kata "kami" kami disini bukan bermakna banyak. Penggunaan kata "kami" bila melihat kandungan ayat tersebut menunjukan kemaha kuasa'an Allah. Kandungan tersebut adalah Allah mengutus Malaikat yang menjelma sebagai manusia kepada Maryam, apa lagi maryam akan melahirkan seorang Nabi dari kalangan Malaikat, yaitu jasadnya manusia sedangkan ruhnya Malaikat.

Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa". Maryam:18

Ia berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci". Maryam:19

Dalam ayat ini Malaikat menyatakan pada Maryam bahwa dirinya adalah utusan tuhan. Malaikat maut yang mendatangi Nabi Musa juga utusan tuhan. Malaikat Jibril juga utusan tuhan. Mereka semuanya utusan tuhan dengan tugas masing-masing. Maka dari itu pernyataan Malaikat pada Maryam tidak otomatis menunjukan bahwa dia Malaikat Jibril hanya karena Malaikat tersebut menjelma dan berbicara pada Maryam.

Dari ayat ini disimpulkan dengan pasti bahwa Maryam sesungguhnya sudah diberitahu perihal anaknya yang bisa berbicara, jika tidak maka Maryam tak akan memberi isyarat pada masyarakat bahwa anaknya bisa berbicara.

Dalam sudut pandang kami hal ini termaktub dalam Ali Imron:ayat 45-46 yang saya posisikan dalam rangkaian kronologi di atas.

Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, Maryam:30

Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. Maryam:31

Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Maryam:32

Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". Maryam:33

Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Maryam:34

Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan
kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman. Ali Imron:49

Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) daripada Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Ali Imron:50

Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus". Ali Imron:51

Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. Ali Imron:52

Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)". Ali Imron:53

Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. Ali Imron:54

Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa) dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina). An-Nissa:156

dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. An-Nissa:157

Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. An-Nissa:158
perhatikan ayat dibawah!

(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang
yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya". Ali Imron:55
artinya Allah mewafatkan Isa secara biasa, bukan karena melalui tangan orang kafir. Dan beliau akan turun di akhir zaman, dan perhatikan ayat dibawah ini.

Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka. An-Nissa:159.

Seandainya kita baca ayat 158 dan 159 dan tentunya ayat-ayat sebelumnya begitu saja, maka yang ada hanya menghasilkan suatu pemahaman bahwa Isa di angkat ke langit dalam keadaan hidup dan di akhir zaman beliau akan turun ke bumi, dan hal ini tentunya membuang penjelasan Allah dalam surat Ali Imron ayat 55. Maka dari itu kita harus dudukan semua ayat-ayat dalam poin ini agar bisa memahami apa maksud Allah tentang semua ini!

(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan
(ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata". Al-Ma'idah:110

Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku". Mereka menjawab: Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)".
Al-Ma'idah:111

(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: "Hai Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan
hidangan dari langit kepada kami?". Isa menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman". Al-Ma'idah:112

Mereka berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu". Al-Ma'idah:113

Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezkilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama". Al-Ma'idah:114

Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa ya9ng kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia". Al-Ma'idah:115

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib". Al-Ma'idah:116

Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.
Al-Ma'idah:117

Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Al-Ma'idah:118

BERSAMBUNG, INSYA ALLAH.